Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hati-hati Menggunakan Jasa Valet Parking

1 Juni 2014   16:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:51 2211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 31 Mei 2014 kami mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan dimana di dalamnya terdapat toko buku langganan. Membiasakan diri mengunjungi toko buku dan menginvestasikan sedikit dana yang ada untuk membeli barang 1 atau 2 buku menjadi hal yang kami lakukan. Buku selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, juga adalah hiburan yang bisa menemani kita di setiap kesempatan. Meski di era digital ini segala informasi bisa diakses secara online, namun membaca hardcopy ternyata tetap lebih relaks dan lebih mendatangkan kenyamanan. Pun dapat dibawa kemana pun tanpa mengandalkan gadget pastinya.

Dari jauh antrian parkir sudah terlihat mengular menuju mall yang kami datangi. Maka, kami memutuskan untuk menggunakan jasa valet parking karena ada satu space valet parking terdekat dan strategis yang tersisa di depan mata. Sebenarnya amat jarang kami menggunakan jasa ini, karena jelas secara rate ( harga) beberapa kali lipat di atas parkir biasa. Jadi sebenarnya bukan hanya alasan antrean, terlebih menengok kondisi badan yang sedang kurang fit dan lelah karena beberapa pekerjaan yang belum tertuntaskan.

Setahu saya, untuk valet parking ini biasanya diberikan tagihan di belakang. Namun kali ini, petugas berseragam itu memberikan selembar kertas valet parkir berwarna kuning dan menyebutkan nilai yang harus kami bayarkan ( Rp. 25.000,- ). Tanpa pikir panjang, kami bayar dan segera bergegas memasuki area mall.

Sekitar 2 jam saja kami berada di lokasi tersebut dan memutuskan segera pulang. Berharap Adzan Maghrib sudah sampai di rumah.
Kami pun menuju loket Valet Parking, dan meminta stroke pembayaran. Si petugas mengatakan bahwa mobil harus dibawa melintas ke dekat loket tersebut untuk diinput nomor kendaraannya.

“Lah, berarti tadi belum diregistrasi sebagai salah satu kendaraan yang parkir dong?” demikian kami memprotes.

Mereka kelihatan serba salah menjawabnya, dan bersikeras hanya meminta ijin kendaraan di bawa ke dekat loket tersebut.

Sebenarnya jika kami mengalah dan tak mengambil pusing dengan ‘ulah mereka’, pastinya kami lebih mudah dan cepat keluar karena lokasi parkir yang kami pilih. Namun, demi misi ‘menegur’ kepala parkir, kami putuskan untuk membawa sendiri kendaraan tersebut, dengan diikuti oleh kepala parkir yang duduk di jok belakang. Setelah mengetahui nama dan jabatan si kepala valet parkir itu, sepanjang jalan dari tempat parkir ke arah loket Valet Parking, suami saya berujar :

Bapak kan penanggungjawab parkir di mall ini. Itu tugas Bapak untuk membereskan oknum-oknum seperti mereka. Ini saya kan dapatnya karcis hari kemarin rupanya. Artinya, pihak gedung/mall tidak akan bertanggungjawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kami bayar, tapi keamanan tidak terjamin. Bapak yang harus membereskan ya?”

Dan dijawab dengan singkat ; “Ya Pak, baik…!”

Lalu kemana uang-uang yang masuk ke tangan mereka beredar? Pasti bukan ke pihak pengelola, melainkan ke tangan-tangan mereka yang mencoba mencari kesempatan. Secara nalar, tidak mungkin kepala parkir tidak tahu akan hal itu.  Inilah salah satu bukti lagi bahwa para koruptor itu tidak hanya berada di pemerintahan yang sering ditunjuk banyak orang. Ketidakjujuran bisa beredar di banyak profesi dari bawah hingga atas.

Kondisi memprihatinkan yang terjadi di negeri ini kabarnya memang bukan banyaknya orang jahat yang ada, melainkan jumlah orang baik yang memilih DIAM dan MENDIAMKAN.
Kali ini kesempatan kami baru sebatas memberi teguran, semoga tidak perlu untuk kesempatan lain harus mengadukan ke pihak pengelola. Karena jelas, ini bukan saja merugikan pengelola, tapi amat berpotensi merugikan para pemilik kendaraan mengingat keamanan tidak menjadi tanggungjawab pengelola parkir.

Maka untuk Anda yang dengan satu dua alasan memilih menggunakan valet parking, berhati-hatilah!. Jika tagihan pembayaran ada di depan, Anda sudah sepantasnya waspada ( curiga ) bahwa itu adalah parkir yang tidak resmi yang dilakukan oleh onum-oknum tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun