Mohon tunggu...
Dirmawan Hatta
Dirmawan Hatta Mohon Tunggu... profesional -

Pembuat film. Toilet Blues | Optatissimus | Kau dan Aku Cinta Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Lamalera, Ikan Paus Adalah Kado dari Tuhan

23 Januari 2014   18:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390475948936161907

Lima buah peledang yang masing-masing berawakkan 10-15 orang mengerubuti sesosok makhluk besar yang hanya tampak punggungnya tersebut. Dari semburan airnya yang miring, saya diberitahu bahwa itu adalah seekor koteklema, sebutan mereka untuk sperm whales. Saya menahan nafas ketika seorang lamafa melompat dari ujung peledang, menghunjamkan tempulingnya yang bergagang bambu ke punggung ikan paus itu. Satu tempuling tertancap. Lamafa itu berenang gesit kembali ke peledangnya, sementara seorang matros menyiapkan tempuling berikutnya untuk ditancapkan. Saya enggan menyebut ini sebagai sebuah perburuan. Mereka tidak sungguh-sungguh berburu, sebab hampir mustahil membayangkan bahwa paus-paus itu tidak akan menghindar dengan gampang begitu peledang-peledang mendekati mereka. Orang-orang ini menyebut paus-paus ini, dalam kategori yang lebih luas, sebagai knato, yang artinya adalah kado dari Tuhan. Artinya, dalam gagasan mereka, mereka tidak sedang berburu, akan tetapi mengambil kado tersebut. Melihat bagaimana perburuan itu terjadi, saya percaya akan hal itu. Susah membayangkan perahu-perahu kayu yang digerakkan dengan dayung dan layar dari anyaman daun lontar itu mampu memburu binatang puluhan meter panjang dan puluhan ton beratnya yang bisa dengan gampang menghindar dan menyelam bila mereka mengerubutinya. Mereka tidak akan mampu berburu, bila itu adalah sebuah perburuan. Mereka mengambil paket yang sudah disediakan untuk mereka. Maka ketika kemudian tiga ekor ikan paus diseret ke pantai hari itu, saya tahu bahwa peristiwa itu bukan hanya semata-mata peristiwa heroik penangkapan ikan paus, akan tetapi juga sebuah peristiwa budaya yang melibatkan proses yang panjang bahkan dalam mereka memaknainya dalam kosa kata yang mereka ciptakan. Bukankah cara penyebutan memberi makna pada peristiwa, dan makna itu menunjukkan nilai yang pengguna bahasa itu anut? Sore itu, dalam ketakjuban saya menyaksikan peristiwa tersebut, rupanya saya sedang terlibat dalam sebuah peristiwa yang hanya bisa dipahami sebagai sebuah peristiwa bahasa. Bahasa yang mereka ciptakan untuk mendekati, meminta ijin pada paus-paus itu, melempatkan tempuling, menikam, dan membawa mereka ke pantai untuk kemudian dibagi-bagi pada ratusan orang yang diantaranya adalah kaum dzuafa, telah memungkinkan semuanya terjadi, dalam batasan-batasan yang saya pikir mustahil. Dan ketika gelap membuntuti iring-iringan peledang kami pulang ke pantai Lamalera itu, saya membayangkan kosa kata lain yang mengamang dalam cakrawala kehidupan orang Lamalera, mungkin juga sebagian besar bangsa-bangsa asli pra Indonesia lain, semacam: konservasi, ekoturisme, taman nasional, privatisasi perairan... Esok paginya, tiga paus gendut dari Lamalera itu disayat-sayat dan dibagi-bagi dengan teliti kepada mereka yang berhak. Seluruh pantai berwarna merah. Lalu saya ingat, ada juga pernah Yesus berkata: inilah tubuhku, inilah darahku. Sakramen gigantik ini telah berlangsung jauh sebelum pater-pater dari Serikat Jesuit, Dominikan dan Serikat Sabda Allah berkabar tentang Laki-Laki di Kayu Salib itu. Jauh sebelum Republik Indonesia mencantumkan laut mereka dalam undang-undangnya. [caption id="attachment_317733" align="aligncenter" width="300" caption="Seekor Koteklema di Pantai Lamalera, 9 Januari 2014"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun