Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Negeri Perlu Buku Komunikasi

14 Oktober 2014   15:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Temen sekelas anakku dicari-cari sama gurunya kemarin. Udah 2 hari ga masuk sekolah. Mana lagi UTS lagi!” Demikian seorang kerabat yang anaknya duduk di kelas 4 sebuah SD Negeri membuka ceritanya.

“Lah, emang kemana? Kok nggak tahu kalau minggu ini UTS?” sahut saya keheranan. Sebagaimana lazimnya, jangankan UTS, ulangan harian pun sudah akan menjadkan para ibu terutama, turut sibuk mengingatkan putra-putrinya mempersiapkan diri supaya mereka lulus dengan nilai yang baik dan memuaskan. Jadi jika sampai UTS tidak masuk sekolah, tentu ada hal urgent yang perlu dipertanyakan. Sakit menjadi alasan utama yang paling memungkinkan.

“Nah itu dia,…. Ibunya nggak tahu kalau anaknya UTS. Jadi dia malah mengajaknya jalan-jalan ke Bandung!”

“Astaghfirullah…. Kok bisa ya? Berarti nggak ijin juga pasti tuh sama gurunya. Bolos gitu aja!”
Rasanya sulit untuk saya tidak tertawa mendengarnya. Sikap cuek, sembrono, dan masa bodo si orang tua itu sungguh lucu tapi juga amat memprihatinkan tentu saja. Bahkan menyedihkan pastinya. Si anak juga sebelas-dua belas kelihatannya. Bagaimana mungkin ia tidak mendengar informasi penting yang seharusnya dia sampaikan pada orang tuanya perihal Ujian Tengah Semester yang cukup menentukan bagi kenaikan kelasnya.

“Ya itulah…Waktu itu ketemu ibu anak itu ketemu aku di sekolah. Dia nanya ; emang jam berapa sih anak-anak masuk kelas? Terus kujawab ; jam 07.00 Bu..
Dia baru tahu rupanya. Selama ini dia tahunya anaknya masuk jam 07.30. Pantesan anaknya sering telat..”

Sebuah fakta yang lagi-lagi amat memprihatinkan pastinya. Saya menengok diri sendiri, dimana putri kami yang sekolah di sekolah swasta ( SDIT, red) memiliki Buku Komunikasi (BuKom) yang harus ditandatangani orang tuanya setiap hari. Nyaris tak satu pun informasi tentang kegiatan belajar mengajar yang terlewat oleh orang tua. Dari mulai bagaimana perilaku anak di sekolah, kedisiplinan, kerapihan, hingga info-info penting seputar ujian, ulangan harian, worksheet dan pekerjaan rumah (bila ada) tercatat di sana. Ini tentu sangat membantu para orang tua untuk turut serta dalam pendidikan putra-putrinya. Dan sedini mungkin dapat mengatasi masalah-masalah yang berpotensi terjadi pada anak-anak.

Selain bukom tersebut, wali kelas membuat grup whatsapp dengan wali murid. Di sana menjadi pelengkap media komunikasi antara wali murid dan wali kelas. Menjadi ajang orang tua murid memberikan masukan dan saran, ataupun kadangkala guru mengunggah foto kegiatan yang tengah berlangsung. Seperti ketika ada acara outbond, membuat berbagai kreasi dalam pelajaran art and craft, riuh rendahnya ketika kegiatan market day diselenggarakan, mana seluruh siswa terlibat dalam kegiatan jual beli aneka produk yang dibawa dari rumah, dst.
Ini tidak hanya membangun antusiasme orang tua karena merasa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar, tapi juga sekaligus menjadi ajang kekerabatan antara guru dan wali murid, serta antar wali murid itu sendiri.

Nah, untuk bukom ini, menurut hemat saya sangat efektif sebagai jembatan komunikasi antara orang tua dan guru/wali kelas. Dan sudah selayaknya sekolah-sekolah negeri pun memanfaatkan hal serupa. Saya amat yakin dengan adanya dana BOS, menyediakan sebuah buku tulis per siswa bukanlah sebuah hal yang memberatkan.

Sistem akreditasi yang telah dan terus digalakkan di kalangan guru-guru PNS merupakan hal yang perlu diapresiasi. Di samping itu, sudah semestinya komunikasi antar guru dan wali murid pun menjadi satu agenda penting yang perlu diperbaiki. Buku komunikasi menjadi salah satu media yang efektif dan telah diterapkan di banyak sekolah swasta.

Karena kerjasama yang baik yang terjalin antara guru dan wali murid sungguh amat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi mereka, putra-putri kita yang adalah generasi harapan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun