Bagi fans fanatik, sepakbola bisa jadi segala-galanya, dan stadion ialah tempat bernaung. Fanatisme sepakbola ini kerap menyebabkan berbagai kericuhan, baik di dalam stadion maupun luar stadion. Terlebih lagi di negara kita ini, Indonesia. Fanatisme ini tidak memandang umur juga usia. anak kecil sampai lansia.
Kita semua tahu bahwa kompetisi sepakbola di Indonesia ini beberapa klub besar dikenal memiliki pendukung yang dianggap fanatik. Mulai Aremania (Arema FC, Malang), Bobotoh (Persib, Bandung), The Jak (Persija, Jakarta), Pasoepati (Persis, Solo), Sriwijaya Mania (Sriwijaya FC, Palembang) contohnya.
Kota Tangerang pun tidak luput dari fanatisme tersebut. Kota yang berjuluk Kota Akhlakul Karimah ini punya kenangan manis dengan tim sepak-bolanya, Persita dan Persikota. Persita (Persatuan Sepak bola Indonesia Tangerang), Klub berjuluk Pendekar Cisadane ini lahir di Kabupaten Tangerang pada 19 April 1940 yang dipelopori oleh Alm.M.E. Umran dan resmi disahkan PSSI 13 tahun kemudian pada 9 september.
Sementara itu, Â Persikota Tangerang (Persatuan Sepak Bola Indonesia Kota Tangerang), Tim berjuluk Bayi Ajaib ini baru lahir sekitar 26 tahun yang lalu, lebih tepatnya tahun 1994.
Saat ini, Persikota berlaga di Liga 3. Padahal sebelumnya di tahun 2013, semua pemain dikabarkan hengkang klub karena klub sedang mengalami kesulitan finansial. Hal yang mirip menimpa persita namun bisa diatasi di tahun 2016 dengan adanya pengurus serta manajemen klub yang baru.Â
Stadion Benteng menjadi naungan Persita dan Persikota. kedua tim itupun berlaga. Namun, Stadion Benteng markas Persita dan Persikota kini tak lagi dipakai dan terbengkalai.
Pada tahun 2012, Stadion Benteng sudah tidak aktif digunakan untuk bertanding sejak dikeluarkannya fatwa "Haram" bertanding sepakbola di Stadion Benteng oleh MUI Kota Tangerang. Fatwa MUI tersebut bukanlah tanpa alasan, hampir semua pertandingan di Stadion Benteng selalu menimbulkan tawuran yang disebabkan oleh bentrokan antara suporter kedua tim tersebut.
Bahkan terakhir sebelum stadion ditutup ada korban yang meninggal dunia diakibatkan bentrokan tersebut. Kedua tim baik Persita maupun Persikota masih tetap eksis di Liga Indonesia, hanya saja tempat kedua tim tersebut bermain di tempat lain.
Edi Junaedi Nawawi, Ketua MUI Tangerang KH mengklarifikasi melalui surat yang terbit pada 23 Oktober 2019 bahwa imbauan haram tersebut bukanlah Fatwa MUI, melainkan murni pernyataan pribadi sebagai Ketua MUI Tangerang.
"Itu bukan fatwa haram, tapi imbauan sebenarnya kalau pertandingan sepakbola masih menimbulkan kerusuhan dan korban jiwa maka lebih baik diharamkan saja," ujar Roni, Sekretaris Tim Persikota Tangerang pada Senin (25/11/19) dilansir dari Kompas.com.
hal ini berarti Stadion Benteng dapat kembali digunakan meskipun sudah lama tidak terawat. Kondisi stadion tersebut sangat tidak terurus. Bangku penonton yang kian dipenuhi ilalang, gawang yang berkarat, serta rumput yang tumbuh subur di lapangan. Stadion itu sesekali dipakai untuk bermain oleh warga sekitar ataupun untuk menggembala hewan ternak.