Kutatap tenda merah marun yang cukup megah di hadapanku. Tenda pernikahan salah seorang putri tetangga kami. Di saat yang sama, pikirku melayang pada suatu sore yang cerah. Ketika tetangga kami berkunjung ke rumah demi mengurus surat pengantar pernikahan putrinya.
“Wah, cepet banget mau mantu lagi Bu…. Siapa calon suaminya Kak Nia ( bukan nama sebenarnya, red)?” seruku kaget campur gembira mendengarkan berita bahagia tetangga kami.
Ya, bahagia karena akhirnya ‘pangeran berkuda’ yang dinanti telah tiba setelah sebelumnya putri pertama beliau ini didahului menikah oleh sang adik yang terlebih dulu menemukan pasangan hidupnya.
“Gini lho say…. Ceritanya kan aku beberapa bulan lalu ke Tanah Abang. Berangkat dari kantor si ade karena sekalian jalan pagi ke kantornya. Lalu sama ade diorderinlah gojek untuk nganterin ke Tanah Abang. Nah di perjalanan aku ngobrol sama pengemudi gojeknya. Orangnya sopan, rapi, dan ganteng lho…hahaha….” Ceritanya meriah. Si ade yang dimaksud adalah putri keduanya yang telah menikah lebih dulu di tahun ini.
“Dasar emak-emak… masih aja lihat wajah ganteng. Pasti kepikir pengen mungut mantu nih. Bener kan??” Tebak saya.
“Iya gitu deh… kan kutanya apa masih kuliah. Lalu tinggal dimana, dst…. Dia juga nanya, Bunda emang belanja buat siapa? Buat dagang apa buat keperluan sendiri? Putra putri berapa….dan lain lain.
Lalu kujawab bisnis kecil-kecilan buat kegiatan. Anak baru satu yang nikah, yang pertama malah belum. Eh dia nyambung, yang pertama perempuan atau laki-laki? Kalau perempuan apa bisa dikenalkan dengan dia karena dia juga lagi nyari jodoh. Siapa tahu juga secantik Bundanya…hahaha…”
Yang segera kukomentari : “Cie….belum apa-apa dah merayu calon mertua nih yee…. Terus –teruuuus… gimana lanjutannya?”
“Ya gitu kusampaikan. Anak pertamaku cewek, tapi orangnya susah. Dikenalin ke berapa orang nggak pernah ada yang cocok. Dari yang kerja kantoran, politikus sampai tetangga orang tua kami yang seorang dosen. Tidak ada yang klik katanya. Jadi ya boleh saja kukenalkan, tapi kalau ditolak jangan marah. Angap aja bagian dari ikhtiar ya….” Demikian si Ibu bercerita. Sang putri memang telah menginjak usia 29tahun, berkarir sebagai arsitek. Hampir sering terdengar para ibu sudah mulai galau ketika anak perempuannya yang sudah usia menikah belum juga menemukan pasangan hidupnya. Terlebih ketika keburu sang adik yang lebih dulu menemukan jodohnya sehingga harus melangkahi sang kakak. Sebuah permasalahan yang dianggap cukup rumit bagi sebagian kalangan. Tapi tidak demikian bagi Nia, si sulung yang lebih pendiam, cantik dan mandiri. Senyum gadis berhijab itu tetap terlihat tanpa beban ketika menemui seluruh tamu yang hadir di pernikahan sang adik.
Saat ibunya sedih memikirkan dirinya, justru ialah yang menghibur : “Ma, kan mama yang mengajarkan bahwa kita harus berbaik sangka sama Allah. Jodoh, lahir dan mati semua adalah rahasia Allah dan Dial ah pencetak takdir terbaik Ma… Tenang aja. Ada saatnya nanti aku akan bertemu dengan sesosok imam yang pas di hati….”.
Sebagai pengamat, tentu saya pun turut bangga pada kualitas pribadi dan keimanan putri tetanggaku tersebut.
“Assalamualaikum Bunda… apa salam saya sudah disampaikan ke putri Bunda? - Begitu dia WA ke saya mengingatkan.” Ujar si ibu.
“Oia…. Lupa. Iya nanti disampaikan ya….” Dan begitu kusampaikan, si kakak malah marah-marah : “Mama ih ngga ada berhentinya njodoh-njodohin aku. Malu banget nggak sih, pake promosi pula di jalan ke pengemudi gojek. Mama kan yang ngajarin aku untuk sabar menunggu orang yang tepat. Tapi bukan dengan cara begini kali mau njodohin sama orang yang baru kenal di jalan pula…Hadeeh”
“Ya kan Mama hanya cerita, dianya yang minta Mama kenalin. Ya sudah lain kali Mama nggak lagi-lagi deh, tapi yang ini kan udah terlanjur Mama janji. Jadi tolong ya dibalas aja WA nya. Nanti Mama mau kasih nomor HP mu.. Kalau cocok ya silakan diteruskan taarufnya. Kalau tidak cocok ya Mama juga udah bilang sama dia kalau kamu tuh susah orangnya pemilih…. Dan dia sudah tahu resikonya”.
“Oke Mah… ini yang terakhir ya… Lain kali biar Nia cari sendiri aja tidak usah repot-repot kayak gini.” Jawabnya lagi.