Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tukang Pijat Sahabat Saya

27 Oktober 2012   01:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ceritanya, Mbak Ks adalah seorang yang ringan tangan membantu sesama. Ia lincah kesana kemari berkendara motor membantu orang-orang yang hajatan, dan aktif di berbagai kegiatan sosial. Maka keharuman namanya kian terkenal dari hari ke hari, dengan jangkauan yang semakin meluas pula.
Ia kini menjadi seorang therapis pijat yang sangat diperhitungkan. Keberadaannya dibutuhkan banyak orang.

Ia muncul ke tengah-tengah para sahabat lama seperti saya pun juga adalah berkah tersendiri. Tercatat belasan pasang kaki di rumah kami telah merasakan manfaat keahliannya itu. Ia bahkan sangat berjasa telah memulihkan kebugaran saya, kakak hingga keponakan setelah perjuangan panjang menembus kemacetan di jalan saat mudik Lebaran.

Mbak Ks, telah membangkitkan kebanggaan saya akan teman lama yang menekuni profesi mulia sebagai therapist pijat di kampungnya sendiri. Ada rasa haru atas pilihan hidupnya, yang bagi orang lain merupakan pilihan yang sulit. Bagi banyak orang memilih minder saat melihat profesi teman lain ’dianggap’ lebih hebat, lebih baik, lebih sukses. Padahal kadang kesuksesan dan kehebatan seseorang hanyalah sebuah sudut pandang yang dibuat manusia. Siapa penilai, siapa yang dinilai. Toh sebenarnya pepatah Jawa tetap berlaku ’sawang-sinawang’. Rumput tetangga terlihat lebih hijau adanya.

Untuk menjadi manusia yang bermartabat dan mulia, tak harus menjadi dokter, pengacara, hakim, dosen, polisi, dll.
Tak ada penghargaan yang layak selain meningkatkan derajatnya sebagai manusia di hadapan sesama dan Tuhannya, untuk mereka yang mengerjakan tugas dengan hati dengan misi tertinggi pengabdian kepadaNya. Tak peduli ia seorang tukang pijat, pemulung dan ratusan profesi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun