Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Alhamdulillah, Ya Corona

7 Maret 2020   11:26 Diperbarui: 7 Maret 2020   11:28 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus ini sangat fenomenal saat ini. Bagaimana tidak, kiblat umat muslim sampai ditutup, disterilkan. Jamaah umroh dipulangkan. Perekonomian dunia lesu. Transaksi keuangan menurun. Penyakit ini tak kenal batasan. Lelaki, wanita, tua, muda, kaya, miskin, pejabat, rakyat semua terjangkit. Penyebarannya pun menembus antarnegara. Hingga Indonesia pun akhirnya terjangkiti. Sebagian kita panik, menyerbu supermarket, membeli bahan persediaan dalam jumlah besar. Sampai bukan Indonesia namanya kalau tidak mengambil keuntungan di setiap musibah, menimbun dan menjual masker dengan harga tinggi persis saat terjadinya bencana gempa dan tsunami, barang bantuan dijarah, dikorupsi dan diperjualbelikan. Miris.

Hikmah Dibalik Corona

Disebalik peristiwa apa pun di bumi ini seyogyanya ada hikmah yang bisa diambil. Bagi sebagian orang merebaknya virus covid-19 ini pun memilik makna mendalam. Dari sisi buruk kita dapat melihat kebusukan hati manusia. Apa itu? Sebagian orang di negara ini, dengan tanpa bebannya menyebarkan berita hoax, bahwa sudah terdapat pasien corona, jauh sebelum berita resmi disampaikan. Bahkan keluar dari mulut seorang wakil rakyat. Ntah apa motifnya. Belum lagi beredar di medsos bahwa pemerintah menutupi pasien terpapar corona.

Pengalihan isu dan sebagainya. Lha kalau memang belum ada kenapa anda memaksa untuk ada yang terpapar. Sungguh aneh jalan pemikirannya. Dunia diajak untuk tidak percaya kalau belum ada orang Indonesia yang terjangkiti. Kemudian ketika Pemerintah mengevakuasi WNI dari Wuhan di Natuna, demo pun bergejolak, wajar, orang takut, tapi sangat berlebihan. Tanpa minta penjelasan langsung rusuh. Selalu ada provokator. Begitu wabah ini resmi masuk ke Indonesia, prilaku buruk pun tetap terjadi. Bukannya membantu, malah mengambil keuntungan  dari wabah ini dengan menaikkan harga masker, menimbunnya dan ada yang menjual masker bekas pakai. Keren mah otak warga +62 ini. Ntah apa yang meracunimu kata syair lagu. 

Sungguh banyak hal positif, hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini. Merosotnya ekonomi, transaksi perdagangan, bursa, memang menyulitkan, namun ini lah momen bagi Sri Mulyani, mungkin, untuk relaks, peregangan. Elit-elit politik yang kemarin syahwatnya tinggi, ini lah saatnya untuk rekonsiliasi, menyusun strategi baru untuk pemenangan pilkada serentak di berbagai daerah tapi tak melakukan pertemuan-pertemuan terbuka yang bisa menyebabkan tertular corona.

Demikian pula bagi masyarakat semua, mulai sekarang lebih memperhatikan kesehatan, jangan semua hendak dimasukkan ke perut, dimakan. Tidak semua makanan penuh sensasi sehingga yang tidak layak dimakan pun dilahap. Sampai-sampai kita lihat betapa tersiksanya hiu di laut tak bisa bergerak karena diambil siripnya. Atas nama vitalitas, kebugaran, kesehatan atau alasan apa pun, kita telah merugikan, menyiksa makhluk lain. Sadis.

Corona mengajarkan kita hidup seimbang. Bahwa hidup tak melulu tentang uang. Ada kalanya kita berbagi, ada saatnya kita istirahat. Bahwa kita harus hidup sehat. Bukan sembarang makan. Makan harus dijamin kebersihan dan gizinya. Dengan corona kita mengatur strategi baru dalam perekonomian, sosial budaya, agama, iptek, adab dan prilaku. Kita menjadi toleran terhadap sesama. Kita menjadi lebih selektif terhadap tempat, makanan, belanjaan dan pengeluaran. Banyak pertemuan dibatalkan, perjalanan ditunda, bahkan ibadah umroh pun terkena imbasnya. Mudah-mudahan ibadah haji bisa terselenggara tahun ini.

Banyak penyakit dan musibah lebih berat dari corona. Masyarakat Sumatera dan sebagian Kalimantan mungkin hampir setiap tahun mengalami ISPA, bahkan kejadian tahun lalu sangat mengerikan, langit menjadi merah akibat asap kebakaran hutan. Manusia menjadi amat sangat serakah. Dan kini, keserakahan itu berdampak global, memakan makanan yang tidak semestinya menyebabkan penyakit baru yang belum ada obatnya menjangkiti seluruh dunia. Mudah bagi Tuhan membuat segalanya. Tapi sulit bagi kita untuk berpikir ada bahaya apa yang mengancam atas perbuatan kita. Berkali-kali kita masuk ke lubang yang sama atas kejahatan, keserakahan atau hal-hal sepele menurut kita tapi merugikan banyak pihak.

Semoga corona cepat berlalu. Semoga kita dapat berhikmah. Semoga Tuhan mengampuni kita. Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun