Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hari ini Milik Kita

18 Oktober 2012   01:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Pulang sekarang Pak? Sudah mulai ’gempor’ nih....!”

”Ibu...sudah dapat yang dicari belum? Sudah sore, ayo kita pulang!”

Di perjalanan, kami seringkali mengisi dengan berbagai diskusi dan analisa ringan. Termasuk menganalisa perilaku kami sendiri, terkait pergi dan pulang. Perilaku itu juga barangkali menjangkiti banyak orang lain yang tinggal di perkotaan pada umumnya. Dimana orang tidak betah berlama-lama berdiam diri di rumah. Selalu saja ada keinginan untuk pergi keluar, meski pastinya akan disusul dengan rasa ingin pulang.

“Inilah hidup. Kita akan merasakan kenyamanan di rumah saat kita pulang dari bepergian. Rumah adalah sebuah istana tujuan yang menyimpan berjuta kedamaian, dan membuat kita ingin pulang.

Pola ini sama dan sebangun, terkait hari kerja dan liburan. Kita akan menikmati akhir pekan dengan lebih meninggikan syukur, jika di hari kerja kita memanfaatnya dengan segenap aktifitas dan perjuangan...” demikian analisa Pwd ( suami ) yang serupa apa yang saya pikirkan.

Sejenak saya pikirkan, bahwa semua itu sebenarnya adalah berpangkal pada kemampuan mengolah rasa dan mengatur pikiran saja.

Bepergian adalah sebuah alat bantu yang seharusnya tidak mutlak keberadaannya di sana. Jika semua manusia telah mampu menciptakan ruang-ruang luas di dalam hatinya, tak perlu kita selalu harus membayar cukup mahal dengan menghabiskan waktu, tenaga dan biaya untuk membeli sebuah kesenangan atau kenyamanan hidup hanya untuk mendapat ”rasa ingin pulang” tersebut.

Maka di pagi ini....saya ingin mengenang sebuah lagu yang sukses menyusupkan rasa syukur dalam melewati hari. Sebuah lyric lagu lama God Bless yang sarat makna menurut saya ;

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita

Tanpa hiasan, tanpa lukisan

Beratap jerami, beralaskan tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun