Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sahabat dari Dunia Maya ke Dunia Nyata – Bagian 2

16 Desember 2012   08:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:33 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asti menjadi sahabat karib, lebih karena kami banyak ’nyambung’ dalam berbagai topik. Dan jujur saja, saya sangat mengagumi kecerdasannya. Jika saya boleh mengibaratkan, kecerdasan anak itu nyaris setara Habibie.

Dalam hati saya berguman ”Dunia ini aneh sekali. Asti yang segini pintar dan menarik, tapi tak cukup berarti buat sahabat saya. Dan Asti yang segini cerdas dan hebat, bisa-bisanya jatuh hati pada teman chatting yang belum pernah dikenalnya”

Mbak, aku besok libur. Bolehkah menginap di tempatmu? Nanti kubawakan kue terlezat dekat kampusku deh....” suaranya riang saat mengajak kopi darat langsung ke tempat saya sekitar 4 tahun setelah perkenalan kami di dunia maya.

Saat itu, ia sedang menyelesaikan S2-nya di Universitas Indonesia. Gelar S1 di bidang medical science ia terima dari ITB. Di kemudian hari, ia bahkan sempat mengajar di salah satu universitas ternama tersebut.

Tentu saja. Besok aku ada undangan di Bogor. Ikutan aja ya... Jadi tolong bawa baju buat kondangan” jawab saya antusias.

Hari itu menjadi pertemuan sahabat pena yang mengesankan. Kami seperti bertemu dengan sahabat lama, sehingga obrolan mengalir tanpa ada sekat di antara kami.

”As, cerpen terakhirmu itu keren banget. Aku sampai bilang sama Pwd : Gile bener nih anak, imajinasinya bagus banget. Kenapa kau ga kirim ke media aja? Iseng-iseng berhadiah deh ya...hehehehe” demikian puji saya jujur.

Asti, gadis multi talenta di mata saya. Di sela-sela kesibukannya meneliti virus-virus dan menemukan obat atas suatu penyakit, gadis berjilbab rapi itu masih sempat menulis cerpen fiksi, artikel terkait kesehatan, dan sebagainya. Ia juga hobby merancang busana, sehingga sering diminta tolong teman dan kerabat membuatkan rancangan baju pesta maupun baju pengantin.

Waktu terus berjalan...dan komunikasi kami masih terjalin meski hanya sebatas email dan telepon. Hingga tiba-tiba handphone saya berdering di sekitar Agustus 2011 lalu.

Mbak, aku mau pamit ya. Ehmm....setelah aku pikirkan masak-masak, aku mau berkarir di Belanda. Di sini profesi peneliti memang masih menduduki nomor dua setelah dokter Mbak... Aku sudah mengajukan beasiswa ke rumah sakit tempatku bekerja, tapi mereka belum juga menanggapinya. Dan setelah aku coba ajukan ke sebuah Universitas di Belanda, mereka menyambut dengan sangat baik. Sementara aku cari uang di sana dulu deh, agar aku bisa segera mewujudkan mimpiku mengajak orang tuaku pergi haji. “ sedikit panjang ia memberikan alasan rencana kepindahannya.

Ohhh...begitu ya As. Baiklah, kerjakan yang kau yakini terbaik. Kalau gitu, mampir dulu deh ke tempatku ya. Entah berapa tahun lagi nanti kita tak kan bertemu. Dimana bisa kujemput?” begitu saya menjawab, seolah cukup berat melepas kepergiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun