Mohon tunggu...
Dira Waruwu
Dira Waruwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Damai Sejahtera Wanita yang Tidak (Belum) Mempunyai Anak

7 April 2021   14:08 Diperbarui: 8 April 2021   23:40 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan:

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejehatera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27)

Pada waktu saya berusia 24 tahun, saya didesak oleh ibu saya untuk segera menikah karna baginya wanita usia 24 tahun sudah ketuaan untuk hidup sendiri. Meskipun didesak, saya tidak serta-merta buru-buru mencari pasangan. Setelah melewati lika-liku "dunia" asmara, akhirnya pada usia 27 tahun saya menikah. Setelah menikah, setiap kali komunikasi dengan ibu saya, saya selalu didesak dan diingatkan untuk segera memiliki anak. Dan bukan hanya ibu saya yang melontarkan kalimat-kalimat terkait "hamil dan melahirkan anak". 

Teman-teman lama kirim pesan atau telpon hanya untuk menanyakan kabar dan apakah sudah punya anak atau belum. Kalau bertemu dengan ibu-ibu di yang kenal saya juga akan melontarkan kalimat-kalimat, misalnya: sudah telah haid belum?, lagi isi ya? Sambil memandang perut buncitku (padahal kekenyangan makan nasi bebek bumbu pedas), kok belum hamil-hamil?, kapan hamil?, semoga segera hamil (sambil mengelus perut saya), suruh suami makan ini dan itu biar kamu bisa hamil, dan berbagai kalimat lainnya. Entah itu bentuk perhatian atau hanya sekadar basa-basi atau sindiran, tapi yang jelas itu memberikan dampak negatif bagi saya dan tentu saja bagi wanita yang sudah nikah namun belum memiliki keturunan.

Kalimat-kalimat tersebut bisa menjadi tekanan bagi para wanita yang sudah nikah namun belum punya anak. Mendengar kalimat itu menimbulkan sedih, tangisan, hilangnya sukacita, rasa bersalah kepada suami dan mertua, rasa tidak berguna sebagai istri dan menantu. Dampak berikutnya adalah menjadikan seseorang pemurung, minder, iri dan stress akhirnya emosi tidak stabil dan kesehatan fisik pun terganggu. 

Namun apakah hal itu kita biarkan terjadi? Tidak. Para wanita yang sudah nikah namun belum (tidak) memiliki anak, Damai Sejahtera kita tidak ditentukan oleh lingkungan kita. Damai sejahtera kita tidak tergantung apakah kita memiliki anak atau belum (tidak) melainkan apakah Tuhan di dalam kita dan kita di dalam Tuhan dan apakah kita hidup di dalam kebenaran. Sebab firman Tuhan di dalam Yesaya 32:17 berkata; Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.

Tujuan utama hidup atau pun pernikahan bukan semata-mata untuk memiliki keturunan. Ketika Tuhan memanggil kita untuk membentuk rumah tangga dengan pasangan kita, itu artinya Tuhan mau kita memuliakan Dia bersama-sama dalam rumah tangga kita. Jika kita hamil dan melahirkan anak, artinya kita harus memuliakan Tuhan juga melalui anak yang dititipkan kepada kita. Kita percaya bahwa "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). 

Dan apabila Tuhan belum (tidak) menitipkan anak kepada kita, apakah damai sejahtera kita hilang dan kita menjadi seorang pemurung? Tentu saja tidak. Damai sejahtera yang kita terima dari Tuhan tidak dapat diberi atau diganti atau dihilangkan oleh dunia, termasuk kehadiran - ketidakhadiran anak dan juga  kalimat-kalimat sindirian atau perhatian dari orang lain. 

Sekalipun banyak tekanan dari luar, damai sejahtera yang dari dalam hati tetap akan kita rasakan. Sumber sukacita dan damai sejahtera kita adalah Tuhan. Roma 5:1, "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus". Pandangan kita tertuju kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan keselamatan dan jaminan hidup yang kekal kepada kita.

Jangan takut bila belum (tidak) memiliki anak. Sebab memiliki atau tidak memiliki anak, tidak akan menghilangkan keselamatan yang kita terima dari Tuhan. Memiliki atau tidak memiliki anak, kita tetap bisa memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Bagi yang memiliki anak, tetaplah muliakan Tuhan dan bertanggunjawablah untuk mendidik anak untuk mengenal Tuhan. 

Bagi yang belum (tidak) memiliki anak, tetaplah muliakan Tuhan dengan segenap hidup, tetap tunjukkan iman, kasih dan ketaatan kepada Tuhan melalui sikap yang benar menghadapi pergumulan dan menghadapi tekanan-tekanan dari luar. Tetaplah berdoa, berusaha dan berharap kepada Tuhan. Tuhan mengasihi baik wanita yang memiliki anak atau pun yang tidak memiliki anak. Damai sejahtera-Nya akan dirasakan oleh orang-orang yang percaya dan mengasihi Dia  dan hidup dalam kebenaran-Nya bukan hanya orang-orang yang memiliki anak atau keturunan. Soli Deo Gloria!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun