Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenang Cak Nur (Almarhum) – Jalan Hidup Seorang Visioner (Bagian 3-Penutup )

1 Agustus 2012   05:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di edisi tulisan sebelumnya, kita bisa menyimak bagaimana perjuangan Cak Nur dalam meniti hidup awal-awal kehidupan keluarganya yang diambil dari  buku Api Islam – Nurcholish Madjid, Jalan Hidup Seorang Visioner tulisan Ahmad Gaus AF.

Perjalanan yang Menentukan

Negeri-Negeri Islam

Keinginan terbesarnya mengunjungi negeri-negeri di Timur Tengah akhirnya terwujud setelah kunjungannya ke Amerika Serikat.

Adapun biayanya didapat antara lain dari uang tunjangan perjalanan dinas dan uang saku yang didapatkan dari sponsornya CLS.

Maka, selesai kunjungan ke AS, ia langsung menuju Timur Tengah dengan melewati Perancis dan Inggris, lalu ke Turki. Penginapan yang dipilih adalah hotel-hotel murah.

Tiba di Istanbul Turki di sore menjelang malam. Setelah mendapat hotel murah, ia lelah dan tidur lebih cepat. Esok paginya, ia dikagetkan oleh suara azan yang cukup keras. Rupanya di samping hotel tempatnya menginap, dikumandangkan dalam bahasa Arab, dan bukan dalam bahasa Turki. Penaruh sekularisme Turki di bawah Kemal Attaturk yang salah satu wujudnya adalah larangan menyuarakan azan dalam bahasa Arab rupanya sudah tak berlaku lagi.

Singkat cerita, Nurcholish berhasil menemui kenalannya dokter Jawad, yang sebelumnya sempat bertemu di AS.

Jawad mempunyai hubungan persahabatan yang luas dengan aktivis Islam. Ia membawa Nurcholish ke perkumpulan untuk kebangkitan Islam melalui tarekat, sehingga berpakaian ala sufi, putih-putih. Nurcholis diminta berbicara mengenai Islam di Indonesia dalam bahasa Arab. Keesokan harinya pertemuan itu diberitakan di surat kabar setempat. Foto Nurcholish terpampang , ucapannya dikutip dalam bahasa Turki.

Ia juga ceramah di depan mahasiswa Universitas Istanbul dalam bahasa Inggris yang oleh Jawad, kemudian diterjemahkan ke bahasa Turki karena banyak dari hadirin yang tidak menguasai bahasa Inggris.

Demikian perjalanan itu berlanjut ke Lebanon, Suriah, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Mesir dengan mengisi forum diskusi dan berbagai ceramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun