Mohon tunggu...
Dita Anis Zafani
Dita Anis Zafani Mohon Tunggu... Penulis - Ekonom, Aktivis lingkungan, dan Penggerak GUSDURian

Literasi ekonomi, lingkungan, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sandwich Movement: Belajar Kurangi Sampah Makanan dari Ayam Kota Belgia

1 Juni 2023   04:59 Diperbarui: 1 Juni 2023   12:59 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian tahu sandwich? Sebuah makanan yang bagian tengahnya terdiri dari daging, mayonnaise, dan saus yang dihimpit oleh dua roti dibagian atas dan bawah?. Makanan khas Spanyol ini belakang namanya sangat sering disebut-sebut, bukan hanya karena rasanya yang enak dan praktis untuk mengganjal perut, tapi istilah 'sandwich' dirasa sangat cocok untuk menggambarkan beberapa hal, termasuk untuk menggambarkan gerakan dalam tulisan ini.

 Makanan dan produk kebutuhan sehari-hari menjadi penyebab utama banyaknya sampah di Bumi, termasuk di Indonesia. Pasalnya untuk menambah nilai ekonomis sebuah produk, bungkus plastik masih menjadi andalan, misal snack Chiki-Chiki yang sebenarnya lebih besar bungkusnya daripada isinya, atau buah apel yang dibungkus plastik satu persatu untuk memberikan kesan higienis dan lebih mewah, skincare yang dibungkus dengan kardus lengkap dengan segel plastik sebagai bukti barang aman dan new, dan seterusnya.

Plastik ini bagaikan buah simalakama, jika digunakan menghasilkan banyak sampah, apabila tidak digunakan juga akan menghasilkan sampah makanan yang tidak akan tahan lama apabila tidak dibungkus plastik.

Sampah makanan dan plastik makanan merupakan permasalahan serius dan berdampak signifikan terhadap ekosistem, kesehatan manusia, dan masa depan planet bumi. Sampah yang dihasilkan dari rutinitas makan kita sehari-hari mungkin terdengar sepele, padahal jumlahnya sangat signifikan.

Bayangkan! Saat kamu makan di sebuah restoran, berapa banyak pelanggan yang tidak menghabiskan makanannya? Atau jangan-jangan kamu sendiri juga begitu? Lalu kemana makanan yang tidak dihabiskan itu berakhir? Tentu saja tong sampah.

Masih tentang makan, coba sesekali kamu hitung berapa banyak plastik yang kamu hasilkan dari proses makan? Beli nasi dibungkus plastik, beli minum pakai botol atau gelas plastik, beli cemilan juga dibungkus plastik, bahkan untuk makan kadang kita juga menggunakan sarung tangan dari plastik. Sekali makan saja, berapa banyak plastik yang kita hasilkan, kalau hal ini dilakukan sepuluh orang, maka berapa banyak jumlah plastiknya?

Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), setiap tahunnya jumlah sampah plastik mencapai 26,27 juta ton. Fakta menariknya, sampah plastik masih menempati posisi kedua sampah terbanyak di Indonesia. Sedangkan posisi pertama diduduki oleh sampah makanan yang jumlahnya mencapai 46,35 juta ton per-tahun.

Berdasarkan laporan UNEP Food Waste Index Report 2021, penyumbang sampah makanan ini 60% dari sampah rumah tangga, layanan makanan (seperti restoran dan kafe) 26%, dan 13% dihasilkan dari ritel. Jadi apabila dikalkulasikan 17% pangan dunia berakhir menjadi sampah makanan.

Sandwich Movement

Supaya plastik tidak menjadi kambing hitam dan selalu menjadi pemain antagonis, mari kita fokus pada pembuat sampah ini dan solusi apa yang bisa dilakukan. Sampah plastik tentu tidak akan menjadi masalah yang serius jika semua orang memiliki kesadaran untuk meminimalisir penggunaannya, membuang sampah pada tempatnya, dan memilahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun