Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sistem Distribusi Pembagian Daging Qurban Istiqlal adalah Sebuah Solusi?

14 Oktober 2013   05:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:34 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang sedang gundah menanti Idul Qurban tiba. Seperti hari raya Idul Adha tahun sebelumnya, tragedi demi tragedi nyaris selalu terjadi di masjid terbesar negeri ini terkait pembagian daging qurban.

Tontonan yang tersaji di layar kaca selalu saja mengundang rasa miris yang mendalam. Betapa tidak? Masyarakat miskin dan yang mengaku miskin datang ke masjid Istiqlal dari segala penjuru untuk memperebutkan beberapa potong daging. Mereka berdesakan, saling injak, saling sikut satu sama lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Adalah hal yang baik jika mereka yang membutuhkan daging qurban datang mengambil haknya. Pun adalah usaha yang baik jika panitia pembagian daging qurban telah berusaha memimalisir dengan berbagai strategi dan pengamanan. Kini kita tahu bahwa kedua belah pihak adalah pihak yang memiliki niat baik, meski di sela-sela kebaikan itu pun seringkali terselip satu dua hal yang kurang baik. Di antaranya adalah mereka yang mengambil daging qurban dan lalu menjualnya. Karena dengan alasan apa pun, daging kurban tidak diperbolehkan untuk diperjualbelikan.
Tapi sebuah HAL BAIK itu tidak berhenti pada NIAT dan CARAnya. Kebaikan itu pun semestinya DISAMPAIKAN DENGAN BAIK dan BERAKHIR BAIK.

Suara saya di sini pastilah amat lirih terdengar. Tulisan saya juga mungkin tak banyak dibaca orang. Namun ijinkan saya menuangkan kegalauan dengan solusi kecil berdasarkan logika sederhana. Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Indonesia. Ibarat gardu listrik, ia adalah serupa gardu induk dengan tegangan 500Kv. Gardu induk pun tidak serta merta mengalirkan setrum ke para pengguna. Listrik akan dipecah ke beberapa gardu distribusi.

Demikian juga dengan pembagian daging qurban. Mungkin sudah saatnya Istiqlal tak perlu mengadakan pembagian secara langsung daging hewan qurban. Istiqlal silakan saja menerima hewan qurban, tapi selanjutnya panitia bisa membaginya dengan sistem distribusi melalui masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru yang memungkinkannya.

Di sisi lain, para penerima pun tak harus mengeluarkan biaya transportasi dan tenaga ekstra untuk berjuang mendapatkan haknya. Karena sering kita saksikan mereka datang berbondong-bondong dari segala penjuru dengan kereta api, bis, angkot, motor, hingga berlelah-lelah berjalan kaki. Banyak di antaranya bahkan menghabiskan waktu seharian dari pagi buta untuk membawa pulang beberapa potong daging yang ingin dicicipinya.

Ini bukan hanya akan menghindarkan dari keruwetan dan tragedi perebutan daging kurban. Dimana kebaikan niat itu seringkali tertutupi oleh berita duka yang tak hanya memilukan, namun juga menghiasi media nasional hingga Internasional dengan “berita miring” seputarnya. Bagaimana mungkin bangsa yang mengagungkan kebesaran, keramahtamahan, kehalusan budi pekerti dan deretan predikat baik lainnya juga di saat yang sama memunculkan fakta sebaliknya?

Apakah fenomena ini sengaja ada pihak-pihak yang sedang menikmatinya? Jika ada sebuah lubang menganga di depan mata dengan pola yang selalu sama, kita masih juga terjebak ke dalamnya, apakah kita memang lebih bodoh dari keledai? Tahukah bahwa tragedi yang berulang ini sungguh amat mengenaskan dan sekaligus amat membutuhkan keseriusan dalam pencegahannya?

Jika diibaratkan bom yang hendak meledak, sehari lagi memang waktu yang amat singkat untuk memotong kabel pemicu ulang tahun ‘Ledakan Peristiwa” yang mungkin bisa terjadi. Tapi bukankah pemotongan dan pembagian hewan qurban telah diatur dalam Islam dengan beberapa hari perpanjangan waktu yang diperbolehkanNya? Panitia qurban pasti lebih kaffah dalam aturan beserta landasan dalilnya.

Satu kalimat yang ingin saya ingatkan adalah bahwa; NIAT BAIK penyelenggaraan Qurban sebagai ketaatan menjalankan perintah Allah SWT haruslah dilakukan dengan CARA yang BAIK, sehingga BERAKHIR BAIK. Sistem distribusi adalah salah satu dari sekian banyak solusi yang bisa diambil. Karena apa pun alasannya, kebaikan yang berakhir dengan keburukan pasti amat tak diinginkanNya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun