Lumpur Lapindo adalah fenomena alam berupa semburan lumpur panas yang terjadi di Porong, Sidoarjo akibat aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas tahun 2006. Fenomena ini mengakibatkan lokasi area pengeboran tergenang lumpur panas yang kemudian meluas hingga menenggelamkan 16 desa di 3 kecamatan. Selain itu, genangan lumpur panas ini juga berdampak terhadap pabrik yang beroperasi di lokasi sekitar area pengeboran sehingga pabrik terpaksa menghentikan aktivitas produksi. Kondisi ini membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggalnya. Lumpur Lapindo sangat menimbulkan dampak buruk baik dari segi sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar.
Selain dampak materialis, semburan lumpur panas ini juga membawa dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa lumpur lapindo mengandung berbagai senyawa kimia berbahaya seperti timbal, kadmium, boron, mangan, besi, barium dan kandungan logam lainnya. Senyawa kimia ini dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena meningkatkan gas efek rumah kaca dan kesehatan manusia, seperti meningkatkan resiko kanker, gangguan pernafasan dan kelainan organ hingga menyebabkan kematian.
Untuk meminimalisir dampak lingkungan yang timbul, hasil tinjauan dari berbagai artikel ilmiah diketahui bahwa lumpur lapindo memiliki kandungan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran aspal beton. Aspal beton adalah lapisan konstruksi jalan yang terdiri campuran agregat, dan filler dengan bahan pengikat aspal bersuhu panas tinggi. Aspal beton memiliki karakteristik antara lain, stabilitas, durabilitas, fleksibilitas, skid resistence, fatigue resisten, dan workability. Berdasarkan penelitian dalam jurnal skripsi (Jaelani et al., 2019) lumpur panas lapindo dapat digunakan sebagai filler pada aspal beton karena mengandung pasir, debu dan lempung yang tidak dapat larut dalam air, tidak bersifat higroskopi, dan berwarna gelap untuk menghindari matahari yang dapat mempercepat proses oksidasi aspal sehingga memenuhi karakteristik sebagai filler untuk menahan beban kendaraan yang melintas.
Dengan adanya penelitian ini, lumpur lapindo dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai lapisan konstruksi untuk perbaikan jalan dan dapat digunakan untuk konstruksi jalan guna menyejahterakan masyarakat di daerah terpencil tanpa akses jalan. Sekaligus, mengurangi dampak lingkungan, gas efek rumah kaca yang diakibatkan oleh lumpur lapindo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H