Mohon tunggu...
Dirga Ardian Nugroho
Dirga Ardian Nugroho Mohon Tunggu... Jurnalis - Karyawan

Membaca, Menulis, Berpikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tingkah Laku Segelintir Warganet Indonesia Hari Ini

8 November 2019   00:15 Diperbarui: 8 November 2019   00:30 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengemukakan pendapat dan memperoleh informasi merupakan dua hal yang cukup berkaitan. Ketika kita menyampaikan pendapat, ada informasi yang ingin kita sampaikan yang bisa diterima orang lain. Begitupun ketika muncul sebuah informasi, kita dapat menilai. Kini, berpendapat dan penyebarluasan informasi dipermudah dengan adanya perkembangan teknologi. Perkembangan tersebut memudahkan setiap manusia untuk melakukan dua hal tersebut tanpa terbatas ruang dan waktu.

Masyarakat Indonesia pun tidak ketinggalan dengan adanya perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi. Melalui gawai, masyarakat Indonesia mampu memperoleh informasi, beropini atau berkomentar dengan sangat mudah. Dari kemudahan inilah lantas menimbulkan pertanyaan. Apakah warganet Indonesia sudah cukup bijak dalam berpendapat dan menerima informasi di masa kini?

Warganet Indonesia dalam Angka

Menurut laporan yang dirilis oleh WeAreSocial dan Hootsuite tentang "Global Digital Report" pada tahun 2018, Indonesia dengan warganetnya yang terkenal dengan idiom "Wkwkwk" ketika mengungkapkan ekspresi tertawa di dunia maya, bertengger di posisi keempat sebagai negara dengan durasi penggunaan internet terlama dalam waktu sehari. Indonesia memiliki durasi rata-rata penggunaan internet selama 8 jam 51 menit, melampaui negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat yang hanya menghabiskan rata-rata durasi selama 6 jam 30 menit. Bahkan, Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara yang menghabiskan waktunya untuk mengakses media sosial dengan durasi 3 jam 23 menit. Capaian tersebut hanya kalah dengan Filipina dengan 3 jam 57 menit dan Brazil dengan 3 jam 39 menit.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 54,68% dari 262 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Lalu, apakah segala bentuk 'prestasi' tersebut yang diukur secara kuantitatif diikuti dengan peningkatan kualitas oleh warganet Indonesia itu sendiri?

Sayangnya, Indonesia tergolong menjadi salah satu negara yang sangat mudah percaya dengan hal-hal yang muncul di internet. Hal tersebut dibuktikan oleh data yang dikeluarkan Centre for International Governance Innovation (CIGI) IPSOS pada tahun 2017. Sebanyak 65% warganet Indonesia mudah percaya dengan berbagai hal yang muncul di internet. Tentunya, angka ini cukup memprihatinkan, mengingat di era sekarang berita hoaks bisa memberikan ancaman yang serius di tengah masyarakat Indonesia.

Perspektif Ilmu Ekonomi dan 'Lingkaran Setan'

Kita sebagai manusia memiliki hak berupa kebebasan untuk memilih informasi yang baiknya kita terima ataupun tidak. Melalui proses berpikir, kita dapat menentukan apakah suatu informasi tergolong baik atau buruk, penting atau tidak, dan benar atau salah. Namun, bagaimana jika penerimaan informasi tidak melalui proses tersebut? Dan justru 'ditelan' dengan mentah-mentah.

Bila kita melihat lebih jauh lagi, terkadang ada oknum yang memanfaatkan kondisi ini. Oknum tersebut menjadi dalang dengan menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Lagi-lagi, jika warganet tidak cermat dalam memverifikasi kebenaran informasi yang muncul dari oknum tersebut, celakalah mereka. Apalagi jika informasi yang disampaikan berisi ujaran kebencian, hal tersebut memungkinkan segelintir warganet Indonesia akan dengan mudah naik pitam. Oknum tersebut tentu memiliki tujuan tertentu seperti melakukan propaganda atau hanya sekedar memperkeruh suasana dunia maya.

Layaknya pelaku dalam ilmu ekonomi, terdapat orang-orang yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan distributor dalam penyebaran kabar hoaks ini. Warganet yang mudah percaya terhadap suatu informasi, akan sangat mudah mendistribusikan berita tersebut ke warganet sejenis lainnya untuk kemudian disebarkan lagi terus menerus. Tanpa disadari mereka menjadi agen distributor gratis-an kabar-kabar tersebut. Hal inilah yang akan membuat oknum tak bertanggung jawab terus mereproduksi berita hoaks untuk kemudian dikonsumsi dan didistribusikan lagi terus menerus. Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya membentuk pola yang bisa kita sebut seperti 'lingkaran setan'.

Kurang Bijak dalam Berkomentar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun