Mohon tunggu...
Humaniora

Bonus Demografi Berbahaya

11 Desember 2015   23:15 Diperbarui: 11 Desember 2015   23:25 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia termasuk dalam negara yang mengalami bonus demografi mengingat jumlah penduduk usia produktif tersebut mencapai 60 persen. Artinya, penduduk produktif hanya menanggung biaya hidup penduduk tidak produktif dengan usia 0 - 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas. Bonus Demografi adalah suatu keuntungan yang dinikmati sebuah negara karena proporsi penduduk produktif yakni dalam rentang usia 15-64 tahun lebih besar dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. 

Tidak semua daerah mengalami bonus demografi secara bersamaan. Hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035 menyebutkan bahwa Provinsi Kalimantan Barat akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020.

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kalimantan Barat diproyeksikan terus menurun hingga dibawah satu persen pada tahun 2025-2030. Hasil perhitungan proyeksi penduduk Kalimantan Barat 2015-2035 yang dilakukan oleh Wahyudi dan Luthi (2013) menunjukkan Kalimantan Barat diperkirakan akan memasuki periode awal bonus demografi pada tahun 2020 dimana angka depencency ratio dibawah 50 persen. Sedangkan puncak bonus demografi akan terjadi pada tahun 2025-2030. Perubahan struktur penduduk tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran struktur umur  penduduk di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat akan menikmati banyaknya tenaga kerja yang tersedia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Namun, kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kalimantan Barat yang sampai saat ini masih berada pada peringkat 28 dari 33 provinsi (tidak termasuk Kalimantan Utara) yang ada di tanah air, dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi bayi, anak- anak-anak maupun remaja di daerah ini.

Seperti diketahui indikator pengukuran IPM meliputi kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Dalam kondisi IPM yang masih berada pada peringkat yang kurang menggembirakan tersebut, diprediksi juga akan menjadi ancaman pemanfaatan Bonus Demografi di Kalimantan Barat yang diperkirakan terjadi pada periode tahun 2020 -2035. Artinya jika status gizi bayi, anak-anak dan remaja atau penduduk muda (15-29 tahun) masih kurang menggembirakan dikhawatirkan akan berpengaruh pada produktifitas kerja mereka yang pada era Bonus Demografi sangat diperlukan untuk memajukan perekonomian daerah, yang muaranya adalah peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan Age Spesific Fertility Rate (ASFR) usia 15 – 19 tahun di daerah ini mencapai 104 yang artinya terdapat 104 wanita usia 15-19 tahun yang melahirkan dari 1.000 wanita usia yang sama di Kalimantan Barat. Angka ini jauh berada di atas rata-rata nasional yang hanya mencapai 48.  Bisa jadi tingginya ASFR ini juga dipengaruhi oleh buruknya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. berdasarkan data BKKBN, tercatat dari Januari- Desember 2014 terdapat 2.541 orang terinveksi HIV dan 322 dinyatakan positif AIDS.

Melihat keadaan ini dapat diprediksi dampak yang nyata adalah pertumbuhannya tidak optimal, tidak produktif, tidak mampu bersaing, dan dampak sosial ekonomi lainnya yang menyebabkan keberadannya yang seharusnya dapat menumbuhkan segala sektor pembangunan pada era Bonus Demografi menjadi sebaliknya. Oleh sebab itu, agar bonus demografi yang terjadi di Kalimantan Barat dapat dimaksimalkan dengan baik, setiap daerah harus mampu mengambil kebijakan yang tepat sesuai  dengan kondisi dan karakteristik masyarakat di daerahnya. Untuk mempersiapkan kebijakan yang tepat tersebut, kita bisa mengambil pelajaran dari negara-negara yang lebih dulu berhasil dalam memanfaatkan bonus demografi seperti Korea Selatan dan Cina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun