Mohon tunggu...
direra sukmasari
direra sukmasari Mohon Tunggu... -

Psuchologi '12 UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kualitatif Juga Punya Kode-kode, Pengkodean Maksudnya :)

27 Mei 2015   23:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembacaan dan pembacaan ulang transkip-transkip diikuti dengan pemilihan materi untuk analisis selanjutnya, ini disebut sebagai pengkodean. Pengkodean transkip-transkip dilakukan dengan tetap berpijak pada persoalan riset. Semua bagian teks yang relevan dipilah, disalin, dan disusun untuk analisis. Pada tahapan ini, kita perlu memastikan agar semua materi yang relevam turut disertakan. Ini berarti contoh-contoh yang tidak secara langsung atau hanya samar-samar saja terkait dengan persoalan riset pun harus diidentifikasi. Kita tidak perlu menggunakan kata kunci tertentu sebagai dasar seleksi materi tekstual. Semua konstruksi yang bersifat implisist pun harus disertakan pada tahap pengkodean ini. Kebutuhan untuk melakukan pengkodean sebelum analisis menunjukkan bahwa kita tidak pernah bisa menghasilkan analisis wacana atas sebuah teks secara menyeluruh. Persoalan riset kita mengidentifikasi aspek tertentu dari wacana yang telah kita putuskan untuk kita jelajahi secara terperinci. Pengkodean membantu kita menyeleksi bagian-bagian relevan dari teks yang merupakan data kita. Selalu ada banyak aspek wacana yang tidak akan kita analisis. Ini berarti bahwa materi yang sama bisa dianalisis lagi dan menghasilkan wawasan lebih jauh lagi.

Menulis riset analisis wacana bukan merupakan proses yang terpisah dari analisis teks. Kita harus memperhatikan fakta bahwa penulisan laporan itu sendiri adalah cara untuk menjelaskan analisis. Upaya untuk menghasilkan penyampaian yang jelas mengenai riset seseorang dalam tulisan memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi adanya inkonsistensi dan ketegangan yang pada gilirannya bisa mengarah kepada wawasan-wawasan baru. Sebagai alternative, si peneliti mungkin harus kembali mengamati datanya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dan problema yang muncul dalam proses penulisan.

Sebagian besar analisis yang disajikan berasal dari proses penulisan mengenai interaksi si penulis dengan transkip wawancara. Kesan-kesan yang didasarkan atas perjumpaan pertama dengan teks dituangkan menjadi sebuah penuturan mengenai bagaimana teks mencapai tujuan-tujuan diskursifnya. Setelah memilah metafora, ekspresi dan istilah-istilah yang bisa dimasukkan ke dalam versi-versi khusus mengenai pemutusan hubungan partisipan, dan menulis tentang bagaimana penuturan partisipan bisa menghasilkan versi-versinya. Sebagai hasilnya, proses analisisnya menghasilkan dekonstruksi (melalui identifikasi atas kisi-kisi interpretasi dan kontruksi wacana yang membentuk teks) diikuti dengan rekontruksi (melalui penulisan dan penciptaan kembali kontruksi dan fungsi-fungsi yang ada pada teks) atas wacana, dan penulisannya sendiri merupakan bagian esensial dari proses penulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun