Mohon tunggu...
Dita Amelia
Dita Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Tanjungpura

Hobi saya adalah bernyanyi dan juga saya suka membaca buku novel. kepribadian saya cukup rumit karena saya tidak suka bergaul terlalu lama dengan banyak orang namun saya juga tidak suka sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berprasangka Buruk dalam Prespektif Islam

1 Desember 2023   12:46 Diperbarui: 28 Mei 2024   20:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penyakit hati berupa prasangka buruk (souzon) merupakan salah satu sifat yang tercela. Yang terkena penyakit ini adalah mereka yang tidak beragama, karena ini merupakan penyakit berbahaya yang dapat merusak keimanan. Mengenai parahnya penyakit hati ini yang diwujudkan dalam bentuk prasangka jahat, ayat Al-Qur'an yang membahas hal ini diakhiri dengan nasehat untuk bertakwa dan bertaubat. Penghindaran Susnuzon dan pengagungan Husnuzon diriwayatkan sebagaimana disebutkan Allah di bawah ini.

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12).

Prasangka yang banyak mengandung dosa dan haram dalam ayat di atas merupakan prasangka buruk. Prasangka buruk bukanlah tindakan atau perbuatan yang sebenarnya, melainkan suatu penyakit jiwa yang membawa orang pada perbuatan tercela. 

 Walaupun Suzon mempunyai prasangka dalam hatinya, namun tetap dilarang karena banyak mengandung dosa. Di antara hadits-hadits tersebut, Rasulullah  menyebut prasangka (buruk) sebagai "ucapan" yang paling berbahaya.

Islam sangat mengutuk mereka yang bertindak berdasarkan prasangka. Kita semua akrab dengan konsep bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Tentu saja karena fitnah kemungkinan besar bermula dari prasangka  dalam pikiran kita sendiri. Lebih lanjut Allah tegaskan bahwa hal-hal tersebut adalah prasangka yang dapat menimbulkan gosip dan kritik keras (Q.S Al Hujuraat: 12).

"Dan janganlah kalian saling menggunjingkan yang lain. Apakah kalian suka menjadi orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa benci atau jijik untuk memakannya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan maha penyayang." (Q.S. Al Hujuraat: 12)

 Landasan moral dari ayat di atas tentunya  menjadi motivasi bagi umat Islam untuk menghindari prasangka buruk terhadap orang lain. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana psikologi dapat membantu individu menjauhkan diri dari kecenderungan bias negatif terhadap orang lain. Beberapa poin yang kami bangun dibawah ini berdasarkan tingkat pemikiran dan perasaan kita semoga bermanfaat bagi kita semua, Insya Allah.


 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun