Mohon tunggu...
Dita Midia Sari
Dita Midia Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas

Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Penting Religiusitas dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia

23 Juni 2024   19:48 Diperbarui: 23 Juni 2024   20:23 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lansia atau lanjut usia merupakan suatu istilah yang tidak asing kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Istilah lansia sendiri adalah suatu sebutan yang biasa diperuntukkan bagi individu yang sudah memasuki usia senja. Papalia, Feldman, dan Olds (2009) menjelaskan bahwa seorang dikatakan memasuki tahapan lansia ketika menginjak usia 65-74 tahun. Tahap lansia dapat dikatakan sebagai siklus kehidupan terakhir yang akan dilalui oleh manusia, tidak ada satu orang pun yang dapat menghindari terjadinya siklus ini dalam kehidupannya. Ketika menginjak tahap ini, lansia akan memasuki proses penuaan dimana perkembangan pada berbagai aspek dalam diri individu akan matang dan mulai terhenti. Pada masa ini pulalah individu akan mengalami penurunan kemampuan dari berbagai aspek seperti pada fungsi fisik, kognitif, dan psikososial (Sibuea dan Perangin-angin, 2020). Timbulnya penurunan kemampuan ini akhirnya tak jarang menimbulkan berbagai permasalahan pada aspek fisik dan kognitif lansia seperti munculnya penyakit kronik, penurunan kekuatan, penurunan kemampuan sensorik, penurunan memori, kesulitan mempelajari hal baru, dan lain sebagainya. Tak hanya pada fungsi fisik dan kognitif, lansia juga terancam mengalami permasalahan pada fungsi psikososial seperti timbulnya rasa kesepian, meningkatnya risiko depresi, kecemasan, demensia, mulai hilangan orang terdekat, timbulnya masalah ekonomi, dan terjadinya perubahan peran dalam kehidupan sosial yang dapat memicu beban emosional pada lansia. Terjadinya perubahan dari berbagai aspek pada lansia ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Kualitas hidup dapat diartikan sebagai tingkat kepuasan ataupun ketidakpuasan yang dirasakan individu terhadap kondisi fisik, sosial, dan emosional yang dimilikinya (Ekasari, Riasmini, dan Hartini, 2018). Kualitas hidup juga dapat diartikan sebagai tingkatan yang memberi gambaran mengenai keunggulan dan kesejahteraan seorang individu yang dilihat berdasarkan  kehidupan yang mereka jalani. Berdasarkan pernyataan WHO (dalam Anitasari dkk, 2021) terdapat empat komponen penting dari kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Jika ditinjau dari keempat komponennya, terlihat bahwa terdapat kaitan erat antara kualitas hidup dengan masa lansia yang dilalui individu. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa pada masa lansia individu akan mengalami kemunduran fisik, psikososial, kognitif dan  lain sebagainya. Sehingga dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa kualitas hidup lansia dikatakan baik ketika mereka dapat mempertahankan tingkat kepuasan dalam aspek penting lainnya di kehidupan mereka walaupun sedang menghadapi berbagai proses penurunan fungsi tubuh. Sebaliknya, kualitas hidup lansia dikatakan buruk ketika proses penurunan fungsi tubuh menyebabkan lansia jauh dari rasa kepuasan terhadap aspek penting lain dihidupnya dan mengakibatkan terganggunya lansia dalam kehidupan sehari-hari (Anitasari dkk., 2021). Kualitas hidup sangat penting untuk diperhatikan bagi lansia, karena ketika lansia memiliki kualitas hidup yang buruk maka hal tersebut akan memberikan dampak negatif kepada lansia itu sendiri seperti membuat penurunan kondisi fisik makin cepat, menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, renggangnya hubungan sosial, dan timbulnya rasa tidak dihargai (Amir dkk., 2021). Mengingat banyaknya dampak negatif yang timbul dari kualitas hidup lansia yang buruk, maka diperlukan cara-cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Terdapat berbagai cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, salah satunya adalah dengan religiusitas.

Religiusitas merupakan suatu keyakinan atau keterikatan individu dengan agama yang menjadi pengatur kehidupan individu, baik dalam pemikiran maupun tindakan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (Alfianti, Probosuseno, dan Supriyati, 2022). Dengan kata lain religiusitas dapat dikaitkan dengan aturan didalam agama yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penganutnya. Ketika memasuki masa lansia religiusitas dianggap sebagai hal yang penting oleh lansia itu sendiri (Papalia, Feldman, dan Olds, 2009). Hal ini dikarenakan religiusitas berperan penting dalam mendukung kebanyakan lansia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Religiusitas kerap melibatkan praktik-praktik keagamaan yang dapat memberikan manfaat pada lansia. Manfaat dari religiusitas ini tidak hanya memberikan dukungan kepada lansia namun juga dapat membantu lansia dalam mencapai kualitas hidup yang baik. Religiusitas adalah suatu komponen yang memiliki peran yang krusial dalam meningkatkan kualitas hidup melalui beberapa hal penting.

Pertama religiusitas adalah suatu proses dimana individu melakukan aturan dan kewajiban sesuai dengan kepercayaan atau agama yang dianutnya. Didalam melakukan kewajiban religiusitas lansia akan menjalankan ritual keagamaan seperti berdoa, beribadah, meditasi, dan ritual yang dapat memberikan ketenangan pada lansia. Setiap ritual keagamaan yang dilakukan ini dapat memberikan dukungan emosional pada lansia. Ritual-ritual keagamaan ini dapat memberikan ketenangan hati dan pikiran lansia karena adanya kepercayaan bahwa terdapat kekuatan yang berasal dari Tuhan. Marsuroh dan Rahma (2023) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa religiusitas yang dilakukan oleh lansia memberikan kedamaian batin bagi lansia, hal ini dikarenakan religiusitas memberikan acuan kepada lansia untuk menghadapi penderitaan, makna hidup, bahkan kematian. Tak hanya itu, dari hasil penelitian lainnya juga ditemukan bahwa religiusitas dapat membantu lansia untuk beradaptasi terhadap perubahan yang dialaminya dan dapat lebih mengontrol kehidupannya (Alfianti, Probosuseno, dan Supriyati, 2022). Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa religiusitas pada lansia dapat membentuk dukungan emosional dan dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Dengan pemaknaan hidup yang baik, kondisi emosional yang baik, dan kesiapan menghadapi perubahan lansia akan lebih mudah untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik pula.

Manfaat kedua dari religiusitas pada lansia adalah peningkatan kesehatan mental. Religiusitas serta ritual agama yang dilakukan oleh lansia dapat membantu menjaga kesehatan mental lansia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan Hopwood (2019) bahwa religiusitas pada lansia dapat membantunya dalam memperkecil tingkat stress yang dialami dan adanya peningkatan kesejahteraan psikologis. Dari hasil penelitian Alifianti, Probosuseno, dan Supriyati (2022) juga ditemukan bahwa religiusitas pada lansia dapat menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kesejahteraan psikologis lansia. Kedua hasil penelitian ini merupakan bukti dari peran penting religiusitas terhadap kesehatan mental lansia. Ketika lansia memiliki kesejahteraan psikologis maka hal ini akan membantu lansia untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

Ketiga religiusitas dapat meningkatkan kesehatan fisik lansia. Walaupun terlihat tidak masuk akal, ternyata religiusitas dapat memberikan dampak positif pada kesehatan fisik lansia. Alfianti, Probosuseno,  dan Supriyati (2022) menemukan bahwa religiusitas dan kegiatan keagamaan yang dilakukan dapat mendorong lansia untuk melakukan berbagai aktivitas keagamaan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya, selain itu dari penelitian ini juga menemukan bahwa religiusitas berpengaruh kepada kepatuhan lansia dalam meminum obat, dan meningkatkan kemampuan sensorik. Amir dkk (2022) juga menjelaskan bahwa kebanyakan lansia yang memiliki perspektif islam cenderung lebih menerima penyakit fisik yang dialaminya karena mereka meyakini bahwa penyakit yang dialaminya merupakan kehendak Tuhan dan adanya keyakinan bahwa akan adanya kehidupan setelah kematian. Hal ini sejalan dengan peningkatan kualitas hidup lansia, dimana ketika lansia memiliki fungsi fisik yang baik maka ia akan memiliki kualitas hidup yang baik pula. Fungsi fisik yang baik ini bisa didapatkan lansia dari kegiatan keagamaan dan religiusitas yang dimilikinya.

Manfaat terakhir dari religiusitas pada lansia adalah terbentuknya dukungan dari hubungan sosial. Dalam ritual keagamaan terdapat beberapa kegiatan yang memungkinkan lansia untuk berinteraksi dengan lansia lainnya seperti adanya kelompok pengajian, beribadah bersama di tempat ibadah, bahkan terdapat suatu komunitas agama yang memiliki kegiatan tertentu. Interaksi melalui kegiatan keagamaan ini dapat menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi lansia. Penelitian juga membuktikan bahwa partisipasi dalam kegiatan keagamaan dapat memberikan kesempatan pada lansia untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan memiliki keyakinan yang sama, sehingga dari kesempatan ini terbentuklah dukungan sosial yang menguatkan lansia (Masuroh dan Rahma, 2023). Dukungan sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk kualitas hidup yang baik pada lansia. Dengan adanya interaksi sosial lansia akan lebih merasa terhubung dengan orang lain dan mengurangi rasa kesepian dalam dirinya. Ketika lansia merasa tidak kesepian dan terhubung secara sosial, maka kualitas hidup lansia dapat meningkat dengan baik karena walaupun mengalami perubahan dan penurunan dalam dirinya lansia tetap dikelilingi orang lain yang dapat mendukung dan menemani lansia dalam menghadapi segala perubahan yang dialaminya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa religiusitas pada lansia dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia.  Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan oleh lansia agar memiliki kehidupan yang sejahtera dimasa tuanya. Oleh karena itu diperlukan religiusitas pada lansia agar dapat membantunya dalam mencapai hidup yang berkualitas dan sejahtera. Adapun alasan yang memperkuat hal ini adalah karena religiusitas dapat meningkatkan dukungan emosional pada lansia, meningkatkan kesehatan mental dan fisik lansia, serta memberikan dukungan sosial kepada lansia. Melihat pentingnya sisi religiusitas pada lansia, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan sisi religiusitas tersebut. Pertama, diperlukan penguatan dalam pelaksanaan kegiatan spiritual pada lansia, seperti lansia secara konsisten melakukan ibadah rutin dan melakukan kegiatan keagamaan lainnya. Kedua, lingkungan sekitar lansia juga harus memberikan dukungan yang berkaitan dengan religiusitas kepada lansia, dukungan ini dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana dalam beribadah. Selain menyediakan sarana dan prasarana, sebaiknya lingkungan sekitar lansia juga memberikan dukungan emosional seperti melakukan diskusi untuk membahas topik mengenai pengalaman spiritual.

Daftar Pustaka:

Alfianti, A., & Probosuseno, S. (2022). Hubungan Spiritualitas dan Religiusitas Dengan Kualitas Hidup Kelompok Usia Lanjut. Jurnal PPPKMI, 1(1), 33-43.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun