Selasa, 4 Desember 2018 kemarin, Polda Jawa Tengah mulai mengadili kasus penghinaan Bupati Boyolali Seno Samodro terhadap Prabowo Subianto. Seno dilaporkan Tim Advokat Pendukung Prabowo lantaran dianggap mengajak massa membenci dan menghina Prabowo dengan kekuasaannya sebagai Bupati.
Kasus ini sempat dilaporkan ke Mabes Polri 5 November 2018 lalu. Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Syahar Diantono mengatakan bahwa kasus penghinaan Seno terhadap Prabowo telah dilimpahkan ke Polda Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil gelar perkara awal di tingkat penyelidikan, Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah sudah meminta keterangan tiga orang saksi, salah satunya meminta keterangan saksi pelapor Ahmad Iskandar. Ahmad mengaku, penyidik memberikan sekitar 16 pertanyaan berkaitan dengan laporan tersebut. (detik)
Menelisik lebih dalam, makian yang dilontarkan kader PDIP tersebut merupakan kelanjutan dari pernyataan Prabowo soal 'tampang Boyolali'. Seno memaki Prabowo saat demonstrasi aksi bela 'Tampang Boyolali' pada 4 November 2018 lalu, di gedung Balai Sidang Mahesa, Boyolali, Jawa Tengah.
Saat berpidato, Seno dilaporkan karena mengajak masyarakat untuk tidak memilih Prabowo-Sandi saat Aksi Bela Tampang Boyolali. Perkataan tidak pantas yaitu 'asu' yang berarti anjing juga dilontarkannya kala itu. (viva)
PDIP pun memberikan pembelaan untuk kadernya itu. Â Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto mengucapkan bahwa Seno mungkin khilaf saat memaki Prabowo ketika berpidato di hadapan warga Boyolali.
Adapun kata Tjahjo Kumolo yang merpuka kader PDIP menyebut ungkapan ekspresi marah Bupati Boyolali, Tjahjo menilai hal itu tidak bisa disalahkan.
Padahal kalau menelaah lebih jauh, Prabowo saat itu hanya membicarakan mengenai belum sejahteranya masyarakat saat ini. Calon Presiden Nomor 02 kemudian memberi perumpamaan wajah Boyolali yang belum pernah masuk hotel-hotel mahal, dan saat itu semua masyarakat tertawa dan tidak menganggap itu hinaan.
Berikut potongan pidato Prabowo:
Seharusnya kami pensiun, seharusnya kita istirahat tapi kami melihat bahwa negara dan bangsa masih dalam keadaan tidak baik, saya memberi usia saya untuk bangsa ini, saya memberi jiwa dan raga saya untuk bangsa ini.
Tapi begitu saya lihat Jakarta, saya melihat hotel-hotel mewah.