Kadang, memperbaiki hidup bukan tentang melakukan hal besar, tapi memulai dari langkah kecil. Saya mencoba menghargai hal-hal sederhana, seperti berhasil menyelesaikan tugas sehari atau sekadar bangun lebih pagi.
4. Belajar dari Keterbatasan
Ketika keterbatasan terasa seperti penghalang, saya mengubah cara pandang saya. Bukan lagi melihatnya sebagai kelemahan, tapi sebagai guru yang mengajarkan saya tentang kekuatan, kesabaran, dan keikhlasan.
Memaknai Hidup dengan Segala Paketnya
Pada akhirnya, saya mulai memahami bahwa hidup adalah sebuah paket lengkap. Kita tidak hanya mendapatkan hal-hal indah, tapi juga kesedihan dan tantangan. Dan semuanya, tanpa terkecuali, adalah bagian dari anugerah.
Keterbatasan mengajarkan saya untuk tidak terus-menerus mengejar kesempurnaan. Sebaliknya, saya belajar menikmati proses, berdamai dengan diri sendiri, dan menerima apa pun yang datang sebagai bagian dari perjalanan hidup.
Titik nol adalah bagian dari hidup yang mungkin tidak pernah kita harapkan, tapi juga tidak bisa kita hindari. Namun, titik terendah bukanlah akhir dari segalanya. Justru di sana, saya belajar untuk bertahan, memulai kembali, dan menemukan makna yang sebenarnya.
Hidup, meski penuh keterbatasan, tetaplah sebuah anugerah. Sepaket dengan dukanya, sepenuh itu juga ia mengajarkan kita cara bangkit dan terus melangkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H