Mohon tunggu...
Dirga Maulana
Dirga Maulana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Selalu berpikir, kemudian bergerak, selanjutnya bermanfaat. sedang asyik meneliti media

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Peradaban Baru Komunikasi Politik

31 Juli 2013   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:47 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13752716971842120688

Peradaban Baru Komunikasi Politik

Dirga Maulana

Peneliti di The Political Literacy Institute

[caption id="attachment_278646" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber: Gana Buana/ The Political Literacy Institute"][/caption]

Jelang perhelatan Pemilu 2014 menjadi tahun politik yang sarat dengan praktik komunikasi politik, mulai dari pemasaran politik hingga lobi dan negosiasi.

Hal ini kian meneguhkan penguasaan komunikasi politik menjadi keniscayaan dalam praktik politik modern, terlebih di tengah pasar pemilih demokrasi elektoral seperti sekarang. Komunikasi politik tak sekadar kajian teoritis dan konseptual, tapi sudah menjadi ilmu terapan dalam ranah komunikasi yang selalu dinamis.

Hadirnya komunikasi politik sebagai disiplin ilmu interdisipliner memosisikan kajian ini menjadi sangat perlu dipahami sekaligus strategis untuk dikuasai dan diimplementasikan. Buku ini secara rinci membahas beragam materi inti dalam komunikasi politik mulai dari definisi, komunikator dan khalayak politik, kampanye, opini publik, propaganda, publisitas, retorika, negosiasi, public relations politik, dan riset politik.

Selain itu, juga secara memadai mengulas komunikasi politik dalam dinamika politik di Indonesia dan tren pemanfaatan komunikasi politik melalui media baru. Gun Gun dan Shulhan menggarisbawahi bahwa perjalanan komunikasi politik sudah memasuki generasi ketiga. Generasi pertama, ditandai dengan dominannya retorika sebagai aktivitas komunikasi politik.

Pada generasi pertama ini aktor politik mengandalkan kemampuan seni berbicara (art of speech) misalnya debat publik untuk memengaruhi kebijakan hingga kritik terhadap sistem yang disampaikan melalui kekuatan berbicara. Generasi kedua, dijadikannya media massa sebagai saluran politik. Media massa seperti radio, televisi, koran, majalah, dan sebagainya kerapkali digunakan untuk kampanye, propaganda politik, publicrelationspolitik, dan lain-lain.

Aktivitas itu disebarkan kepada khalayak melalui media massayangbersifat serentakatau one-to-many. Generasi ketiga, ditandai dengan perkembangan new media. Halinidiperkuatdengansemakin banyaknya media sosial seperti situs jejaring sosial (social network site) dan weblog interaktif dalam jalinan komunikasi antarwarga. Hadir-nya ruangpublikbaru(new public sphere) dengan menciptakan komunitas-komunitas virtual dalam kehidupan modern sudah tak terbantahkan lagi.

Ramainya penggunaan internet melahirkan peradaban baru komunikasi politik termasuk munculnya sejumlah terminologi baru seperti cyberdemocracy, cyberprotest, dan new public sphere untuk tautan gagasan, pemikiran, dan partisipasi politik. Contoh kasus kontemporer adalah Wikileaks dengan gerakan hachtivism yang digagas Julian Assange. Gerakan ini menjadi fenomena komunikasi politik yang tak lagi terbatas pada ruang-ruang fisik.

Sesuai dengan cermatan Blumler dan Kavanagh (1999), tentang kemunculan “third age of political communication”, media cetak dan penyiaran mulai kehilangan tempatnya sebagai saluran utama komunikasi politik pada era baru dengan melimpahnya informasi di dunia virtual. Hadirnya media baru menjadi dinamika tersendiri bagi komunikasi politik yang digunakan para aktor politik.

Pengguna internet (netizens) semakin signifikan dalam politik. Tipologi netizen seperti publicist, hactivist, propagandist, disseminator pun menjadi warna baru yang membuat kanal media baru kian menghadirkan komunikasi politik yang mudah dan interaktif. Memang, penggunaan internet dalam komunikasi politik semakin intensif dan meluas. Hal ini tak bisa dilepaskan dari lingkungan dinamis yang terjadi di dunia, di kawasan Asia dan di Indonesia.

Dalam data yang ditulis di buku ini tercatat pengguna internet di Asia sebanyak 922.329.554, sekitar 44% pengguna internet ada di Asia, sementara 56% tersebar di kawasan lain seperti di Afrika ada 118.609.620 pengguna (5,7%), di Eropa ada 476.213.935 pengguna (22,7%), di Timur Tengah ada 68.553.666 pengguna (3,3%), di Amerika Utara ada 272.006.000 pengguna (13%), di Amerika Latin ada 215.939.400 pengguna (10,3%), dan Oceania/Australia ada 21.293.830 pengguna (1%).

Jelas bahwa pengguna internet terbesar ada di Asia. Tercatat di data internetworldstat. com pada 2012 ada sekitar 55 juta pengguna internet di Indonesia. Banyaknya aktor politik yang juga memiliki akun di Facebook, Twitter, dan sejumlah sosial media lain me-nandakan fenomena pencitraan itu tidak bisa dihindari dalam laju perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan demikian, hadirnya teknologi seharusnya bisa turut memperbaiki kualitas komunikasipolitikdalamdemokrasikita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun