Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembali ke Pondok Inspirasi

5 Januari 2014   10:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secangkir teh hangat telah menungguku,
Bertutur aneka kisah yang kutulis di buku,
Tentang rasa yang kuhimpun dan kutata di kedalaman,
Tentang pikir yang memaksaku tuk menyadari ragam kekurangan

Ini adalah pagi pertama di berandaku,
Entah hitungan detik ke berapa, tak mampu kumembilang,
Ada setangkup rindu yang kutebarkan pada bunga krisan di taman,
Juga selaksa asa yang kupahat di dinding yang memanjang,

Perjalanan cukup panjang memang amat kubutuhkan,
Bukan sekadar melumerkan kejenuhan,
Bukan sekadar menghabiskan sedikit apa yang sampai di tangan
Perjalanan adalah jendela yang terbuka di hadapan,
Serupa tirai yang tersibak dengan amat transparan,
Menyimak semesta yang dibentangkan dengan penuh perencanaan,
Melihat tumbuhnya tunas di berbagai ladang,
Mengagumi betapa indah sebuah perbedaan

Pada siang yang ingin selalu kujelang,
Serta senja kemerahan yang penuh penghiburan,
Cukuplah kakiku melangkah di kejauhan,
Karena dahagaku telah genap kutuntaskan

Kini hari yang baru telah dimulai,
Kutahu di sinilah diri merasa terlengkapi
Daun jendela yang selalu ramah menyapa hari,
Tumpukan buku yang setia menemani,
Senyum sapa semua penghuni dan sekitarannya yang amat peduli
Dan segala kehangatan yang tak pernah sepi

Maka, biarlah kumenyebutmu sebagai Pondok Inspirasi
Bukan istana menjulang penuh keanggunan,
Atau rumah impian penuh souvenir pajangan,
Adalah tempat sederhana yang memberi ruang untukku berkisah,
Menuliskan segala hal yang terlintas tanpa batas,
Melukisi awan dengan jutaan mimpi tuk menguntai hari,
Menggoreskan tinta pada kanvas dengan anena warna yang kurindukan,
Mengisi setiap detik yang terus berganti jam dan bertukar bulan,
dengan sebaik-baik tekad yang terus terbarui
dengan segenap suka hati tuk berbagi,
dengan beragam cara tuk mencipta energi,
dan sesempurna keikhlasan pada Ilahi Rabbi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun