Saat ini jumlah sampah di Surabaya yang tercatat masuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo adalah 1.500 ton hingga 1.600 ton setiap harinya. Sampah ini didominasi oleh sampah organik berupa sisa makanan, sisa sayuran, dan sisa buah-buahan yang membusuk. Peningkatan jumlah sampah di Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah sampah terbesar berasal dari sampah rumah tangga, yang mencapai 6.500 ton dalam setahun.
 Salah satu faktor yang mendukung tingginya sampah organik rumah tangga adalah banyaknya sisa bahan makanan yang terbuang sia-sia karena tidak adanya food preparation dari masyarakat dan kurangnya wawasan terkait bagaimana cara mengimplementasikan food preparation dalam anggaran belanja rumah tangga. "Membeli bahan makanan yang tidak direncanakan, bisa menyebabkan adanya kelebihan stok sayur sehingga sayuran yang terlalu lama disimpan dalam kulkas akan layu dan busuk dan berpotensi untuk terbuang" ujar Januari PNT, S.IP, M.MECAS, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah khususnya sampah organik tersebut. Eco-enzyme merupakan salah satu solusi penanganan sampah organik khususnya di daerah perkotaan. Eco-enzyme sendiri merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa bahan organik, gula, dan air. Sisa-sisa bahan organik tersebut tidak hanya menjadi sampah yang disia-siakan, tetapi kandungan di dalamnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Dalam kesempatan ini, dosen dari tiga fakultas di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur yakni Dita Megasari, S.P., M.Si. dari Fakultas Pertanian, Dewi Deniaty, S.E., M.M. dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Januari PNT, S.IP, M.MECAS. dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kolaborasi dengan memberikan edukasi kepada masyarakat yang ada di Kelurahan Medokan Ayu tepatnya warga RW 12 untuk mengembangkan kebiasaan memanfaatkan sisa bahan organik menjadi sesuatu yang lebih berguna.
Pembuatan eco-enzyme yang cukup praktis dijelaskan oleh Dita Megasari, S.P., M.P., dosen dari Fakultas Pertanian sehingga masyarakat mengetahui bagaimana cara pembuatan eco-enzyme dan mulai untuk membiasakan membuat eco-enzyme di rumah. "Pembuatan Eco Enzym ini mudah, dengan menyediakan air bersih, bisa air minum atau air sisa pembuangan AC, sisa kulit buah dan sayuran minimal 5 jenis yang berbeda, serta gula merah atau gula tetes tebu. Seluruh bahan disimpan di wadah yang kedap udara selama minimal 3 bulan dengan perbandingan 3 bagian bahan organik, 1 bagian gula, dan 10 bagian air".
Menurut Dewi Deniaty, S.E., M.M. Eco-Enzyme yang memiliki banyak kegunaan seperti untuk mengepel lantai, larutan antiseptik, bahan cuci piring, dan manfaat lainnya dapat mengurangi anggaran belanja rumah tangga dan bisa dialihkan kepada hal-hal yang bermanfaat lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H