Mohon tunggu...
Eddyson Roga
Eddyson Roga Mohon Tunggu... -

simple, enjoyable..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cukup Tahu Saja

16 Juni 2013   09:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:57 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371370494331981623

Cukup Tahu Saja

Bumi yang kita pijak masih sama, terus

Langit yang kita pandangi masih sama

Belum ada perubahan sama sekali, yang ada

Cumalah diri kita yang berubah

Lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati

Di sini tidak ada seorangpun yang mendengarkan

Ketika aku menjerit kelaparan dan kesakitan

Di sini pulalah aku di usir karena aku tak pantas

Berada di antara orang-orang yang terpandang

Aku buta oleh antah-berantah hukum yang sulit di pahami

Apalagi oleh otakku untuk bisa di jalani

Aku bingung mengapa harus ada pemimpin!

Mengapa harus ada kaya dan miskin

Aku Cuma bisa tertegun memandangi hedonisme sebagian

Saudara-saudariku di atas hidupku

Tetapi mengapa aku abstrak di mata mereka semua

Mengapa aku di telantarkan begitu saja

Lantas, dimanakah hati nurani mereka?

Di sana-sini kumandang keberhasilan di deklarasikan

Sampai-sampai mulut mereka berbusa-busa

Layaknya penjual obat

Yang tak henti-hentinya berkoar-koar

Hiperbola

Aku pernah berjalan beribu-ribu mil

Hanya untuk menemukan jawaban hidupku

Tetapi yang kutemukan hanyalah

Nihil

Aku ragu sama mereka, sama saudara-saudariku

Yang terpandang dari ujung kepala sampai ujung kaki

Apakah mereka manusia sama seperti aku

Yang hari-harinya memasrahkan diri untuk

Menemukan jawaban hidupku

Tentu tidak ada yang tahu isi hatiku

Yang paling dalam

Remuk berkeping-keping, karena apa!

Yah…itu semua karena aku belum menemukan

Jawaban tentang siapa diriku yang sebanarnya

Tentang siapa pemimpinku yang sebenarnya

Bagaimana rupa dan kelakuannya

Aku masih bingung

Yang kutahu dan akan selalu ku ingat adalah

Pendahulu-pendahulu pemimpinku

Soekarno dan Soeharto

Apakah mereka masih hidup

Sehingga mereka masih saja berada dalam memoriku

Sampai sekarang

Aku ingat jasa-jasa mereka dulu

Mendedikasikan diri

Hidup dan mati mereka buat aku

Tetapi sekarang aku lupa

Sama pemimpinku yang lagi bertengger

Iya sih aku nggak tahu siapa pemimpin sekarang…hehehe

Maklum mereka jarang menginjakkan kaki

Di lumpur yang kotor, apalagi

Datang ke kampung yang super kumuh begini

Pasti yang ada dalam mimpi tidur mereka

Adalah berjalan di atas Red Carpet sama

Teriakkan wartawan yang selalu ingin

Merekam dan mengalbumkan wajah mereka yang

Sampai saat ini hanya

Wajah Soekarno dan Soeharto

Yang ada dalam memoriku

Lucu ya aku tak tahu tuanku sendiri

Masak anjingnya nggak mengenal tuannya

Mungkin nggak di kasih makan ya

Sehingga anjing-anjingnya kelaparan

Lalu berlari ke rumah tetangga

Kan di rumah tuannya nggak ada daging Cuma ada siksaan

Mendingan lari kerumah tetangga saja

Di sana banyak daging terus tuannya sangat saying

Pada anjing-anjing yang malang

Huh…tuanku yang baik kurang apa aku menjaga tidur malammu

Aku duduk di depan rumahmu

Layaknya ksatria yang siap mati untukmu

Mengapa kau di biarkan begini

Di biarkan hidup segan mati tak mau

Oh…mungkin alam akan berbalik bertanya

Wahai tuan besar apakah selama ini engkau sudah memimpin?

Terus mengapa masih ada kelaparan, perselisihan, korupsi, lagi

Bencana di mana-mana

Itulah akibatnya engkau menelantarkan anjing-anjingmu yang setia

Pada hidupmu

Teganya, kau tak membiarkan dirimu

Melebur bersama anjing-anjingmu

Di kesendirian dalam gelapnya dunia

Aku sudah menyerahkan semua pada pemimpinku

Semua kehiddupanku di bumi yang ku pijak

Lalu langit yang sama-sama aku pandangi

Mungkin dalam harapku, suatu saat

Aku akan bisa mengenal dan melihat

Pemimpinku

Dan akan kusimpan dalam memoriku

Seperti nama Soekarno dan Soeharto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun