Mohon tunggu...
Dista Kurniawan
Dista Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa asal Sidoarjo yang belajar di Politik Islam UIN Sunan Ampel Surabaya dan bisa dihubungi di twitter : @Idiestagowes ,fb : Dista Kurniawan ,serta email : gowes_dista@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meneropong Peluang Dahlan Iskan Menuju RI 1

16 Januari 2014   15:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13898620061064097614

[caption id="attachment_306375" align="aligncenter" width="307" caption="Dahlan Iskan"][/caption]

Pemilu 2014 sudah semakin mendekati pelaksanaannya. Hal ini juga diiringi semakin gencarnya nama-nama yang muncul sebagai kandidat Calon Presiden 2014 dan salah satunya adalah Dahlan Iskan. Dahlan Iskan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat terkuat untuk menduduki kursi RI 1. Hal ini juga didukung oleh beberapa survey yang menempatkan Dahlan Iskan berada di deretan atas Capres potensial. Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk menilik peluang Dahlan Iskan ini yang selanjutnya disebut dengan DI. Dalam hal ini, penulis memakai pendekatan Post-Behavioralisme. Pendekatan ini nantinya akan memfokuskan pada perilaku-perilaku Dahlan Iskan yang lebih memfokuskan pada empat aspek, yaitu manuver politik yang dilakukannya, tingkat elektibilitas dan kapabilitas serta yang tak kalah penting juga adalah kekuatan DI pada media massa.

MANUVER POLITIK

Dahlan Iskan saat ini menjabat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara yang dijabatnya sejak 19 Oktober 2011. Meskipun menjabat sebagai Menteri, DI sampai saat ini tidak mempunyai partai politik sebagaimana sebagian besar Menteri lainnya. Di sisi lain, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara di Pasal 6a menyebutkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik maupun gabungan partai politik. Berdasarkan hal tersebut, sebagai orang non-partai, DI melakukan maneuver politiknya dengan mengikuti konvensi yang diadakan oleh partai Demokrat dalam menjaring calon presiden.

Akan tetapi, dalam melakukan manuver politiknya ini, banyak pihak yang menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh DI sebagai tindakan yang tidak tepat. Anggapan tersebut muncul tak lain karena partai yang dimasuki DI, saat ini sedang terpuruk. Keterpurukan Demokrat tersebut tidak terlepas dari ulah para kadernya yang melakukan korupsi. Dikhawatirkan, popularitas DI yang tinggi akan redup akibat kendaraan partai politiknya sedang terpuruk.

Dalam menanggapi anggapan diatas, penulis akan mencoba menggunakan teori pertukaran sosial khususnya dari Peter Blau untuk menganalisis alasan DI dalam mengikuti konvensi serta efek untung rugi DI mengikuti konvensi Demokrat. Dalam Teori Blau juga menyebutkan bahwa apabila satu kelompok di dalam asosiasi itu membutuhkan sesuatu dari kelompok lain, tetapi tidak mungkin mengembalikannya dalam imbalan yang seimbang maka empat kemungkinan bisa terjadi. Pertama, orang dapat memaksa orang lain untuk menolongnya. Kedua, mereka mencari dari sumber bantuan yang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketiga,mereka dapat bertahan dari hidup terus memperoleh apa yang mereka butuhkan. Keempat, dan yang paling penting, mereka dapat takluk kepada orang-orang lain yang memberikan bantuan kepada mereka. Atas dasar itu, orang-orang lain bisa memerintahkan mereka untuk melakukan apa yang mereka kehendaki. Dalam hal ini sudah terkandung secara instrinsik unsure keuasaan. (Raho. 2007:177)

Dari keempat kemungkinan tersebut nampaknya alasan DI mengikuti konvensi setidaknya bersumber pada kemungkinan yang kedua. Kemungkinan yang kedua ini dikarenakan background DI yang tidak memiliki partai politik, maka hal yang dilakukannya adalah bergabung dengan partai politik, yakni konvensi demokrat. Memang, kemungkinan ini terkesan dipaksakan karena tawaran dari beberapa partai juga berdatangan ke DI. Akan tetapi, apabila kita amati lebih dalam, partai demokrat dirasa tepat sebagai kendaraan politik DI menuju RI 1. Hal ini dikarenakan partai demokrat merupakan salah satu partai besar di Indonesia yang tentunya mempunyai basis pendukung yang besar meskipun saat ini diterpa badai korupsi yang tentunya membutuhkan orang berkualitas untuk memperbaiki citra demokrat. Bila dibandingkan bergabung ke partai besar lainnya, semacam PDIP, Golkar, maupun Gerindra dapat dipastikan DI akan kalah bersaing dengan tokoh sentral di partai-partai tersebut.

Bersumber dari analisis diatas dapat dikatakan keikutsertaan DI dalam konvensi demokrat terdapat hubungan simbiosis mutualisme. Demokrat diuntungkan dengan citra positif yang dimilki seorang DI, hingga diharapkan akan membantu perolehan suara demokrat maupun memperbaiki nama demokrat. DI sendiri akan mendapatkan kendaraan politik untuk menuju RI 1 serta memperoleh dukungan yang besar dari basis massa democrat. Jadi, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa peluang DI menuju RI 1 dengan memakai kendaran politik demokrat masih sangat besar.

ELEKTABILITAS DAN KAPABILITAS

Kenyataan DI yang tidak berasal dari politisi nampaknya tidak begitu mempengaruhi tingkat elektabilitasnya. Hal ini tidak terlepas dari citra yang dimiliki DI saat ini. Sebagaimana diketahui, citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan, dan kesudian serta citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman.(Dan Nimmo, 2001:4) Dari pengertian tersebut, bisa dianalisis mengapa tingkat elektabilitas DI bisa tinggi. Sosok DI saat ini dikenal sebagai pribadi yang low profil, seperti tidak sungkan menaiki ojek dalam menghindari kemacetan maupun pribadinya yang sederhana. Selain itu, DI juga menerapkan Roodmap BUMN Bersih, guna menciptakan BUMN yang bebas korupsi. Dari tindakan-tindakan tersebutlah tingkat elektabilitas DI bisa tinggi meskipun awal karirnya sebagai wartawan dan pengusaha namun seiring waktu, pengalamannya bertambah dengan menjabat sebagai pejabat publik (Direktur PLN dan Menteri BUMN) dengan citra positif yang mengiringinya.

Di sisi lain, kapabilitas seorang DI juga tak dapat diragukan lagi. Wawasan luas yang dimiliki DI dianggap sebagian besar masyarakat layak untuk memimpin negeri ini. Sebut saja, mengenai konsepnya dalam mewujudkan BUMN yang bersih maupun idenya yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara besar nomer 9 mengalahkan Mexico dan Spanyol. (Sumber: Merdeka.com)

Jadi, apabila kita nilai dari kedua aspek diatas yakni elektabilitas dan kapabilitas dari Dahlan Iskan bisa dikatakan prospek DI menuju RI 1 sangat terbuka lebar. Hal ini didukung oleh tingkat elektabilitas tinggi yang dimilikinya serta kapabilitas seorang DI yang diharapkan mampu membawa negeri ini menjadi lebih baik apabila terpilih menjadi presiden.

MEDIA MASSA DAN POLITIK

Media massa dan Politik di era saat ini bisa dikatakan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan para politisi maupun partai politik bisa memanfaatkan peranan media massa untuk mempromosikan mereka atau dalam politik dikenal dengan kampanye politik. Sebagaimana diketahui, fungsi dari media massa sangat besar diantaranya, menjadi sumber kekuatan maupun menjadi sumber dominan yang bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial. (Denis, 1987:3)

Dahlan Iskan yang mempunyai background dari media massa nampaknya sangat diuntungkan. Hal ini juga didukung oleh kepemilikan DI di beberapa media massa, seperti media cetak (Jawa Pos News Network) serta media elektronik (JTV, Batam TV, maupun Riau TV).

Di sisi lain, para lawan DI pastinya juga akan mencari sumber media untuk memanfaatkannya meskipun sekedar menaikkan popularitas. Hal ini dikarenakan dalam teori media massa semakin besar keterlibatan media dalam gelanggang politik, semakin besar pula perhatian pemegang kekuasaan dan pesaingnya terhadap media tersebut. Apakah media menggunakan potensinya untuk mengkritik atau tidak amat tergantung pada situasi dan kondisi, serta pilihan pendirian yang ditentukan oleh media itu sendiri. (Denis, 1987:20)

Dari teori diatas Dahlan Iskan sangat diuntungkan dengan memiliki beberapa media massa. DI bisa memanfaatkannya untuk ajang kampanye gratis maupun membentuk citra positif bagi dirinya melalui pemberitaan di media massa tersebut. Hal ini dikarenakan dengan pemberitaan yang positif terhadap suatu tokoh akan membentuk opini publik yang positif pula pada tokoh tersebut karena media massa menjadi salah satu hal yang memiliki efek yang sangat signifikan terhadap persepsi masyarakat.

* * * * * *

Jadi, penulis dapat simpulkan dengan melihat beberapa elemen pendukung diatas dapat dikatakan peluang DI untuk menuju RI 1 sangat besar. Meskipun ada beberapa anggapan yang miring terhadap DI, seperti kesalahan DI untuk mengikuti konvensi Demokrat dengan kondisi partai yang sedang terpuruk yang dikhawatirkan akan menghambat DI. Nampaknya hal tersebut, tidak berpengaruh signifikan karena tingkat elektabilitas dan popularitas DI masih tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh kekuatan media yang dimilikinya. Sehingga, DI dianggap mampu bersaing dengan para pesaingnya untuk memperebutkan kursi RI 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun