Mohon tunggu...
Dismiss Kudaibergen
Dismiss Kudaibergen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Netizen Journalist

Saya adalah pengguna internet yang memiliki minat dalam dunia jurnalistik dan penyelidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inisiatif Mahasiswa Universitas Lampung Bangun Bank Sampah di Desa Panca Negeri

9 Februari 2024   01:18 Diperbarui: 9 Februari 2024   01:20 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Way Kanan, Kelompok KKN Universitas Lampung Periode 1 Tahun 2024 di Desa Panca Negeri, Kecamatan Umpu Semenguk yang berada di bawah Dosen Pembimbing Lapangan Ibu Nur Indah Lestari, M.Pd. dan beranggotakan 7 mahasiswa yaitu Divo Carlo Adyatama, Sabila Muthoharoh, Febri Yanti, Aliya Sisilia, Dafa Rafiqi Akbar, Jamara Dinda Okshelga, dan M. Al Ardra Nur melakukan sosialisasi dan pembuatan bank sampah.Program Bank Sampah merupakan salah satu program dalam mengurangi sampah dan  meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah tersebut. Program ini diharapkan dapat mendorong partisipasi warga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan melalui kegiatan pemilahan sampah.

Sosialisasi dilakukan secara bergantian pada setiap dusun yang ada di Desa Panca Negeri antara lain Dusun Sekemai 1, Sekemai 2, Sumber Sari, Cimaraksa, Way Dalung, Betung 2, Betung Baru, Blakbak, Way Kunang lama, dan Way Kunang. Sosialisasi yang dilakukan melibatkan masyarakat setempat khususnya kelompok tani dan ibu-ibu rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga berperan sebagai pengumpul sampah hasil rumah tangga, sedangkan kelompok tani berperan sebagai pengumpul sampah ladang dan yang terlibat dalam proses pembuatan pupuk organik.

Lokasi utama pembuatan bank sampah ini berlokasikan di gedung Gapoktan tepatnya di dusun Sumber Sari. Pembuatan bank sampah ini juga dibarengi dengan kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah dan tanaman obat keluarga yang dilakukan bersama dengan ibu-ibu kelompok wanita tani.

Jamara Dinda Okshelga (Agroteknologi, Fakultas Pertanian) menuturkan bahwa "Luasnya pekarangan rumah warga yang belum dimanfaatkan secara maksimal menjadi peluang untuk memaksimalkan pekarangan rumah warga dengan penanaman tanaman obat, sayuran, dan buah-buahan. Tak hanya memperindah pekarangan rumah saja, hasilnya pun dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari".

Kebanyakan dari warga desa membuang sampah hasil rumah tangga atau membakarnya. Padahal kondisi saat ini banyak warga desa yang mayoritasnya adalah petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk organik. Pupuk subsidi dari pemerintah pun saat ini sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, pembuatan bank sampah diharapkan dapat menjadi solusi dalam permasalahan pupuk ini. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk padat organik sedangkan sampah anorganik yang dapat dirongsokkan ditampung terlebih dahulu yang kemudian nanti dapat diuangkan.


(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Melalui sosialisasi dan pendampingan, masyarakat diberikan pemahaman tentang bagaimana cara membentuk bank sampah, syarat-syarat teknis yang perlu disiapkan, jenis sampah yang bisa diterima, bagaimana cara pemilahan, pengelolaan, dan manajemen bank sampah agar bank sampah terus berlanjut dan berkembang.


Divo Carlo Adyatama (Ilmu Ekonomi Sosial Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis) selaku salah satu penanggung jawab kegiatan Bank sampah menuturkan bahwa "Konsep Bank Sampah itu benar-benar seperti bank, dimana warga dapat menabung sampahnya berupa sampah rongsokan plastik dan lain lain dan bisa ditukar uang apabila tabungannya ditarik, juga sampah organik dari sampah ladang seperti sampah daun kering, sampah sekam padi, sampah ranting kayu kecil yang penting nanti dicacah terlebih dahulu biar lebih kecil, sampah rumahan seperti bekas makanan,sayur sisa setelah masak, makanan basi, cangkang telur dan nantinya dapat ditukar dengan sejumlah pupuk".

M. Al Ardra Nur (Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) menambahkan
"Adapun takaran perbandingan sampah mentah dan sampah jadi pupuk yang sudah ditabung yaitu sampah mentah 1kg = 300 gram pupuk organik pupuk kompos" tuturnya.

Selain itu, Bapak Saryadi selaku ketua Gapoktan menuturkan bahwa warga desa sangat senang mendapatkan pengarahan dan sosialisasi terkait bank sampah ini, yang mana masyarakat menjadi terbuka pikirannya untuk dapat memanfaatkan sampah yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun