Sampah merupakan salah satu masalah yang sering muncul dilingkungan sekitar penduduk terutama dilingkungan masyarakat yang heterogen, hal ini dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya dan adanya sikap yang meremehkan dampak dari sampah itu sendiri.. Hingga saat ini telah ditemukan beberapa cara untuk menanggulangi sampah, akan tetapi cara-cara tersebut kurang dimaksimalkan atau tidak dilakukan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum kantong plastik muncul, manusia menggunakan tas dari bahan alami seperti rajutan akar, daun dan kain. Saat ini meskipun telah membawa tas yang cukup besar, banyak orang tetap meminta kantung plastik saat berbelanja. Plastik telah menjadi bagian dari gaya hidup kita.
Sampah terbagi menjadi 2 kategori, yaitu sampah organic dan anorganik.Adapun yang dimaksud dengan sampah organic adalah sampah yang mudah terurai dan membusuk seperti sampah dapur, sisa makanan, daun-daun kering dan yang lainnya. Sampah jenis organic ini bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu yang sangat lama, kategori sampah anorganik yaitu kaleng bekas, botol plastic, dan gelas minuman.
Pencemaran limbah dari sampah plastic pun akan berdampak bahaya bagi lingkungan dan menjadi ancaman bagi kehidupan laut ,sampah plastik telah diidentifikasi sebagai masalah di lingkungan laut sejak tahun 1970-an, tetapi masalah pencemaran plastik di lingkungan laut dan air tawar baru-baru ini diidentifikasi sebagai masalah global. Akibatnya, pencemaran laut oleh sampah plastik telah menjadi perhatian lingkungan bagi pemerintah, ilmuwan, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas internasional (Carpenter dan Smith, 1972).
Selain berdampak buruk bagii biota laut, sampah plastik bertanggung jawab atas kerusakan atmosfer dan lahan pertanian, yang secara tidak sengaja telah menghabiskan sumber daya bumi yang berharga, khususnya minyak (Sugii, 2008). Hal ini menjadi tantangan besar bagi lingkungan dan produksi pertanian saat ini. Konsekuensi dari sampah plastik yang dibuang di lahan pertanian tentu saja adalah kerusakan lingkungan.
Sejauh ini keterlibatan masyarakat dalam mengurangi pemakaian dan mendaur ulang plastik masih sangat minim. Pembatasan penggunaan sampah plastic di Indonesia memang belum sepenuhnya dibahas oleh beberapa pihak, karena plastic banyak digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari seperti alat rumah tangga dalam berbagai bentuk dan versi sesuai dengan kebutuhan, dan dari berbagai industri menggunakan plastik untuk mengemas produk mereka sebagai kebutuhan produksi seperti untuk kemasan makanan dan minuman.
Sebagian orang beranggapan bahwa limbah plastic merupakan sampah yang tidak memiliki manfaat, akan tetapi justru sampah plastic bias dimanfaatkan sebagai produk/barang yang berguna untuk kehidupan sehari-hari.Sebagai contoh yaitu bias di daur ulang menjadi souvenir cantik untuk memperindah ruangan kerja, ruang tamu dan sebagainya. Selain itu, jika dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan nilai jual. Pengelolaan sampah plastic ini dapat dijadikan bisnis yang besar dan menguntungkan walaupun tidak semua orang tertarik untuk terjun dalam pengelolaan daur limbah sampah plastic.
Dari permasalahan terkait sampah di atas maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara mengolah dan mendaur ulang sampah plastic agar pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastic berkurang serta meningkatkan kerativitas masyarakat yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Menyikapi persoalan tersebut, mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta memberikan salah satu alternatif solusi yaitu dengan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (Kerajinan Anak Desa Bunder, Celengan Kantong Milik Indonesia) di Desa Bunder yang merupakan salah satu desa yang berlokasikan di kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta khususnya di RT 14 dan 15. Salah satu sampah yang dihasilkan di desa Bunder ini adalah botol plasik dan sampah plastik yang digunakan bekas minuman ataupun makanan dengan jumlah yang cukup banyak dihasilkan setiap harinya. Sehingga penimbunan sampah plastic menjadi persoalan yang cukup memprihatinkan dilingkungan desa tersebut.
Program ini mengedepankan anak-anak untuk belajar dan berkreasi dengan memanfaatkan botol plastic menjadi celengan yang dibuat oleh mereka sendiri. Selain belajar berkreasi program ini kebermanfaatannya untuk memotivasi anak-anak agar rajin menabung dan hidup hemat, karena jika celengan yang di buat oleh diri mereka sendiri maka akan terdorong untuk rajin menabung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H