Malang -- kamung budaya polowijen merupakan tempat seni budaya topeng malangan berkembang, kampung yang menyimpan kejayaan masa silam ditengah era yang modern dan masa generasi milenial. Generasi milenial erat kaitannya dengan peningkatan, keakraban komunikasi, media dan teknolgi digital yang menerpa setiap penjuru dunia.
Generasi milenial lebih terkesan individual, mengabaikan nilai politik, fokus pada nilai-nilai materialistis dan kurang peduli untuk membantu sesama. Generasi ini menimbulkan sisi negatif yaitu pemalas, narsis dan tidak konsisten.
Menjawab permasalahan diata kampung budaya polowijen hadir dengan rangkaian yang mengeratkan kembali hubungan kemasyarakatan. Kampung budaya sendiri hadir dengan rangkaian kegiatan yaitu menari dikhususkan kepada anak-anak di hari minggu, membatik kegiatan ibu-ibu dan menopeng pada setiap malam oleh bapak-bapak di kampung tersebut.
Pemberian fasilitas publik kepada semua kalangan ini, ternyata mampu menghidupkan kemabali pola komunikasi konvensional atau langsung. Hal ini dapat mengurangi penggunaan media sosial untuk berkomunikasi dan merangsang masyarakat untuk peduli kepada orang lain.
Mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial yang melakukan kegiatan praktikum 2 komunitas, yang dilaksanakan selama satu bulan dengan jumlah mahasiswa 19 orang, yang dinaungi langsung oleh ketua laboratorium ilmu kesejahteraan sosial yaitu bapak Dr. Fauzik Lendriyono. Mahasiswa kesejahteraan sosial melihat fakta sosial yang ada dimasyarakat saat ini khususnya generasi milenial, maka sangat penting untuk menciptakan ruang publik yang menyenangkan dan merangsang stimulus anak serta orang tua. Menunjang hal tersebut menjadi kenyataan, mahasiswa menggunakan media dolanan tradisonal.
Dolanan tradisional diera-generasi milenial sangatlah tidak di kenal, dan mungkin belum pernah melihatnya. Fakta dolanan tradisional adalah permainan yang mayoritas di mainkan secara berkelompok, sehingga banyak manfaat yang deperoleh. Hal ini dikarenakan setiap anak dipaksa untuk berkomunikasi, berstrategi, berkerja sama dan berkompetisi. Secara tidak langsung anak diajarkan untuk tanggap terhadap situasi dan mencari solusi dari setiap setuasi yang berbeda.
Tawaran yang diberikan oleh mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial yang melakukan kegiatan praktikum komunitas ini sangat bermanfaat bagi komunitas sehingga anak dan orang tua, selain itu secara tidak langsung kegiatan ini mampu melestarikan budaya dan mengenalkan budaya kepada generasi saat ini agar tidak punah.
Oleh : Wiwit Naning Cahyani (Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial UMM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H