Mohon tunggu...
Dita Deviana
Dita Deviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ahmad Dahlan

Saya adalah seseorang yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru dalam Mengoptimalkan Kemampuan Pemecahan Masalah Anak Usia Dini Berdasarkan Teori Taksonomi Bloom

20 Mei 2023   21:10 Diperbarui: 20 Mei 2023   21:21 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PERAN GURU DALAM MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANAK USIA DINI BERDASARKAN TEORI TAKSONOMI BOOM

Disusun Oleh :

Dita Deviana Rachmawati (2100002012)

Email : dita.deviana07@gmail.com

PENDAHULUAN  

            Guru adalah salah satu profesi di bidang pendidikan yang memiliki peran strategis. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam menjalankan peranan strategis, seorang pendidik harus mengacu pada kurikulum yang telah menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sekolah dan kebijakan pemerintah. Peran strategis seorang pendidik anak usia dini sebagai pengembang kurikulum adalah salah satu wujud peranan pendidik yang berkaitan dengan kompetensi inti guru yaitu kompetensi pedagogik. Bentuk implementasi kompetensi pedagogik guru anak usia dini yaitu mengembangkan kurikulum tersebut yang berhubungan dengan bidang pengembangan yang diampuh.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 menyatakan bahwa, “Pendidikan anak usia dini yang biasanya disingkat PAUD merupakan salah satu bentuk upaya pembinaan yang ditujukan pada anak usia nol sampai usia enam tahun dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak guna mempersiapkan anak memasuki pendidikan lebih lanjut”. Secara umum, pendidikan anak usia dini adalah memberikan pendidikan untuk menstimulasi beberapa aspek perkembangan anak usia dini sebagai bentuk persiapan untuk menjalankan hidup dan menyesuiakan diri dengan lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi nilai agama dan moral (nilai agama dan spiritual), kognitif, (cara berfikir, belajar dan memecahkan masalah), fisik motorik (motorik kasar dan motorik halus), bahasa (pemaknaan kosa kata), seni (mengembangkan imajinasi dan kreativitas), dan sosial emosional (pengekspresikan dan penghayatan diri). Dalam melaksanakan pendidian pendidikan anak usia dini hendaknya berorientasi berdasarkan kebutuhan anak dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini.

Pada aspek perkembangan kognitif, kompetensi yang diharapkan anak usia dini adalah  anak mampu dan memiliki kemampuan berfikir secara logis, berfikir kritis, dapat memberi alasan, mampu untuk memusatkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dll.  Potensi kognitif tersebut tercermin dalam kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran. Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat salah teori yang membahas tentang aspek perkembangan kognitif. Teori tersebut dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1950-an hingga 1960-an yang sekarang dikenal dengan teori Taksonomi Bloom. Teori Taksonomi Bloom pun saat ini menjadi acuan dalam standar pengembangan tujuan, asesmen, dan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru disini dapat melaksanakan tugasnya dan menjadi titik sentral perkembangan anak setelah guru mempelajari dan memahami teori-teori yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini.

PEMBAHASAN

            Guru adalah tenaga pendidik yang menjadi tokoh, roll model, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik. Selain itu, guru memiliki peranan sebagai pendidik (nurturer) yang tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga sebagai upaya pembentukan sumber daya manusia dalam pendidikan yang berkaitan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak agar memperoleh pengalaman yang lebih. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas terpenuhui, maka pembelajaran peserta didik dapat berjalan dengan baik. Guru harus berusaha membuat atau menjelaskan sesuatu dengan jelas kepada peserta didik serta terampil dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Adapun peranan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak, yaitu :

1. Belajar tentang kemampuankemampuan baru

2. Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan dan arus pemikiran lancer

3. Kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil

4. Mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Dari paparan di atas, guru harus dapat memahami tugas nya dalam mengembangkan kognitif dengan mengajarkan anak tentang kemampuan-kemampuan baru. Ketika guru berhadapan dengan sosok anak usia dini maka apapun yang diucapkannya, diperagakan, dicontohkan akan ditiru oleh anak.

Benyamin S. Bloom, Professor Pendidikan dari universitas Chicago, menemukan fakta bahwa ternyata 50% dari semua potensi hidup yang dimiliki manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan hingga usia 4 tahun. Lalu 30% potensi selanjutnya terbentuk pada usia 4 hingga usia 8 tahun ini, berarti 80% potensi dasar tersebut sebagian besar dirumah, sebelum anak mulai masuk sekolah. (nurlaila, 2010:24). Jika fakta bahwa potensi-potensi manusia 50% terbentuk ketika usia 0 sampai umur 4 tahun dan 30% terbentuk pada usia 4-6 tahun. Jadi dapat penulis simpulkan pembelajaran di TK mulai dari usia 4-6 tahun, maka hanya sekitar 30% dari semua potensi-potensi yang dapat dikembangkan selama pendidikan berlangsung. Karena sebagian besar potensi-potensi manusia terbentuk rumah, sebelum anak memasuki sekolah.

Tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi 3 domain/ranah kemampuan intelektual yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan dan keterampilan berfikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berfikir ini menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat menerapkan teori ke dalam perbuatan. Tahapan ranah kognitif dari revisi Taksonomi Bloom terdiri dari enam level, yaitu : (1) remembering (mengingat), (2) understanding (memahami), (3) applying (menerapkan), (4) analyzing (menganalisis, mengurai), (5) evauating (menilai), dan (6) creating (menciptakan). Hal ini sering digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang biasanya dikenal dengan C1 hingga C6.

Tiga level pertama (atas) merupakan bagian Lower Order Thinking Skills (LOTS) yang artinya kemampuan berpikir tingkat rendah atau dasar yang mengandalkan ingatan otak. Sedangkan tiga level berikutnya (bawah) merupakan bagian High Order Thinking Skills (HOTS) yang artinya kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengandalkan kemampuan otak untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Dalam tiga level pertama atau LOTS bukan berarti sesuatu hal yang tidak penting. Namun, hal tersebut harus dilalui oleh anak terlebih dahulu sebelum naik ke tingkat HOTS. Anak dapat berlatih dengan sesuatu yang mudah terlebih dahulu sebelum mengerjakan sesuatu yang sulit. Dalam menginterpretasikan level tersebut, yaitu :

(1) Sebelum kita memahami suatu konsep maka kita harus belajar mengingatkan terlebih dahulu. Proses  mengingat  adalah  mengingati  kembali  infromasi  yang  sesuai  dari ingatan jangka panjang.

(2) Sebelum kita bisa menerapkan sesuatu maka kita harus belajar memahaminya lebih dulu. Proses memahami adalah kemampuan untuk memahami secara mendalam dari  bahan  pendidikan,  seperti  bahan  bacaan  dan  penjelasan  guru. Kecakapan    turunan    dari    proses  ini  melibatkam    kemahiran  memahami, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan.

(3) Sebelum kita bisa menganalisa sesuatu maka kita harus belajar menerapkan sesuatu lebih dulu. Proses ketiga yaitu menerapkan, melibatkan kepada pengguna prosedur yang telah  dipelajari  baik  dalam  situasi  yang  telah  dikenal  maupun  pada  situasi yang  baru.

(4) Sebelum kita bisa mengevaluasi sesuatu maka kita harus belajar menganalisa lebih dahulu. Proses menganalisis, terdiri dari memecah pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dan memikirkan  bagaimana  bagian-bagian  tersebut  berhubungan dengan struktur keseluruhan.

(5) Sebelum kita bisa berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus belajar mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi. Menciptakan  ialah  proses  yang  tidak  terdapat  dalam  taksonomi  bloom  versi lama.  Proses  ini  adalah  komponen  tertinggi  dalam Taksonomi  Bloom  versi  baru  ini. Kecakapan  ini  melibatkan  usaha  untuk  meletakkan  berbagai  perkara  secara  bersama untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru.

Dengan demikian, menunjukkan bahwa semakin tinggi level nya maka kemampuan berpikirnya akan semakin sulit.

Dalam Taksonomi Bloom versi revisi membedakan antara “tahu tentang sesuatu (knowing what)”, isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya (Knowing how)”, sebagaimana prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.  Hal ini, peran guru untuk menerapkan teori Taksonomi Bloom dalam pembelajaran, yaitu :

1) Menentukan tujuan pembelajan anak usia dini.

2) Menentukan kompetensi pembelajaran yang akan dicapai dalam meningkatkan pengetahuan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

3) Menentukan ranah kognitif anak dengan menentukan tingkatan taksonomi yang meliputi tingkatan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, menilai dan mencipta.

4) Menggunakan kata kunci yang sesuai untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi

5) Menentukan media pembelajaran yang sesuai pada Bloom’s Cognitive Wheel

KESIMPULAN

Guru sebagai tenaga pendidik dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah  anak dengan membuat proses pembelajaran yang lebih menarik lagi agar anak dapat semakin tertarik dengan proses pembelajaran. Guru juga dapat mengkomunikasikan kepada orang tua peserta didik untuk meminta kerjasamanya dalam kemampuan pemecahan masalah pada ranah kognitif  anak di rumah, agar lebih optimal. Disini Teori Taksonomi Bloom ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional dengan menamakan tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar. Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni agar sesuai dengan kemajuan zaman. Perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda).

DAFTAR PUSTAKA

Nurtaniawati, N. (2017). Peran guru dan media pembelajaran dalam menstimulasi perkembangan kognitif pada anak usia dini. Tunas Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 3(1), 1-20.

Ruwaida, H. (2019). Proses kognitif dalam taksonomi bloom revisi: analisis kemampuan mencipta (c6) pada pembelajaran fikih di mi miftahul anwar desa banua lawas. Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), 51-76.

Magdalena, I., Islami, N. F., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah taksonomi bloom dalam pendidikan. EDISI, 2(1), 132-139.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun