Sedang marak penipuan modus segitiga melalui market place dengan iming iming menjual  barang iklan palsu. Penulis mengalami pada tanggal 15/10/2024 terjadi di sekitar daerah cempaka putih jakarta pusat dengan bertemu penjual yang asli, penjahat tersebut hanya melalui handphone dengan cara menelfon serta video call pembeli dan penjual sampai saat bertemu hingga terjadinya transaksi tranfers pembeli ke penjahat. Dalam kasus ini penjual dan pembeli di doktrin sebagai teman si penjahat. Dalam kasus ini penulis kehilangan uang sebesar handphone yang ia ingin beli yaitu handphone iphone 15. Dengan keganduhan didalam pertemuan pembeli dan penjual akhirnya memutuskan untuk ke polsek terdekat yaitu polsek cempaka putih. Sampai di kantor polsek terjadinya kedaimaian tetapi penulis tidak mendapatkan solusi yang terbaik dengan kembalinya uang tersebut.
Jumlah orang yang menggunakan internet terus meningkat, sebagian besar didorong oleh  kemudahan  yang  diberikannya.  Segalanya  menjadi  lebih  sederhana  di  era  digital  ini, misalnya  saja  kita  sekarang  bisa  berhemat  dan  bertransaksi  secara  online.  Banyak  orang menyimpan  informasi  sensitif  dalam  aplikasi  digital,  yang  meningkatkan  bahaya  keamanan internet,  namun  kenyamanan  transaksi  online  juga  meningkatkan  jumlah  kejahatan  dunia maya.  Hal  ini  merupakan  masalah  besar  di  era  digital  modern,  karena  telah  terjadi  beberapa kasus  pembobolan  data,  termasuk  pencurian  keuangan  digital  yang  menggunakan  data pribadi.  Oleh  karena  itu,  manajemen  keamanan  sangat  penting  untuk  menghindari  kerugian. Kerugian  finansial  adalah  kerugian  yang  ditimbulkan  terhadap  kekayaan  organisasi, dan  biaya  untuk  menghindari  kejahatan  dunia  maya  meningkat  atau  menurun  setiap  hari sebagai  akibat  dari  bahaya  ini. Berikut adalah beberapa modus penipuan segitiga:
1. Penipu memasang iklan palsu yang mirip dengan iklan asli.
Penipu memposting ulang iklan mobil bekas dengan foto dan deskripsi yang diambil dari iklan asli. Iklan ini tampak sah sehingga calon pembeli sulit membedakannya.
2. Penipu menjalin komunikasi intensif dengan kedua belah pihak.
Penipu intens berkomunikasi dengan kedua belah pihak, mengatur informasi sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana mereka, tanpa mengungkapkan identitas asli mereka.
Misalnya, penipu mungkin mengatakan barang ini dapat dari kantor sehingga banyak pilihannya, sementara kepada penjual asli mereka mengatakan bahwa pembayaran akan segera dilakukan.
3. Penipu mengatur pertemuan survey dengan alasan tertentu.
Saat calon pembeli ingin survei, penipu meminta agar harga tidak dibahas dengan penjual asli. Mereka berpura-pura bahwa yang datang adalah saudara atau rekan.
Penipu meminta pembeli asli untuk segera transfer dan kemudian menghilang.
Setelah pembeli setuju, mereka mentransfer uang ke rekening penipu, bukan penjual asli. Setelah menerima uang, penipu menghilang dan memblokir semua komunikasi.