Kota Bandung menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang sangat beragam. Peninggalan barang-barang bersejarah yang tak ternilai harganya di kota ini salah satunya berada pada Museum Sri Baduga. Museum Sri Baduga merupakan sebuah persembahan bagi pecinta sejarah dan budaya Sunda. Dengan menghadirkan koleksi dan benda prasejarah yang sudah ada sejak zaman kerajaan kuno, museum ini berperan penting dalam memahami koleksi budaya Sunda yang mendalam.
Museum Sri Baduga mempunyai koleksi yang mencakup berbagai jenis artefak, lukisan, dan benda-benda bersejarah yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Sunda. Di antara koleksi uniknya adalah pakaian tradisional Sunda, alat musik tradisional, senjata kuno, bahkan berbagai macam jenis bebatuan.
Materi koleksi yang disajikan pada pameran tetap Museum Sri Baduga, ditata berdasarkan storyline yang menggambarkan alur perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat, seperti lantai satu yang diawali dengan menampilkan beberapa koleksi sebagai pembuktian hadirnya Sri Baduga sebagai salah satu raja Pajajaran, sejarah alam (bebatuan, fosil hewan dan tumbuhan), profil manusia (fosil manusia purba), sejarah terbentuknya Jawa Barat dari sisi geografis, dan seterusnya.
Artikel ini akan berfokus pada salah satu bebatuan yang ada di Museum Sri Baduga sebagai benda sejarah yang memberikan wawasan tentang masa lalu. Bebatuan telah menjadi saksi bisu peradaban manusia sepanjang sejarah. Melalui penelitian lebih dalam, kita dapat memperoleh pemahaman tentang budaya, teknologi, dan kehidupan manusia pada waktu lampau.
Pemilihan tema ini penting dengan alasan, bebatuan merupakan sumber informasi yang berharga bagi para peneliti sejarah maupun arkeolog. Mempelajari bebatuan dapat membantu kita untuk memahami bagaimana manusia purba berinteraksi dengan alam dan membangun peradaban serta menciptakan warisan budaya yang masih kita nikmati sampai saat ini. Jenis bebatuan yang akan di teliti lebih dalam yaitu batuan Sekismika (Schist).
Beberapa masalah yang terkait dengan batuan Sekismika diantaranya:
a. Identifikasi dan klasifikasi: Bagaimana para arkeolog mengidentifikasi dan mengklasifikasikan batuan Sekismika?
b. Fungsi dan simbolisme: Apa fungsi dan simbolisme yang terkait dengan penggunaan batuan Sekismika terhadap masyarakat kuno?
c. Teknik dan metode pembuatan: Bagaimana teknik dan metode pembuatan benda-benda dari batuan Sekismika?
d. Pemeliharaan dan pelestarian: Bagaimana upaya pelestarian dilakukan untuk menjaga keaslian batuan Sekismika?
Berikut seputar pertanyaan untuk mengeksplorasi isi artikel:
a. Apa yang dapat kita pelajari dari batuan Sekis mika terhadap kehidupan manusia pada zaman prasejarah?
b. Bagaimana batuan Sekis mika digunakan untuk keperluan manusia pada masa lampau?
c. Siapa yang pertama kali menemukan batuan Sekis mika?
d. Dimana batuan Sekis mika ditemukan pertama kali?
e. Kapan ditemukannya batuan Sekis mika pada saat itu?
f. Mengapa batuan Sekis mika sangat penting untuk kita pelajari?
Beberapa kegunaan dan manfaat kajian dari artikel ini diantaranya:
a. Pemahaman mendalam tentang salah satu benda peninggalan sejarah manusia: Artikel ini akan memberikan wawasan lengkap tentang kehidupan dan peradaban manusia pada masa lampau melalui benda bebatuan.
b. Pelestarian salah satu warisan budaya: Dengan memahami nilai dan signifikansi bebatuan bersejarah, artikel ini dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian dan perlindungan terhadap situs-situs arkeologi yang mengandung bebatuan bersejarah.
c. Inspirasi bagi seniman dan perancang: Informasi tentang fungsi, teknik, dan estetika bebatuan dapat menginspirasi seniman dan perancang dalam menciptakan karya seni maupun desain.
Sekis mika (bahasa Inggris: schist) adalah salah satu dari jenis batuan metamorf. Batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Batu Sekis mika pertama kali ditemukan oleh dua ilmuwan Jerman, Johann Gottfried Tullius dan Johann Nepomuk von Fuchs, pada tahun 1823. Mereka menemukan batu tersebut di pegunungan Zinnwald, di perbatasan Jerman dan Republik Ceko. Batu Sekis mika, atau mika schist, adalah jenis batuan metamorf yang memiliki tekstur halus dan mengandung mineral mika serta berbagai mineral lainnya. Penemuan ini memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu geologi dan pengetahuan manusia tentang mineralogi.
Sekis mika dianggap sebagai batuan kerak benua yang tersingkap ke permukaan, terletak di Kecamatan Sadang berjarak sekitar 25 km dari Kota Kebumen. Sekis mika dianggap sebagai batuan tertua di Pulau Jawa, bahkan kadang disebut sebagai pondasi Pulau Jawa. Keunikan sekis mika adalah kenampakan khas batuan metamorf berstruktur foliasi; tersusun oleh mineral feldspar, kuarsa, dan mineral mika pipih yang melimpah, mengkilap menyerupai perak. Kegunaan batu Sekis mika dalam industry yaitu sebagai bahan baku untuk produk kaca, isolasi termal, komponen dalam industri kimia, dan lain lain.
Nilai-nilai sejarah dari bebatuan Sekis mika dapat mencakup informasi tentang perubahan geologis, kejadian sejarah alam, dan evolusi lingkungan. Bebatuan Sekis mika juga dapat memberikan petunjuk tentang masa lampau seperti pergantian iklim, suksesi biologis, atau peristiwa geologi penting.
Fungsi komunikasi dari bebatuan Sekis mika dalam konteks ritual, sosial, dan budaya bisa bermacam-macam. Mereka bisa digunakan sebagai alat komunikasi visual untuk menyampaikan cerita atau mitos, sebagai lokasi pertemuan atau perayaan budaya, dan bahkan sebagai tempat ritual keagamaan.
Relevansi nilai budaya bebatuan Sekis mika dengan masa kini dapat terlihat dalam keberlanjutan pendalaman pengetahuan sejarah dan kekayaan budaya, serta pentingnya konservasi sumber daya alam dan situs-situs bersejarah bagi keberlangsungan lingkungan dan warisan budaya kita.
Nilai komunikasi antar budaya dari bebatuan Sekis mika bisa menjadi pelajaran tentang keragaman budaya, penghargaan terhadap tradisi-tradisi lain, dan juga komunikasi visual dan simbolik yang mendalam. Hal ini dapat memperkaya pemahaman kita tentang keberagaman budaya manusia dan bagaimana kita dapat belajar satu sama lain melalui peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya.
Kesimpulannya, batuan Sekis mika (Schist) merupakan salah satu benda pra Sejarah di bidang geologis yang harus kita lestarikan dan pelihara selalu. Tidak semua benda pra Sejarah bisa kita lihat dengan langsung, bersyukurlah kita masih bisa menyaksikan saksi bisu peninggalan Sejarah masa lampau maupun zaman purba. Di sisi lain, semua benda-benda peninggalan pra Sejarah memiliki nilai ritual maupun agama yang kuat. Jadi, harus kita hargai dan hormati sepanjang masa.
Referensi
Tomkeieff, SI (1983). Kamus Petrologi. John Wiley & Putra.
Terbaik, Myron G. (2002). Petrologi Beku dan Metamorf, Edisi ke-2. Wiley-Blackwell.
A Macdonald Orbis Book, 1987. The Macdonald Encyclopedia of Rocks & Minerals, Macdonald & Co (Publishers) Ltd, Greater London House, hamstead Road, London NW1 7QX, 607 hal.
Bates, R.L., and Jackson, J.A., 1980. Glossary of Geology, Second Edition, American Geological Institute, Falls Church, Virginia, 749 hal.