Pagi ini badan ini berat sekali untuk beranjak dari peraduan, alarm untuk mandi berbunyi sudah kumatikan, tapi tetap saja mata ini masih berat terbuka. Jam menunjukkan 06.47 pagi, waktu ku tinggal 13 menit untuk mandi, yang sebenarnya masuk kategori merah karena jam 07.00 harus berangkat kerja, kalau tidak telat lah mengantar si jempol ini di mesin absen kantor, dipotonglah uang makan ku. Apalagi ini hari Senin, terbayang bagaimana suasana di jalan raya. Akhirnya, 07.07 berangkatlah aku ke kantor. Ah, terbayang sudah telat di depan mata, nongkrong depan kantor karena gak kebagian apel pagi karena gerbang ditutup.
Seperti biasa kucium tangan ibuku saat berangkat kerja yang sebelumnya tanganku dicium istriku untuk pamit kerja. Cium mencium tangan ini kuyakini sebagai berkat yang bisa didapatkan dari orang lain apalagi dia orang tua, anak dan istri tercinta, bukan sekadar syarat, ritual belaka. Saat pamit ke ibuku, kubilang aah telat nih. Ibuku bilang, "ya hati-hati, jangan ngebut, mudah-mudahan jalanan lancar". Aku pun berangkat.
Tuhan ada di Diri Orang Tua kita
Sepanjang jalan seperti biasa aku melintasi jalan yang biasa kulewati. Setibanya di kantor, aku berlari ke mesin absen. Apa yang terjadi saudara-saudara? Mesin itu menunjukkan 07.28. What?? 21 menit dari rumahku ke kantor yang berjarak 10an km. Biasanya telat 5-10 menit kalau dari rumahnya sudah lewat pukul 07.00. Tapi pagi ini? Aku baru tersadar kalau sepanjang jalan tadi 5 lampu merah yang kulewati hijau semua dan kereta pun tidak lewat sehingga aku lolos di perlintasan kereta yang biasanya memakan waktu 3-5 menit. Surprised!!
Byarr.. tersadar aku ucapan ibuku tadi, "Mudah-mudahan jalanan lancar ya!" Cuma itu thok. Ternyata doa ibuku langsung diijabah, dikabulkan Tuhan. Sakti benar doanya. Makjleb. Disaat aku hopeless karena ngebayangin bakal telat nih, tak mungkin terkejar, absen dipotong, hari senin dsb dst. Ternyata dengan sepotong doa saja darinya, aku seperti diantarkan langsung ke kantor itu tanpa hambatan.
Tuhan ada di diri ibu, di diri orang tua kita. Maka berbahagialah mereka yang masih memiliki orang tua yang lengkap, ibu dan ayah. Satu saja tokcer apalagi lengkap keduanya. Jangan sia-siakan keberadaan mereka, meskipun sudah renta, kurang pendengaran dan penglihatan, bawel, rewel, suka ngatur. Itu lah keramat hidup kita selama kita di dunia ini. Ucapan dan doa nya selalu memberikan kemudahan bagi kita. Tuhan mendengar pinta mereka. Kesulitan kita terkadang sulit diatasi, tetapi ketika kita curhat kepada mereka, mereka mendengar, mereka memberikan wejangan, nasihat, disitulah Tuhan mengabulkannya.
Orang tua tetap lah orang tua. Mereka seiring usia, prilakunya akan kembali seperti anak-anak, bahkan lebih heboh lagi. Karena ketika bayi, anak-anak menangis, merengek, ngambek, bila kita bisa mengalihkan perhatiannya, memenuhi keinginannya mereka bisa langsung senang, tertawa dan gembira. Tetapi yang namanya orang tua, kita sulit menebaknya, setelah kita penuhi pun permintaannya tetap saja kita sering salah. Ya, terima saja. Itu lah ujian hidup kita, balas jasa kita kepada mereka saat dulu membesarkan kita. Senang kan hati mereka. Karena Tuhan ada bersama mereka. Ketika mereka murka, habis lah kita.
Tuhan Mendamaikan Kucing Berantem
Beberapa waktu lalu, saya terbangun untuk sholat Tahajud. Malam yang hening itu, dikagetkan dengan obrolan kucing yang sedang memperebutkan sesuatu, biasa cewek he he. Kucing berantem tengah malam itu sesuatu banget, apalagi kalau terjadi di loteng, gubrak. Tetangga saya pernah kejatuhan kucing berantem yang sedang perang di atas plafon persis di atas ranjangnya. Braakk.. plafon jebol. Kebayang kan apa yang terjadi saat itu he he. Malam itu, seperti lazimnya kucing berantem, terjadi cekcok mulut yang berkepanjangan, brisik.Â
Saya yang telah menyelesaikan sholat 2 rakaat merasa terganggu. Bukan sholat saya yang terganggu tetapi saya mikirin ibu saya pasti terganggu tidurnya. Ibu saya orang yang sulit tidur, dengar suara dikit aja langsung terbangun dan susah untuk tidur lagi. Disisi lain, istri saya sedang sakit batuk, dan dia baru saja terlelap, sementara kedua kucing ini baru pemanasan. Mau keluar untuk mengusirnya, males.
Akhirnya, kedua tangan ini pun kuangkat. Pintaku, "Ya Alloh, kumohon turunkan para malaikatmu, damaikanlah kucing yang berantem ini. Tentu tak sulit bagimu untuk memisahkan kucing berantem, aamiin !" Tak lama kemudian, kucing itu mengakhiri cek cok mulutnya, berantem sejenak, dan pergi, senyap kembali. "Subhanalloooohh !"