Mohon tunggu...
dirania dira
dirania dira Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kembar, Tak Selalu Menyenagkan

6 Maret 2013   18:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:13 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak teman yang bilang kalau mempunyai saudara kembar itu menyenangkan. Bisa bertukar pikiran, bertukar posisi, menjadi perhatian banyak orang, unik, dan masih banyak lagi. Tapi tidak selamanya yg mereka katakan itu benar. Yang tahu menyenangkan atau tidaknya itu adalah orng yang kembar itu sendiri, dan menurut saya kurang menyenangkan. Saya merasa tidak memiliki kebebasan. Misalnya, jika saya pergi ke suatu tempat, tiba-tiba ada orang tidak dikenal datang menghampiri lalu bertanya ini itu, dia seperti mengenali saya tapi saya tidak mengenalnya, dan setelah ditanya ternyata dia kira saya adalah kakak saya, saudara kembar saya.

Dari kecil saya sudah terbiasa hidup berbagi, bahkan sejak dalam kandungan ibu saya sudah harus rela berbagi tempat dengan kakak saya. Tidur sekamar berdua. Makan sepiring berdua. Baju dipakai bersama. Bahkan uang Rp.500,- pun dibagi dua.

Saya sering sakit hati saat ada teman yang salah memanggil nama, padahal mana saya dengan kakak saya cuma beda satu huruf saja, yang satu diakhiri dengan huruf "a" yang satunya lagi diakhiri dengan huruf "i". Tapi wajar saja kalau mereka salah memanggil nama, ibu yang melahirkan kami saja sering salah memanggil. Padahal jelas-jelas beliau yang tahu persis seperti apa anak-anaknya. Ibu bilang wajah kami benar-benar mirip saat baru bangun tidur. Walaupun beda gaya rambut, kalau baru bangun tidur akan tampak sama, benar-benar sama. Itu kata beliau, saya tidak tau benar apa tidaknya karena saya tidak pernah mengecek kebenarannya dengan berkaca bareng kakak saya.

Pernah suatu hari saya pergi potong rambut bersama kekasih saya. Selesai potong rambut dia terkejut karena yang dilihatnya bukan saya, tapi kakak saya. Dia sampai terbengong melihat penampilan saya yang tiba-tiba mirip dengan kakak saya (padahal saya tidak pernah menginginkannya). Dan yang lebih konyol lagi, saat saya menceritakan kejadian tersebut kepada ibu saya, ibu malah tertawa. Beliau bercerita beberapa hari sebelum kejadian tersebut, kakak ipar saya, suami dari kakak kembar saya juga seperti itu, tidak bisa membedakan mana saya mana isrinya. Dia sibuk mencari kakak saya yang pada saat itu duduk di depannya. Dia mengira orang yang duduk di depannya itu adalah saya, bukan istrinya.

Lebih sakit hati lagi saat saya minta sesuatu tapi tidak dituruti, sedangkan saat kakak saya minta sesuatu langsung dituruti. Sangat tidak adil rasanya, tapi itu sering saya alami. Saya merasa sayang yang diberikan oleh orang tua saya berat sebelah ke arah kakak saya. Saat sedang sakit misalnya, saya pernah sakit parah, tapi sikap ayah saya tidak seperti saat kakak saya yang sakit. Saya hanya bisa iri melihatnya.

Satu hal yang tidak pernah saya sukai adalah ketika ada orang membeda-bedakan antara saya dengan kakak saya. Dia pintar mengapa kamu tidak? Dia cantik mengapa kamu kurang cantik? Dia terkenal mengapa kamu biasa-biasa saja? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang membuat sesak di dada saya. Bukankah kehidupan seseorang sudah ada yang mengatur? mengapa mereka sibuk mengatur hidup saya. Secara fisik kami memang sama, tapi kepribadian kami berbeda, jauh berbeda.

Walaupun menyakitkan, tapi saya tetap bersyukur. Terima kasihku kuucapkan untuk ibu tercinta yang telah mengorbankan nyawanya demi kami, anak-anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun