Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bincang Ringan tentang Peristiwa dalam Bentangan Masa

19 September 2014   13:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:15 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tapi kan Bapak pasti di rumah juga sepi nggak ada siapa-siapa seharian. Kadang mereka itu ( suami ) sudah ayem kalo kita ada di rumah. Ya buatin teh manis, bikin cemilan, ngobrol, berkebun, atau nggak ngapa-ngapain juga asal ada di rumah rasanya tenang.” Demikian saya mengomentari dengan sedikit ‘sok tahu’.

“Eh iya bener ituuu….. biarpun dia tidur, kalau saya di rumah katanya rasanya tenang. Ampun deh ya..” sahut beliau cepat.

Semestinya memanglah demikian. Keberadaan pasangan adalah untuk saling menciptakan rasa tenang dan nyaman. Pikiran saya mengajak menengok ke masa depan yang kini mungkin baru sebatas harapan. Bahwa memang masa senja pun butuh persiapan. Segudang aktifitas yang bisa dilakukan di masa itu mungkin sudah bisa kita rencanakan. Salah satunya adalah ‘membaca dan menulis’, jika ‘travelling’ atau jalan-jalan menjejak berbagai tempat tidak memungkinkan kita lakukan. Tentu memperbanyak kegiatan sosial/ibadah juga pilihan baik yang bisa dikerjakan.

Dengan demikian, sel otak kita akan terus teregenerasi, dan selalu ada bahan diskusi terkini yang menjadi bahan perbincangan menyambut hangat mentari pagi. Serta menjadi teman meneguk cangkir-cangkir teh mengantarkan surya yang tenggelam perlahan.

Setiap kita bisa sekadar mengenang masa lalu dengan sebuah senyuman. Menikmati hari ini dengan sebongkah kesyukuran. Dan merajut angan hari depan dengan harapan-harapan terbaik, persiapan terbaik hingga semoga menemukan akhir hidup terbaik pada masanya nanti. Meski setiap kita tidak pernah tahu, apakah Dia masih memperkenankan kita menapaki senja yang kini masih menjadi misteri. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun