Pasca Khilafah runtuh, telah banyak peristiwa terjadi yang dilakukan oleh penjajah. Seperti mereka pada saat itu langsung mengganti hukum-hukum yang ada di negeri-negeri Arab dengan hukum asing yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, menaklukan dan memerintah negeri-negeri itu secara praktis dan memperluas kekuasaannya ke seluruh negeri-negeri Islam. Tidak cukup sampai di situ, mereka menyebarkan tsaqofah asing dengan berbagai jalan yang kotor dan licik, yaitu dengan uang dan agen-agen yang mereka miliki.
Agen-agen yang mereka miliki tidak harus berasal dari mereka, tapi bisa juga berupa seorang muslim. Seorang munafik yang memiliki penampilan seorang muslim, namun pemikiran yang diembannya adalah pemikiran penjajah. Agen-agen ini berperan sangat besar dalam menyebarkan pemikiran-pemikiran penjajah ke tengah-tengah masyarakat muslim sehinga penjajah tidak perlu harus menyamar menjadi bagian dari kaum Muslim karena agen mereka yang munafik telah menjadi bagian dari umat Muslim itu sendiri. Dari sini muncul pertanyaan, apakah Khilafah telah melakukan pencegahan keberadaan agen-agen ini, atau Khilafah tidak mengetahui keberadaan mereka?
Kita dapat melihat sejarah perjalanan Khilafah pada masa mendekati keruntuhannya. Abdul Aziz bi Muhammad bin Saud adalah salah satu agen yang berpihak kepada Inggris, Muhammad bin Saud dan anaknya Abdul Aziz memimpin gerakah Wahabi yang melahirkan berbagai masalah bagi daulah. Daulah Khilafah pernah berupaya untuk menghentikan gerakan ini, namun gagal karena tidak mampu untuk mengendalikannya.
Perancis juga memiliki seorang agen saat itu yang bernama Muhammad Ali, yang juga merupakan gubernur Mesir. Tahun 1831 ia bergerak untuk menaklukan Syam setelah sebelumnya menyatakan perang dan memisahkan diri terhadap Khalifah. Ia juga berhasil menduduki Palestina, Libanon, dan Suriah. Akan tetapi, Khalifah kemudian mengirimkan pasukan yang kuat untuk melawannya.
Agen lainnya adalah Mustafa Kemal Attarturk, ia menjadi tenar di kalangan angkatan bersenjata pasca pertempuran Ana Forta. Mustafa Kemal pernah di buang ke Kaukakus pasca perang Dardanella. Pada saat itu pasukan Inggris berhasil memenangkan peperangan di perang Dardanella, kemenangan itu mempengaruhi semangat juang Daulah Khilafah dan sekutunya. Meskipun begitu, Daulah masih tetap terjaga keoptimisannya, seperti yang juga dirasakan oleh menteri luar negeri Khilafah, yaitu Nasimi Baik.
Lalu Mustafa Kemal datang mengunjungi menteri luar negeri Daulah untuk mempengaruhinya dengan menyebarkan pesimisme ke dalam benaknya, dengan harapan membuat orang-orang pemerintahan Khilafah berfikir untuk menyerah, mundur dari perang dunia dan menandatangani perjanjian damai dengan Inggris. Namun Mustafa gagal karena argumen yang dimiliki Nasimi Baik jauh lebih kuat. Mustafa tidak berhenti sampai disitu, ia juga menyebarkan pesimisme di kalangan negarawan, militer, dan para perwira. Karena hal itu lah, Daulah membuang Mustafa Kemal ke Kaukakus.
Ketiga contoh di atas adalah salah satu upaya Daulah mencegah agen-agen tersebut sebelum mereka melancarkan misinya hingga tuntas. Kita bisa melihat betapa berbahayanya mereka, bahkan ada beberapa agen yang Daulah baru menyadari pengkhianatannya setelah ia melaksanakan misinya. Masih ada banyak lagi agen-agen lainnya yang dengan sukarela membantu penjajah memusnahkan Khilafah hingga Khilafah runtuh tanggal 3 Maret 1924.
Bacaan:
Malapetakan Runtuhnya Khilafah oleh Syekh Abdul Qodim Zallum
At Takatul Hizbiy oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H