Mohon tunggu...
ditaoktarinamaharani
ditaoktarinamaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa FEBI institut agama islam negeri kudus

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Meja Gaji yang Membisu: Mengapa Perempuan Selalu Terpinggirkan?

7 Desember 2024   10:34 Diperbarui: 7 Desember 2024   15:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesetaraan Gender yang Berdampak pada Upah Perempuan. 

Oleh: Dita Oktarina Maharani, Zulfa Karima Salim, Aulia Nafasa Syafa'ah

Kesetaraan gender di tempat kerja, mimpi yang jauh atau peluang yang bisa diwujudkan? Isu ini masih sering dibicarakan di banyak negara, termasuk Indonesia. Sering kali, orang menganggap gender dan jenis kelamin itu sama, padahal keduanya berbeda. Jenis kelamin lebih merujuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan (Ann Oakley dalam Nisarohmah & Darmawan, 2022). Sementara gender lebih berkaitan dengan peran, status, dan tanggung jawab yang diberikan pada seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Di Indonesia, banyak yang menganggap gender sebagai penentu apakah seseorang itu maskulin atau feminin. Laki-laki sering dianggap kuat dan rasional, sementara perempuan dianggap lebih lemah dan emosional. Akibatnya, perempuan yang berkarier kadang dianggap seperti melawan kodratnya.

Apa sih yang sebenarnya terjadi di balik pintu kantor sampai kesetaraan gender masih susah tercapai? Di banyak tempat, masih ada pandangan yang menganggap ada pekerjaan tertentu yang lebih cocok buat perempuan atau laki-laki. Hal ini jadi tantangan besar bagi perempuan yang pengen berkarier di bidang yang biasanya didominasi laki-laki. Apalagi kalau tempat kerja nggak mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, ketidakadilan itu makin terasa, bukan? Tapi, tantangan ini juga bisa jadi kesempatan loh. Perusahaan yang peduli soal kesetaraan gender tidak hanya menciptakan suasana yang lebih adil, tapi juga bisa meningkatkan kinerja dan inovasi. Penelitian bahkan menunjukkan, tim yang beragam cenderung lebih kreatif dan produktif. Maka dari itu, penting buat memahami tantangan dan peluang dalam kesetaraan gender di tempat kerja, supaya bisa tercipta lingkungan kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Ketidaksetaraan gender sering kali berawal dari pandangan yang menganggap anak laki-laki dan perempuan punya nilai yang berbeda dalam masyarakat. Anak laki-laki lebih dihargai dan penting dibandingkan anak perempuan karena mereka diharapkan menjadi pemimpin keluarga di berbagai aspek, termasuk tanggung jawab finansial. Pandangan  ini bukan hanya memperkuat peran tradisional berdasarkan gender, tapi juga membatasi peluang anak perempuan untuk berkembang dan berkontribusi secara setara. Akibatnya, ketimpangan ini terus diwariskan dari generasi ke generasi dan menghalangi terwujudnya masyarakat yang lebih inklusif dan adil (Subagja, 2022).

Diskriminasi gender dalam dunia kerja di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Pertama, marginalisasi dalam pekerjaan mengarah pada perempuan yang sering terpinggirkan dalam pekerjaan tertentu atau ditempatkan di posisi yang lebih rendah dengan upah yang lebih kecil dan kondisi yang kurang stabil. Hal ini bisa dilihat dalam perubahan teknologi yang menghapus pekerjaan yang dulu banyak dikerjakan perempuan, seperti di sektor pertanian atau industri, yang buat perempuan kehilangan akses ke pekerjaan yang lebih baik.

Kedua, posisi perempuan yang subordinat dalam sosial dan budaya juga jadi faktor penting. Pikiran kuno yang menganggap perempuan cuma cocok mengurus rumah tangga malah membuat posisi mereka di dunia kerja jadi terhambat. Misalnya, perempuan sering kali tidak diberi kesempatan untuk mengisi posisi strategis atau menjadi pemimpin di berbagai sektor, seperti di pemerintahan, perusahaan, atau militer. Mereka sering dianggap kurang rasional atau terlalu emosional dibandingkan laki-laki.

Ketiga, stereotipe tentang perempuan juga jadi salah satu penyebab diskriminasi di tempat kerja. Pandangan yang menganggap perempuan lebih lemah, baik secara fisik maupun emosional, justru makin memperburuk diskriminasi yang ada. Akibatnya, perempuan sering dipandang tidak cocok untuk pekerjaan penting atau bergengsi yang akhirnya memengaruhi gaji mereka. Meski melakukan pekerjaan yang sama, perempuan sering kali dibayar lebih rendah daripada laki-laki.

Diskriminasi gender di dunia kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut semakin  memperkuat pandangan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki, sehingga mereka sering terpinggirkan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk pekerjaan (Putri dan Fita dalam Nuraeni & Lilin Suryono, 2021). Ketidakadilan ini muncul dari pandangan masyarakat yang menganggap perempuan hanya cocok mengurus tugas rumah tangga, padahal mereka juga punya potensi besar untuk berkontribusi di dunia publik.

Diskriminasi gender dalam dunia kerja di Indonesia sering kali muncul karena kesalahpahaman tentang peran perempuan dan laki-laki, ditambah dengan norma budaya yang menganggap perempuan harus fokus pada tugas rumah tangga. Akibatnya, perempuan sering kali memiliki akses terbatas ke pekerjaan dan gaji yang lebih rendah dibanding laki-laki. Meski perempuan bisa menjalani peran ganda, rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, dan tingginya angka pernikahan dini membuat mereka sulit berpartisipasi di dunia kerja (Nisarohmah & Darmawan, 2022).

Jumlah perempuan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi terus meningkat, meski proporsinya masih lebih kecil dibanding laki-laki. Semakin banyak perempuan yang terdorong untuk mengekspresikan diri lewat pekerjaan demi membantu perekonomian keluarga. Namun, kenyataannya, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih sangat terasa di Indonesia. Banyak perempuan yang bekerja di sektor informal dengan gaji rendah, aturan kerja yang tidak jelas, penggajian yang tidak adil, dan jaminan kesehatan yang minim. Meskipun upah yang diterima perempuan terus meningkat dari tahun ke tahun, tapi masih lebih rendah kalau dibanding dengan upah yang diterima laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan upah berdasarkan gender masih terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun