Rene Descartes adalah seorang filosof rasionalisme. Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang melihat bahwa segala sesuatu yg kita ketahui terletak pada akal budi (rasio). Descartes mengagas moto "Cogito ergo sum" artinya aku berpikir maka aku ada. Descartes berusaha mencapai suatu kepastian dasariah dan kebenaran yang kokoh. Untuk menemukan titik kepastian itu Descartes mulai dengan sebuah kesangsian atas segala sesuatu.
Rene Descartes mengambil posisi yang berlawanan dengan John Locke berkaitan dengan asal-usul pengetahuan. Descartes yakin bahwa cara terbaik untuk mencapai pengetahuan adalah melalui penalaran, bukan pengalaman. Ia tidak menolak keberadaan pengalaman dan pengetahuan yang ditarik dari situ. Yang disangsikan oleh Descartes adalah unsur kebenaran pengetahuan.
Baca juga: Siapakah Rene Descartes?
Untuk menjelaskan argumentasinya, Descartes bertumpu pada sumber-sumber pengetahuan. Ia membagi sumber pengetahuan menjadi tiga, yaitu: pengalaman, konstruksi mental dan pikiran. Menurutnya, pengalaman adalah sumber gagasan yang bersifat datang dan pergi sehingga tidak dapat dipercaya. Konstruksi mental adalah sumber pengalaman yang merupakan hasil buatan imajinasi manusia.
Dalam pandangan Descartes, konstruksi mental masih mengecoh atau tidak nyata. Hanya pemikiranlah yang memberikan gagasan yang nyata-nyata benar dan tidak teragukan lagi. Gagasan yang benar memiliki dua karakter. Pertama, gagasan bersifat jelas dan terpilah-pilah. Kedua, gagasan bersifat bawaan.
Baca juga: Kabur dari Teosentrisme Menuju Antroposentrisme dengan Rasionalitas Rene Descartes
Berangkat dari permenungannya Descartes meragukan kebenaran pengalaman. Dalam bukunya Discorse on Method ia menulis, "Karena terkadang indera menipu kita, saya berpendapat bahwa tidak ada satupun yang persis sama seperti yang ditangkap indera kita.Â
Ide bawaan diterangkan Descartes melalui contoh sederhana. Ia menyatakan bahwa kemampuannya dalam berbahasa dan berpuisi merupakan bakat alamiah akal budi dan bukan hasil pembelajaran. Ia mengajak kita semua untuk menyingkirkan semua prasangka yang terbit dari indera dan menyandarkan diri hanya pada pemahaman.
Baca juga: Transendental Pemikiran Rene Descartes dalam Aliran Filsafat Rasionalisme
Jika kita mengikuti jalan pikiran Descartes di atas, dapat disimpulkan bahwa Descartes tidak menolak keberadaan pengalaman. Menurutnya ia "hanya" menolak keberadaan yang dihasilkan pengalaman. Menurutnya, pengalaman bisa menipu dan menimbulkan keraguan. Bagi Descartes, indera paling-paling hanya menjadi "kesempatan" bagi gagasan bawaan untuk muncul ke kesadaran, tapi tidak pernah merupakan penyebab munculnya gagasan tersebut.
Dalam bayang-bayang logika ini kemenangan tampak berpihak pada empirisme dari pada rasionalisme karena Descartes mengakui bahwa ide berasal dari penginderaan. Namun, jika kita perhatikan, Descartes justru hendak menunjukkan kelemahan kaum empirisme. Pengalaman inderawi, yang mereka ungkapkan, kerap menimbulkan keraguan dan tunduk di bawah penalaran.