Film Bila Esok Ibu Tiada karya Rudy Soedjarwo membawa penonton pada perjalanan emosional yang mendalam tentang makna pengorbanan, dan kerumitan hubungan yang ada pada keluarga. Melalui kisah Rahmi dan keempat anaknya, film ini memaparkan realita pahit yang sering tersembunyi di balik tembok keluarga bahagia, ketika kasih sayang berbenturan dengan beban tanggung jawab.
Sosok Rahmi, yang dimainkan dengan apik oleh Christine Hakim, menghadirkan sebuah potret ibu sejati. Rahmi adalah representasi ibu sempurna, seorang perempuan yang rela mengorbankan segalanya demi anak-anaknya, bahkan ketika anak-anaknya sendiri tampak tak lagi mempedulikannya. Salah satu dialog Rahmi yang paling menggugah hati adalah, "Jika Ibu pergi, apa kalian masih bisa tetap bersama?" Kalimat ini menjadi pengingat betapa besarnya peran ibu sebagai perekat di dalam keluarga.
Hal yang paling menarik dalam film ini adalah karakter Ranika, sang kakak perempuan pertama. Sosoknya tidak sekadar digambarkan sebagai figur yang otoriter dan tangguh, melainkan seorang perempuan yang terhimpit antara tanggung jawab seorang kakak dan keterbatasan kemampuan yang ia miliki. Amanat dari almarhum ayah untuk melindungi adik-adiknya memberikan tekanan mental yang amat besar, yang memaksanya membuat keputusan sulit yang sering disalahpahami oleh adik-adiknya. Konflik keluarga yang ditayangkan sangatlah realistis. Kisah Rania yang terjerat masalah hukum dan Hening yang bergelut dengan masalah percintaannya sampai Rangga yang tidak mempunyai pekerjaan stabil menunjukkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki masalah personal yang rumit. Namun, di balik konflik tersebut, film ini berhasil menghadirkan pesan penuh emosional yaitu pentingnya saling pengertian dan kasih sayang.
Secara teknis, sinematografi film ini layak mendapat pujian. Pengambilan gambar yang intim di ruang keluarga dan sorotan close-up pada ekspresi Rahmi berhasil membawa penonton lebih dekat pada emosi karakternya. Salah satu musik yang digunakan, Halu karangan Feby Putri menguatkan atmosfer drama dengan nada-nada yang menyayat hati penonton.
Film ini mendapatkan banyak respons positif maupun negatif dari penonton, salah satu akun Tiktok asal Indonesia @bahasfilm_idn. Ia mengungkapkan bahwa, "Kenapa film Bila Esok Ibu Tiada lumayan rame ditonton ya, padahal mungkin dari segi ceritanya itu bisa gampang banget ditebak gitu." Ia pun membeberkan jawaban dari  pertanyaannya sebelumnya, "karena film ini relate banget, ceritanya sederhana dan bisa dikonsumsi oleh semua kalangan."
Momen menyayat hati dalam film terjadi ketika mereka kehilangan sang ibu. Saat itulah mereka disadarkan akan betapa berharganya sosok Rahmi. Film Bila Esok Ibu Tiada bagai cermin sosial yang mengingatkan kita semakin tipisnya ikatan keluarga di era modern. Ketika kesibukan dan ego personal mulai menggerogoti komunikasi, film ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan kembali makna sejati kebersamaan. Pesan moral utama film ini sederhana namun mendalam, "Sayangi dan luangkan waktu untuk ibu selagi masih ada." Jangan sampai kepergiannya menjadi saat terakhir kita menyadari betapa besar pengorbanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H