Mohon tunggu...
Dista Kurniawan
Dista Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa asal Sidoarjo yang belajar di Politik Islam UIN Sunan Ampel Surabaya dan bisa dihubungi di twitter : @Idiestagowes ,fb : Dista Kurniawan ,serta email : gowes_dista@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kontradiksi Dua Ikon Surabaya

13 Januari 2014   19:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya merupakan kota yang sering dikenal sebagai kota pahlawan. Hal ini tidak lain karena sumbangsih arek-arek Surabaya dalam perjuangan memerdekakan Negeri ini. Di sisi lain, akhir-akhir ini ada dua ikon Surabaya yang lebih dikenal di tingkat Nasional bahkan Dunia. Kedua ikon tersebut adalah Taman Bungkul dan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Akan tetapi, kedua simbol Surabaya yang hanya berjarak 1 kilometer ini menunjukkan kontradiksi yang saling bertolak belakang. Bagaimana tidak, Taman Bungkul mendapatkan penghargaan sebagai taman terbaik se-Asia sedangkan KBS dinobatkan sebagai Kebun Binatang terkejam dan terburuk se-Dunia. Mengapa kontradiksi tersebut terjadi? Mari, kita simak lebih dalam kedua icon Surabaya ini:

Taman Bungkul

[caption id="attachment_305791" align="aligncenter" width="212" caption="Taman Bungkul Surabaya"][/caption]

Taman Bungkul yang terletak di Jalan Raya Darmo secara resmi bisa dinikmati oleh masyarakat Surabaya sejak tahun 2007 lalu. Taman ini memiliki luas sekitar 900 meter persegi yang dikelilingi oleh pepohonan hijau serta dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti amfiteater, jogging track, taman bermain anak-anak, lahan papan luncur, bahkan akses internet nirkabel sehingga bisa menjadi rujukan masyarakat Surabaya maupun wisatawan yang mengunjungi Surabaya. Taman ini pun, tak jarang pula dimanfaatkan untuk panggung hiburan serta area car free day yang dilaksanakan setiap minggunya. Jadi, bisa dikatakan taman ini tak akan pernah sepi oleh muda-mudi maupun keluarga yang ingin menikmati wisata gratis di tengah kota Surabaya. Melihat berbagai fasilitas dan manfaatnya, tak heran pada bulan November tahun lalu taman Bungkul mendapat penghargaan sebagai taman terbaik se-Asia yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Jepang.

Kebun Binatang Surabaya

[caption id="attachment_305792" align="aligncenter" width="240" caption="Kebun Binatang Surabaya"]

13896169471080162241
13896169471080162241
[/caption]

Kebun Binatang Surabaya (KBS) merupakan Kebun Binatang yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1916. Bahkan, KBS pernah menjadi Kebun Binatang yang memiliki koleksi binatang terlengkap se-Asia Tenggara. Akan tetapi, akhir-akhir ini KBS menjadi sorotan dunia bukan karena prestasinya melainkan karena bobroknya kebun binatang tersebut. Sorotan terhadap KBS ini tak lain dipicu oleh seringnya hewan yang mati atau terlantar, sebut saja Jerapah yang mati karena adanya 20 kg plastik diperutnya, Unta yang kurus karena kelaparan, hingga akhir-akhir ini Singa yang mati karena terjerat sling atau tali baja. Selain itu, hal lain yang menjadi sorotan terhadap KBS ini tak lain karena adanya isu-isu negatif, seperti lalainya para petugas KBS bahkan ada yang menginginkan lenyapnya KBS untuk dialihfungsikan untuk restaurant maupun hotel. Dari berbagai fakta diatas, tak heran KBS mendapatkan predikat sebagai Kebun Binatang terburuk dan terkejam di dunia oleh Daily Mail.

Setelah melihat berbagai fakta yang ada di kedua simbol Surabaya tersebut akhir kata, saya hanya bisa menyarankan untuk Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang dikenal sebagai salah tokoh pembaharu diharapkan mampu bersikap lebih tegas guna memperbaiki kebobrokan KBS serta mampu mempertahankan prestasi Taman Bungkul atau menciptakan taman-taman berkualitas lainnya agar masyarakat Surabaya mempunyai referensi lebih banyak untuk berwisata. Selain itu, untuk masyarakat khususnya Surabaya agar bisa menjaga serta memanfaatkan dengan baik segala fasilitas yang sudah ada, seperti Taman Bungkul. Hal ini harus dilakukan agar icon apapun yang ada di sebuah kota bisa dikenal melalui prestasinya bukan karena keburukannya.

Salam Positif ! ! !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun