Mohon tunggu...
Pohon Kata
Pohon Kata Mohon Tunggu... Freelancer - Going where the wind blows

Ketika kau terjatuh segeralah berdiri, tak ada waktu untuk menangis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal cerita yang hilang

8 Juni 2017   04:32 Diperbarui: 8 Juni 2017   11:34 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang yang tidak pernah mencicipi rasa pahit tidak akan pernah mengenal rasa manis"

Sebuah kalimat bijak yang sering terbaca dan terdengar olehku, ya begitulah kehidupan... yang hanya ada rasa pahit dan manis.Begitu pula aku, kita dan mungkin semua orang pernah merasakan rasa itu dalam tanda kutip walau dalam level dan tingkat yang berbeda.Kedua rasa itu hanya bisa disentuh lewat hati, disini olah hati dan fikiran yang sangat berperan dalam menyikapinya.Semua orang punya cerita begitu pula saya.

Genap 1 tahun kepindahan saya dari tempat kerja dimana saya mengabdikan diri, mengesampingkan keinginan pribadi bahkan mencuri waktu saya untuk bersama keluarga tercinta.Keringat, air mata bahkan tetesan darah sering tertumpah disana.Pagi hingga waktu tak terbatas dalam satu hari kulalui dengan senyum walau kadang hanya untuk kamuflase mimik wajah untuk melewati hari.Tempat itu sungguh mulia, karena disana saya mencurahkan tenaga dan fikiran serta kemampuan saya hanya satu tujuan yaitu mentransfer ilmu, membentuk karakter yang kokoh, tahan banting,pantang menyerah, ulet dan berkepribadian tanpa mengesampingkan sisi manusiawinya.Hal yang sangat mulia bagi saya untuk ikut berperan dalam elemen kecil diantara lingkaran besar yang akan dihadapi peserta didik itu kelak nantinya.Hal yang sangat mulia dan membanggakan apabila mendengar kabar dari mereka tentang keberhasilan baik lewat komunikasi langsung maupun melihat kabar dari media selepas mereka lulus, bagaimana hebatnya mereka telah mengukir cerita indah.

Ya...pekerjaan sebagai seorang guru, pengajar ataupun yang berhubungan dengan transfer ilmu sangat memuaskan batin melebihi materi ataupun finansial yang kita dapatkan.Selalu ada karakter baru yang bisa kita poles, selalu ada pribadi yang bisa kita bentuk sesuai standart yang ingin dicapai.Berbahagialah bagi orang orang yang berperan menjadi guru yang selalu menemui pribadi-pribadi baru yang justru akan memperkaya jiwa-jiwa kita.Dimana kita bisa memahami perasaan, kemauan, kesulitan bahkan curahan hati mereka dan memecahkan kesulitannya untuk kita tuntun menjadi dewasa.

Ada banyak kendala yang dihadapi rekan-rekan seperjuangan saya dalam membentuk dan mengisi kemampuan mereka dan justru itu yang bisa dinikmati dengan hati...puas rasanya melihat mereka berhasil melewati level dan harapan yang menjadi target.

Itu hanya kenangan yang menjadi cerita dalam hidup saya, hingga tahun 2012 hal yang tak terduga menimpa secara tiba-tiba.Tak ada tanda-tanda sebelumnya, saya langsung drop dan langsung masuk ICU dengan kondisi lemah dan sangat memprihatinkan (itupun kata istri saya) yang jelas saat itu indra yang berfungsi hanya telinga sedangkan mata hanya bisa terpejam,sendi-sendi,indera perasa tak lagi berfungsi normal bahkan kulit terasa tebal karena semua permukaannya dari ujung rambut sampai ujung kaki tumbuh benjolan cacar yang sangat besar hingga untuk bergerak saja terasa amat sakit, bahkan rongga mulutpun ditumbuhi tanpa ada sisa.

Saat itu hanya air mata yang menetes dari sudut mata saya, tak ada suara sepatahpun yang saya ucapkan, hanya bisa meneteskan air mata...ingat anak-anak saya,istri serta orang-orang yang saya cintai.Amat mengejutkan saat dokter yang menangani saya mengatakan, " Pak...ini mukjizat anda masih kuat", tak terasa air mata keluar lagi dari sudut mata yang tertutup.Syukur Alhamdulillah...berkali kali terucap lirih dari hati kecil ini.

Hampir satu minggu lebih terbaring di rumah sakit sangat menyiksa, rasa jenuh,bosan hingga kangen dengan aktifitas rutin timbul dalam benak ini.Orang tua, teman-teman seperjuangan bahkan kenalan silih berganti datang menjenguk hanya ingin sekedar meberikan empati dan melihat kondisi saya.Hingga saat yang saya nanti tiba...saya diperkenankan meninggalkan rumah sakit menuju tempat tinggal kami.Mengingat kondisi yang saya alami sayapun memberanikan diri untuk mengajukan pindah tugas, tetapi saat itu belum diperkenankan.Hampir 1 tahun selepas saya sakit,aktifitas fisik saya hindari sesuai saran dokter.

Hingga tahun 2016 kesempatan pindah itupun datang, hal yang sangat saya syukuri mengingat dengan kondisi yang saya alami tak mampu lagi untuk mengabdikan dan mencurahkan tenaga serta fikiran saya buat tempat saya bekerja.Cerita barupun saya mulai, dengan harapan baru,aktifitas baru serta situasi kerja yang baru.Ya...semua itu adalah jalan yang harus saya lewati yang diberikan Tuhan buat saya.Yang pasti rasa pahit dan manis harus kita nikmati dengan bijak.Bersyukur tanpa henti bahwa saya masih diberi kesempatan untuk menghirup udara, melihat orang-orang yang saya cintai tersenyum, melihat indahnya mentari yang bersinar dan masih diberi kesempatan untuk berbuat hal baik buat sekitar kita.

Dan percayalah...bahwa malaikat malaikat tanpa sayap akan selalu ada disekitar kita, menuntun dalam kebaikan tentunya dengan seizin Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun