Masih sangat jelas terdengar ditelingaku, saat pagi itu ayah meneleponku, dengan suara yang terisak-isak, seketika itu ada perasaan yang ganjil, kenapa ayah meneleponku sepagi ini ? kenapa ayah menangis ? semua pertanyaan itu terjawab saat ayah berkata masih dengan tangisannya,
“ ka.. nenek udah pergi.. “
air mataku tak mampu kubendung, aku ikut terisak bersama ayah diujung telepon, tangisku semakin menjadi-jadi saat aku ingat beberapa minggu lalu ketika aku pulang kerumah ibu berkata,
“ kaa.. kunjungi nenek sebentar, nenek lagi sakit “ pinta ibu
tapi aku tak menghiraukan permintaan ibu, aku malah asik pergi bersama teman-teman yang sudah lama tak kutemui, karena aku kuliah diluar kota. Pada saat itu aku berfikir, kalau mengunjungi nenek bisa setelah main bersama teman, tapi sepulang dari bermain itu, aku malah sibuk mempersiapkan keperluanku untuk berangkat lagi ke Bandung, hingga akhirnya aku berangkat ke Bandung tanpa menengok nenek sekalipun.
“ ka cepet pulang yaa.. nenek sakitnya makin parah “
Itu sms ibu beberapa hari lalu, tapi aku belum bisa pulang karena masih sibuk dengan tugas-tugas kuliahku. Setelah mendengar kepergian nenek aku baru sadar, kalo aku terlalu sibuk dengan duniaku, aku terlalu asik dengan kesibukanku, hingga aku melupakan nenek yang sedang sakit, hatiku semakin sakit saat ingat semua yang nenek lakukan padaku, sewaktu aku masih SD nenek selalu membelaku saat ibu memarahiku karena tingkah nakalku, nenek selalu menyuapiku makan saat ibu pergi bekerja, nenek yang mengantarkanku sekolah saat ayah dan ibu tak bisa mengantarku sekolah, bahkan nenek yang menemaniku saat ayah dan ibu keluar kota, nenek pula yang menyemangatiku untuk melanjutkan sekolahku hingga kuliah, tapi aku ? menengok nenek saat sakitpun tak kulakukan, aku sangat menyesal dengan tingkahku yang mengabaikan nenek yang menyayangiku,
Tuhan..
Kembalikan waktu beberapa hari saja, sebelum nenek pergi, aku ingin melihatnya, aku ingin menyuapi nenek seperti ia menyuapiku dulu, aku ingin berada didekat nenek saat hari-hari terakhirnya, aku ingin memeluknya Tuhann… seperti ia yang menemaniku dulu, seperti ia memelukku dulu..
Beruntung Tuhan mendengarkanku, aku bisa berada disamping nenekku, aku bisa memeluknya, walaupun hanya disamping kuburannya, walaupun hanya bisa memeluk gundukan tanah yang masih basah itu. yaah, aku memutuskan untuk pulang, meninggalkan kuliahku untuk beberapa hari untuk berziarah ke kuburan nenekku. rasa menyesal tak bisa kuhilangkan, aku mengutuki diriku sendiri, tapi percuma nenek sudah pergi, rasa menyesalku takkan membuat ia kembali disampingku.
“ Nek aku sayang nenek, maafin aku ga nengokin nenek, maafin aku hanya bisa memberikan doa untukmu, semoga nenek ditempatkan diantara orang-orang yang beriman disisiNya. A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H