Sabtu pagi, 20 Oktober 2012 langit terasa lebih cerah dari biasanya setelah kabar baik yang kuterima tadi malam. Teman-teman telah kembali dengan selamat. Misi mendapatkan si hitam kembali dari tangan-tangan tak bertanggungjawab tercapai sudah. Mereka telah melepaskan si hitam yang penuh kesejarahan dari seseorang yang menggunakan segala macam cara untuk mendapatkan kesenangan dunia.
Barangkali demikianlah....suasana hati dan pikiran berpengaruh dasyat pada hari-hari yang berjalan. Dalam situasi gembira, jangankan sekedar udara yang kering karena kemarau berkepanjangan. Panas terik matahari pun dirasakan sebagai sauna yang menyehatkan...:)
Di kala suasana hati dan pikiran kalut, gerimis atau hujan pun hanya akan menambah beban. Amatlah berbeda dengan kondisi sebaliknya. Aroma tanah nan segar kan mendatangkan ketentraman....
“Nak, maaf ya hari ini Ibu tidak bisa libur. Ibu diundang pelatihan oleh BSM di Oasis Amir Hotel, Senen. Nanti Mutia dan Bapak tolong jemput Ibu sore ya. Tunggu saja di Gramedia, nanti Ibu belikan komik science lagi InsyaAllah.....!”
Yang segera dijawab putriku cepat : “Oke Ibu...Emang Ibu mau naik apa kesana?”
“Ibu naik kereta saja turun di Senen. Lebih cepat. Nanti dari situ naik ojek deh....” ujar saya selanjutnya.
Begitulah. Perjalanan dengan kereta ekonomi AC jurusan Bekasi – Kota yang datang tepat waktu sudah langsung mencatatkan kesan positif bagi perkeretaapian. Sudah lama saya tidak pernah memanfaatkan jasa transportasi itu. Diam-diam saya berharap semoga kereta-kereta lainnya juga memang selalu tepat waktu seiring dengan pembenahan manajemen yang telah dan sedang dilakukan sebagaimana yang dikisahkan Pak Dahlan Iskan di Manufacturing Hope 41 (http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/09/03/tidak-bayi-tergencet-akuarium-pun-jadi/).
Di depan ruangan meeting tempat Pelatihan Manajemen Pembiayaan LKM Syariah, BMT dan Dai Sejabotabek itu telah berderet meja-meja panitia. Setelah registrasi ulang, semua undangan yang hari itu berpakaian batik dibagikan sebuah tas batik yang berisi makalah dan jadwal kegiatan.
Setelah menempati tempat duduk, kuamati sekilas lembar Susunan Acara-nya.
Dan ”Degg! Astaghfirullah....MasyaAllah....!” Betapa kagetnya karena namaku tertera sebagai pembicara Success Story di tengah-tengah sesi pelatihan yang berlangsung hingga jam 15.30 hari itu.
Sebelumnya saya memang sudah dihubungi oleh Bank Syariah Mandiri untuk mengisi. Tapi entah karena banyaknya pekerjaan yang sedang memerlukan konsentrasi, atau ’gara-gara’ kasus si hitam, saya tidak bertanya banyak harus apa dan bagaimana. Saya datang tanpa persiapan presentasi tentunya.
Kekagetan berikutnya adalah karena di mimbar itu, akan berturut-turut berdiri Bp. Adri Vendredi Sabari – Ketua Divisi Small & Micro Banking Division; Prof. Dr. Alwi Abdurrahman Shihab; Bpk Kiagus M. Tohir, ketua LAZNAS BSM, Ibu Sufitri Devi, Kepala Cabang BSM Rawamangun dan beberapa kepala Divisi di Bank Syariah terbesar di Indonesia itu.
”Bapak dari mana? Perusahaan atau BMT?” sapa saya pada teman duduk sebelah untuk multi tujuan. Menambah teman, sekaligus mengukur, kalangan mana saja yang kelak akan menjadi pendengar sekaligus penonton.
”BMT Tangerang Mbak....” sahutnya ramah sambil melemparkan senyum persahabatan.
”Wah jauh juga...Ngomong-ngomong sudah berapa nasabah sekarang ini? Berdiri tahun berapa Pak?” lanjut saya lagi.
”Oh...dari 2006. Kami baru memiliki sekitar 5.000 nasabah...” sahutnya kalem.
”Gubrak deh!” Jujur saja saya kaget mendengarnya. Dengan 5.000 nasabah yang tersebar dan kredit maksimal yang bisa dikucurkan adalah 300juta rupiah, berarti badan keuangan non perbankan itu telah cukup besar jangkauannya.
Sejenak saya menyadari bahwa keberadaan saya di tengah-tengah mereka adalah hal yang SALAH RUANG. Bagaimana tidak? Saya harus bercerita tentang kisah sukses di tengah-tengah orang yang kesuksesannya mungkin jauh di atas saya. Di tengah-tengah kumpulan manusia yang kesalehan dan pengetahuan Islamnya mengagumkan. Lucu kedengarannya. Sungguh ciut nyali dibuatnya. Salah-salah bicara, saya hanya akan menjadi bahan tertawaan pastinya....:(
”Keterlaluan BSM...!” ada rasa ingin komplain secepat mungkin jika tidak bersegera saya menolong diri sendiri. Terbersit keinginan untuk mangkir dari tugas yang tertera dalam jadwal. Terlintas untuk menemui panitia bahwa saya tidak bisa mengisi karena sesuatu hal. Meski saya duduk seharian di sana, toh hadirin yang ada di ruangan itu juga tidak ada yang mengenal saya bukan? Bahkan saya urung menyebutkan nama lengkap kepada teman kiri-kanan dan depan belakang. Hanya saya tidak ingin mereka tahu bahwa orang yang akan mengisi sesi tepat sehabis makan siang adalah seorang ”ordinary people” yang kini duduk di sekeliling mereka.
Sejenak saya terdiam. Lari dari masalah bukanlah pilihan yang baik. Mulailah saya membangun diri. Saya arahkan pikiran pada buku-buku yang pernah saya baca. Kubalikkan kekesalan pada BSM menjadi sebuah ujud rasa terimakasih atas kesempatan latihan bicara kesuksesan di sebuah mimbar.
Kubayangkan aku ini adalah Ipung. Seorang anak desa terpencil dan krempeng versi cerita Prie GS yang berjudul “Hidup Ini Keras maka Gebuklah!”
Seorang yang bukan siapa-siapa namun akhirnya bisa membalik keadaan menjadi penuh arti begitu ia telah bicara dan memberikan sejumlah kata-kata mutiara yang memberi energi dan motivasi.
”Kita menjadi apa dan siapa hanyalah perkara sudut pandang. Kitalah yang membuat sudut pandang itu sendiri...!” batin saya menguatkan diri sendiri.
”Ruang gelap dan menakutkan hanya dapat diatasi dengan satu cara, yaitu memasukinya...!” kembali saya meyakinkan.
Perlahan-lahan kuraih kertas kosong yang dibagikan untuk tujuan membuat catatan-catatan kecil atau ekstrak ilmu yang dibagikan oleh para pembicara di mimbar sana.
Segera kubuat naskah pidato dadakan. Garis-garis besar yang kelak akan kusampaikan, agar topik jangan terlalu meluas kemana-mana.
”Orang hanya akan mengingat dengan baik bagian awal dan akhir sebuah pembicaraan. Bagian tengah hanya sebagai pelengkap informasi, namun seringkali tidak tersimpan dengan sempurna dalam otak manusia”
Kalimat seorang trainer public speaking yang adalah sahabat saya itulah yang kembali terngiang.
Singkat cerita....waktu itu pun tiba.
Dan inilah sekelumit yang saya sampaikan....
”Terimakasih tak terhingga kepada BSM yang telah memberikan kehormatan bagi saya untuk berada di sini, di hadapan Bapak dan Ibu semua. Setelah kesempatan yang pun diberikan BSM tahun lalu untuk mengisi program Sukses Syariah di MetroTV, kini saya harus bicara kembali tentang kesuksesan. Success story atau kisah sukses.
Pastinya saya adalah butiran pasir di lautan dibanding pencapaian Bapak dan Ibu sekalian,...Tapi biarlah saya menyetujui definisi kesuksesan menurut Pak T.P. Rachmat bahwa kesuksesan hanyalah pencapaian yang akan tiada henti sepanjang hayat masih dikandung badan.
Pencapaian itu mungkin kecil di mata orang lain, tapi cukup besar di mata saya. Hanya untuk mendatangkan kesyukuran bagi saya pribadi tentunya.
Alhamdulillah, sejak 2004 saya telah memindahkan kantor dari sebuah perusaahan cukup besar dimana saya sebagai karyawan, ke sebuah kantor kecil di sudut rumah. Yang mana di sanalah saya bertindak sebagai si nahkoda itu. Lalu beberapa tahun kemudian telah menempati sebuah lokasi terpisah, hanya beberapa langkah saja dari rumah. Jarak anti kemacatan....kantor dambaan banyak orang tentunya...he he he
Awalnya misi utama adalah untuk menemani dan melihat langsung tumbuh kembang putri saya. Dan kini misi itu telah saya perbaharui, sebagai bentuk pengabdian kepadaNya, sebagai ladang jihad yang menjadikan beberapa periuk nasi mengepul karenanya. Ini adalah kesuksesan yang saya syukuri.
Dari mulai usaha di bidang perdagangan alat tulis kantor sebagai media pembelajaran, saya membangun team kecil. Partner usaha saya, Ibu Ayi adalah seorang mantan penyiar radio di Bogor, yang memungkinkan saya untuk masuk ke bisnis iklan. Maka iklan radio daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah kami ageni di awal-awal usaha kami berjalan.
Pernah diberi kesempatan Taman Impian Jaya Ancol untuk menjadi agen tiket dan edutainment pelajar Jabodetabek di tahun 2008. Dimana keberadaannya menjadikan kami melangkah lebih jauh menjadi travel wisata dalam dan luar kota. Seiring dengan itu, kami juga paralel menggarap event, maka jadilah kami event organizer. Dan terakhir kami membuka Divisi Training, dimana bidang tersebut sangat berdekatan dengan edukasi, pembelajaran.
Perjalanan itu tidak semudah yang dibayangkan pastinya. Di awal usaha, saya sudah mengalami kerugian puluhan juta yang adalah sangat besar nilainya untuk saya.
Perusahaan batubara yang kami supply mengalami kebangkrutan, dan giro yang dibayarkan tidak dapat dicairkan.
Jika saya berhenti, maka saya hanya akan mengubur diri. Maka tidak ada pilihan lain untuk terus berjalan. Suami saya bilang ”Inilah harga sebuah pembelajaran. Nilai sekolah S2 hingga S3 kita!”...:)
Dari awal mula usaha saya jalankan, saya sudah bertekad untuk berjalan ’on the right track”. Tanpa korupsi, tanpa kolusi. Meski mungkin pertumbuhan akan memakan waktu lama, akan saya jalani. Maju terus pantang mundur....:)
Toh kita mati tidak akan dicatat sebagai orang kaya atau miskin. Proses hidup itu yang kan dinilai oleh Allah, Sang Maha Mengetahui.
Maka ekstrak dari tulisan sebelumnya di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/07/kekalahan-yang-membahagiakan/
yang bersambung di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/08/pemberiannya-lebih-dari-harapan-kami/ adalah hal-hal yang saya bagikan.
Juga tulisan di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/21/ketika-xenia-hitam-b1871kfo-kami-hilang/ adalah penutup cerita yang mengundang tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Maka, marilah kita berniaga dengan jalan yang benar. Tidak usah takut tidak memperoleh pekerjaan atau project, karena Allah si Pemberi Rizki tidak pernah tidur...”
Sekilas juga saya menyinggung perlunya belajar menulis. Banyak membaca. Kemajuan sebuah negeri terlihat dari reading habitnya. Dan dengan menulis kita akan terlatih mengelola alur pikiran.
Demikianlah sedikit banyak yang saya sampaikan di mimbar hari itu. Mimbar yang saya masuki dengan segenap kegrogian dan ketakutan pada awalnya, berhasil saya taklukkan dengan nekat memasukinya....:)
Diam-diam saya bergumam dalam hati ”Terimakasih Bung Prie GS,....terimakasih Pak T.P. Rachmat!. Berkat buku Anda semua, saya bisa menolong diri sendiri...:)”
Tentunya dengan segenap rasa syukur, karena Allah memberi saya pelajaran hari itu. Pelajaran dan pengalaman yang tak terbeli tentunya...
Di akhir tulisan, saya ingin membagikan sebuah topik yang didapat dari isi pencermah, Pak Alwi Shihab dan Pak Kiagus M. Tohir, ketua LAZNAZ BSM.
Adapun ekstrak kental yang saya bawa pulang ke rumah dan ingin saya bagikan adalah sbb :
Hadist Rasulullah yang mengatakan bahwa ibadah pribadi dapat ditutupi dengan ibadah sosial. Artinya jika kita hanya bisa menjalankan shalat 5 waktu tanpa shalat-shalat sunah yang mengirinya misalnya, akan dapat digenapi pahala kebaikan hidup dengan segala hal yang dikerjakan untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia lainnya, bagi masyarakat/sosial.
Bahwasanya dosa sosial tidak akan dapat ditutup dengan ibadah pribadi. Dana hasil korupsi, mark-up, manipulasi, tidak dapat membersihkan atau menghapus dosa seseorang hanya ia umroh, berhaji, menafkahi fakir miskin, membangun mushola/masjid, dsb.
Maka, marilah kita terus berbenah dan belajar. Semoga Allah menggariskan kita semua untuk menjadi salah satu penghuni Jannatun na’im. Karena seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang ingat tentu saja...:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H