Mohon tunggu...
Diana Santi
Diana Santi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis adalah Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Carut Marut Tayangan Televisi Kita

26 Februari 2015   16:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:28 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Status facebook sahabat saya semalam sangat menyita perhatian saya. Dia menulis betapa buruknya tayangan di televisi kita. Sangat sangat mengamini hal itu.

Setelah selesai masa Pemilu dan Pemilihan Presiden tahun lalu, saya nyaris tidak pernah nonton televisi. Hahahaa.. mungkin ada yang tidak percaya tetapi ini kenyataan lho...  Sebelum hiruk pikuk pemilu Presiden itu pun saya sangat jarang nonton televisi. Buat saya tak ada acara yang menarik dari begitu banyak stasiun televisi di negeri ini. Saya tak mendapat manfaat dari tayangan di layar kaca itu. Acara acara yang disuguhkan sedikit sekali yang "membangun", selebihnya "melemahkan". Panasnya pemberitaan masa kampanye pemilu Presiden yang fenomenal itu saja yang berhasil memalingkan pandangan saya ke layar televisi. Ya cuma itu!

Apakah pilihan saya yang ogah nonton televisi itu tergolong lebay? Hehe... mari kita lihat analisanya terutama analisa tayangan yang paling sering ditonton. (yaelaahh.. serius amat seehh...) :

1. Acara Berita dan Talkshow

Perhatikanlah acara berita di televisi kita. Beritanya seragam. Meski penyiarnya keren-keren, tetapi tak membuat acara berita itu jadi menarik. Isi beritanya horor alias syereeemmm... Seperti tidak ada filter. Berita tidak dikemas dengan santun. Semua telanjang tanpa pembungkus. Sebagian besar isi berita adalah kericuhan, pertikaian, sengketa, perkelahian, pembunuhan (baik fisik maupun karakter), pertentangan, dan kekerasan. Saya mengerti bahwa memang semua peristiwa itu memang sungguh terjadi, namun saya rasa itu tidak harus dikemas dengan apa adanya. Kan bisa diolah sehingga tidak vulgar. Nah.. acara talkshow seringkali menghadirkan nara sumber yang cara bicaranya masih harus dipoles. Masih sering mereka memakai bahasa yang kurang enak ditelinga. Narasumber juga membosankan karena yang itu itu saja. Kurang variasi.

2. Acara Hiburan

Coba perhatikan acara yang disebut hiburan. Acara itu seragam. Menayangkan format acara yang mirip bahkan sama. Menampilkan sejumlah artis ibukota yang mengambil sebagian job pelawak. Isi acara ya cuma obrolan dan olol-olokan  gak karuan dari artis-artis itu. Tak ada muatan yang mendidik penonton. Menurut saya justru pembodohan. Selain obrolan dan olok-olokan yang mendominasi, juga kostum yang digunakan seringkali kurang pantas diperlihatkan kepada penonton yang kebanyakan kaum muda. Menurut saya mereka sungguh nekad! Bagaimana tidak? Wong tayangan hiburan itu nayris 100% adalah acara live! artinya jika ada "slip"  maka tak ada "U Turn" bagi mereka untuk meralat, padahal aksi obrolan  mereka seringkali nyerempet bahaya. Hiyy...

3. Sinetron

Di hari hari belakangan ini artis India mendapat ruang yang sangat luas di Industri per-sinetronan tanah air. Kemolekan dan kegagahan artis Bollywood begitu mempesona membuat silau mata pemirsa sehingga rela duduk berjam jam di depan kotak ajaib. Sinetron India telah menyihir penggemar opera sabun di Ibu Pertiwi ini. Hahahaaa... kebanyakan yang nonton ya ibu-ibu... Lalu, meski jalan cerita terkesan aneh dan mengada ada, sinetron asli Indonesia yang masih tayang di stasiun televisi juga tetap mendapat tempat dihati para pemirsa. Dengan judul yang menarik perhatian, para penggiat sinetron berlomba sekuat tenaga merebut mata pemirsa. Ide cerita sinetron tak ada yang membumi, semua di awang awang, bagai di dunia lain. Tak ada unsur yang dapat memberikan pendidikan bagi pemirsanya. Ah.. pokoknya gak banget lah!

Begitulah kira kira analisa saya yang sangat simple.

Kesimpulannya sih saya tetap ogah nonton televisi. Titik!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun