Mohon tunggu...
Dita Mei Nurvitarini
Dita Mei Nurvitarini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hanya perempuan yang menyukai matcha, kucing, dan drama korea.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara

20 Januari 2024   22:40 Diperbarui: 21 Januari 2024   07:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelum kemerdekaan Indonesia, masyarakat sudah memiliki kewajiban untuk memperbaiki dan memajukan pendidikan, namun belum ada contoh baik yang diterapkan di sekolah. Selama penjajahan, Indonesia hanya dipandang sebagai objek perdagangan. 

Pada masa itu, pendidikan dikhususkan untuk bangsa Eropa dan pendirian sekolah-sekolah kabupaten pun hanya untuk mendidik calon pegawai. Jika ditilik lebih jauh ke belakang, maka akan kita temui banyak konsep dan gebrakan yang dilakukan oleh para tokoh penting pendidikan guna mewujudkan pengajaran dan pendidikan yang lebih berkualitas dari waktu ke waktu hingga hasilnya saat ini dapat kita dirasakan.

Jika membahas tentang pendidikan, tidak lepas dan tidak asing dari tokoh pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh penting pendidikan yang terkenal dengan tekad, gagasan dan keberaniannya dalam membebaskan diri dari jeratan penjajah. Beliau meluaskan semangat generasi muda dan mendukung pendidikan mereka dengan membentuk lembaga pendidikan yang dikenal dengan Taman Siswa. 

Taman siswa merupakan bentuk cita-cita baru, gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik gerakan transformasi Ki Hajar Dewantara untuk memperjuangkan bangsa Indonesia, terutama dalam hal pendidikan. Beliau berupaya membangun pendidikan di Indonesia dengan landasan, konsep, metode dan semboyan yang menampilkan kekhasan kultural Indonesia.

Perjalanan pendidikan di Indonesia sudah mengalami transformasi, baik dari segi sistem maupun orang-orang di dalamnya. Adanya pengaruh sistem pendidikan barat yang tidak mementingkan pendidikan budaya dalam pembentukan adab yang baik, membuat pendidikan pada masa penjajahan hanya berfokus pada pengetahuan intelektual, individualistis dan materiaistis. Padahal sebagai negara yang memiliki budaya dan tradisi, penting bagi kita memaknai pendidikan bukan hanya sebagai tempat memeroleh ilmu intelektual, melainkan juga mementingkan pembentukan adab melalui pendidikan kebudayaan.

Membentuk pemelajar yang dapat mengaitkan teori dengan kehidupan beradap adalah poin penting dalam pendidikan kebudayaan. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Koentjaraningrat (1990), pendidikan dimaknai sebagai suatu gagasan, tindakan, dan hasil karya yang dijadikan sebagai patokan manusia untuk hidup dalam masyarakat.

Pendidikan di sekolah tidak hanya untuk menjadikan manusia yang menguasai sesuatu, tetapi juga manusia susila yang cakap, memiliki pola pikir dan pewarisan karakter yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap tanah air. 

Hal tersebut sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang definisi pendidikan yang menekankan pendidikan sebagai suatu usaha yang bertujuan menanamkan nilai keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Pada masa sesudah kemerdekaan, pendidikan berorientasi untuk mencerdaskan peserta didik agar mampu berkembang sesuai kodratnya. Jika dikaitkan dengan pendidikan sekarang, perjuangan Ki Hadjar Dewantara merupakan bentuk investasi untuk generasi bangsa yang saat ini layak menggunakan konsep pendidikan karakter dalam merdeka belajar.

DAFTAR ACUAN
Dela Khoirul Ainia. 2020. Merdeka Belajar dan Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 3 No 3

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun