Kehidupan sering kali penuh kejutan, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Kepergian mendadak seseorang, seperti yang baru-baru ini terjadi pada Marissa Haque, membawa kita pada kenyataan pahit bahwa kematian bisa datang kapan saja, tanpa peringatan. Ketidakpastian ini membuat kita bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita mempersiapkan diri? Apakah kita telah menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat dan membangun legacy yang akan terus dikenang?.
Kepergian Mendadak: Mengapa Ini Jadi Pengingat Penting?
Kepergian mendadak sering kali meninggalkan luka mendalam bagi orang-orang yang ditinggalkan. Saya sendiri pernah mengalami situasi serupa, ketika salah satu anggota keluarga saya meninggal tanpa tanda-tanda sebelumnya.
Awalnya, saya pikir beliau akan hidup lama dan menemani saya lebih lama. Namun kenyataan berkata lain, beliau pergi saat saya sendiri sedang berada di titik sulit dalam hidup. Perasaan saya kala itu bercampur aduk: kesal karena merasa belum memperlakukan beliau dengan lebih baik, menyesal karena tak pernah memenuhi harapan kecilnya, dan hancur karena tak ada lagi waktu untuk berbagi momen indah.
Kenangan terakhir yang tertinggal hanya bayangan tatapannya yang kosong, seolah menyiratkan sesuatu yang tak pernah saya pahami. Setiap kali saya mengingatnya, selalu ada penyesalan: Seandainya saja saya mengajaknya ke tempat yang ia suka, atau seandainya saya lebih sering menemaninya berolahraga.
Kepergian mendadak seperti ini membuat orang-orang terdekat berduka dalam waktu lama. Penyesalan menjadi teman akrab mereka yang ditinggalkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah anugerah yang tak boleh disia-siakan.
Peristiwa seperti ini seharusnya menjadi momen refleksi:
Apakah kita telah menggunakan waktu dengan bijak untuk hal-hal bermakna?
Apakah kita telah cukup hadir untuk orang-orang yang kita cintai?
Kita memang tidak bisa mengendalikan waktu kematian, tetapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita menjalani hidup.