NGANJUK - Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Padi mengandung tinggi karbohidrat dan protein, sehingga dijadikan sebagai sumber utama bahan pangan pokok. Salah satu kendala dalam proses budidaya padi adalah serangan hama. Hama utama yang menyerang tanaman padi adalah tikus sawah (Rattus argentiventer).
Petani padi di Desa Sumberagung, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk menjelaskan bahwa dalam kurun waktu setahun belakangan ini sedang terjadi outbreak hama tikus sawah. Tikus sawah menyerang hampir di seluruh lahan milik petani yang berdampak pada penurunan produktivitas padi hingga gagal panen. Menurut Tumijo, salah satu petani menyampaikan bahwa outbreak hama tikus sawah ini terjadi karena selama 2 tahun pandemi Covid-19 tidak pernah dilakukan kegiatan pengendalian tikus sawah, sehingga populasi tikus sawah meningkat. Petani telah melakukan berbagai upaya pengendalian hama tikus sawah, baik menggunakan perangkap, umpan beracun, pemeliharaan burung hantu, hingga melakukan ritual. Tetapi semua upaya yang dilakukan dirasa belum optimal mengendalikan populasi tikus sawah. Saat ini petani menerapkan sistem bera karena telah menyerah menghadapi serangan tikus sawah.
Â
Menanggapi pemasalahan ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel bekerjasama dengan pemerintah Desa Sumberagung menggelar kegiatan gropyokan bersama dengan petani. Gropyokan dilakukan dengan cara membuka sarang tikus sawah dan membunuh hama tikus sawah tersebut secara bersama-sama. Dalam kegiatan gropyokan ini juga dihari oleh Plt. Bupati Nganjuk Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E, S.H, M.M., M.BA. Jumlah tikus sawah yang berhasil ditangkap dalam kegiatan ini berjumlah ribuan.
Kegiatan lanjutan yang dilakukan adalah Seminar Motivasi dengan tema "Menggelorakan Kembali Semangat Para Petani dalam Upaya Pengendalian Hama Tikus". Seminar motivasi ini disampaikan oleh Dita Megasari, S.P., M.Si. Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur. dan dihadiri oleh Perangkat Desa Sumberagung, Penyuluh Pertanian Kecamatan Gondang, dan Petani yang tergabung dalam beberapa Kelompok Tani. Dalam seminar motivasi ini narasumber memberikan penjelasan terkait bio-ekologi tikus sawah, teknik-teknik pengendalian tikus sawah, dan contoh pengendalian tikus sawah diberbagai wilayah lain di Indonesia. Selama kegiatan berlangsung antusias dari petani cukup tinggi, petani merasa puas dan senang karena mendapatkan ilmu yang lebih dalam mengenai pengendalian hama tikus sawah.
Dalam sesi diskusi petani menyampaikan bahwa segala upaya yang dilakukan dirasa tidak cukup efektif mengendalikan populasi hama tikus sawah. Hasil analisis meyimpulkan bahwa tidak efektifnya kegiatan pengendalian ini dikarenakan karena tidak adanya konsistensi dan kebersamaan diantara petani. Contohnya dalam pemanfaatan burung hantu sebagai predator tikus sawah banyak ditangkap kembali oleh warga karena warnanya menarik, ular sawah ditangkap untuk dijual, gropyokan dilakukan pada petak sawah masing-masing, beberapa petani tetap menanam jagung di musim bera dan lain sebagainya.Â
Populasi tikus sawah yang sudah sangat tinggi ini menjadi tantangan bagi para petani. Kegiatan pengendalian yang direkomendasikan selama musim bera ini adalah GERDAL (Gerakan Massal Pengendalian) yang dilakukan secara serentak dan kontinyu selama selang waktu tertentu. Pemasangan Trap Barrier System juga disarankan dalam masa tanam berikutnya. Diharapkan setelah kegiatan ini, petani padi di Desa Sumberagung lebih bersemangat dalam mengendalikan tikus sawah dan produktivitas padi juga meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H