Mohon tunggu...
Muhammad Aldira
Muhammad Aldira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran

Menjadi Dokter dan Hobi Otomotif

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Banyaknya Anak Kecil Sudah Terkena Diabetes DI Indonesia

31 Desember 2024   16:47 Diperbarui: 31 Desember 2024   16:46 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Baru-baru ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa pada tahun 2024, kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010 lalu. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI Muhammad Faizi mengatakan, kasus diabetes pada anak bahkan bisa lebih tinggi dari yang sudah tercatat saat ini.
Saat ini, data IDAI mencatat ada sekitar 1.645 anak di Indonesia yang mengalami diabetes. Data yang tercatat ini berasal dari 15 kota di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Palembang, hingga Medan. Dari jumlah tersebut, laporan paling banyak berasal dari Jakarta dan Surabaya.
Berikut adalah penjelasannya
Di Indonesia, prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak hanya meningkat di kalangan orang dewasa, tetapi juga mulai menyerang anak-anak dan remaja. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena kedua penyakit tersebut sebelumnya lebih banyak ditemukan pada kelompok usia yang lebih tua. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan yang signifikan pada angka kejadian diabetes tipe 2 dan hipertensi pada anak-anak. Hal ini memunculkan pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi dan apa saja faktor yang menyebabkannya.

Diabetes pada Anak-anak di Indonesia
Diabetes tipe 2, yang sebelumnya dikenal sebagai "diabetes orang dewasa", kini semakin banyak ditemukan pada anak-anak, termasuk di Indonesia. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik (resistensi insulin). Pada anak-anak, faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor genetik.
1. Obesitas sebagai Penyebab Utama  
  Salah satu faktor terbesar yang berkontribusi terhadap peningkatan diabetes tipe 2 pada anak-anak adalah obesitas. Data menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Obesitas pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh pola makan yang tinggi kalori, makanan cepat saji, makanan olahan, serta kebiasaan mengonsumsi minuman manis seperti soda atau jus kemasan. Obesitas berhubungan langsung dengan resistensi insulin, yang merupakan kunci dalam perkembangan diabetes tipe 2.
2. Pola Makan Tidak Sehat
   Konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam yang sering dijumpai dalam makanan cepat saji atau makanan kemasan juga memperburuk kondisi metabolisme tubuh anak-anak. Kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut sejak dini akan meningkatkan risiko gangguan metabolik, termasuk diabetes.
3. Kurangnya Aktivitas Fisik  
   Perkembangan teknologi, seperti penggunaan ponsel pintar, komputer, dan televisi, menyebabkan anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan layar. Kurangnya aktivitas fisik membuat tubuh anak-anak tidak dapat membakar kalori secara efektif, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan peningkatan resistensi insulin.
4. Faktor Genetik dan Lingkungan
  Anak-anak dengan riwayat keluarga yang memiliki diabetes tipe 2 lebih berisiko mengembangkan kondisi yang sama. Selain itu, lingkungan sosial dan ekonomi juga memainkan peran penting dalam pola hidup anak. Misalnya, anak yang tinggal di daerah perkotaan dengan akses mudah ke makanan cepat saji atau yang kurang memiliki ruang terbuka untuk berolahraga berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes.

Hipertensi pada Anak-anak di Indonesia
Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada anak-anak juga menjadi masalah kesehatan yang semakin berkembang. Sebelumnya, hipertensi dianggap sebagai penyakit orang dewasa yang umumnya terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, faktor usia, atau penyakit penyerta seperti diabetes. Namun, belakangan ini, hipertensi pada anak-anak, terutama yang obesitas, semakin sering ditemukan.
1. Obesitas dan Hipertensi
   Salah satu faktor utama yang menyebabkan hipertensi pada anak-anak adalah obesitas. Anak yang obesitas lebih cenderung mengalami peningkatan tekanan darah, karena lemak tubuh yang berlebih menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah. Lemak visceral (lemak yang menumpuk di sekitar organ internal) juga dapat memengaruhi fungsi ginjal, yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
2.Kurangnya Aktivitas Fisik dan Gaya Hidup Sedentari
  Kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan hidup yang sedentari (duduk terlalu lama) meningkatkan risiko hipertensi pada anak-anak. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik akan lebih berisiko mengembangkan masalah kesehatan, termasuk hipertensi.
3. Konsumsi Garam Berlebih  
   Konsumsi garam yang berlebihan adalah salah satu faktor risiko utama hipertensi. Anak-anak di Indonesia seringkali mengonsumsi makanan tinggi garam seperti mi instan, keripik, dan makanan cepat saji. Makanan ini mengandung natrium yang tinggi, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
4. Faktor Genetik dan Kesehatan Keluarga
   Hipertensi pada anak-anak juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Anak-anak yang memiliki orang tua dengan hipertensi lebih berisiko mengalami masalah serupa. Selain itu, faktor sosial ekonomi, seperti pola hidup yang tidak sehat atau stres yang terjadi dalam keluarga, juga dapat memengaruhi perkembangan hipertensi pada anak.

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Peningkatan prevalensi diabetes dan hipertensi pada anak-anak di Indonesia tidak terlepas dari perubahan gaya hidup yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Masyarakat modern yang lebih mengandalkan makanan instan dan praktis, serta minimnya aktivitas fisik, memberikan dampak besar terhadap kesehatan anak-anak.

1.Perubahan Pola Makan
   Perubahan pola makan anak-anak, yang semakin banyak mengonsumsi makanan cepat saji, junk food, dan minuman manis, berperan penting dalam peningkatan kasus diabetes dan hipertensi. Makanan-makanan ini mengandung banyak kalori kosong, yang dapat menyebabkan obesitas dan gangguan metabolik.

2. Kurangnya Edukasi tentang Kesehatan
   Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik yang cukup di kalangan orang tua atau masyarakat umum juga menjadi faktor penyebab. Banyak orang tua yang belum menyadari bahaya dari kebiasaan makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik pada anak-anak.

3. Lingkungan yang Tidak Mendukung Gaya Hidup Sehat
   Banyak anak-anak di Indonesia tinggal di lingkungan yang kurang mendukung untuk berolahraga. Fasilitas olahraga yang terbatas, serta kemacetan yang tinggi, membuat anak-anak sulit untuk mengakses tempat-tempat yang dapat digunakan untuk beraktivitas fisik.

Kesimpulan
Peningkatan jumlah anak-anak yang terkena diabetes dan hipertensi di Indonesia merupakan dampak dari perubahan gaya hidup yang tidak sehat, termasuk kebiasaan makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, serta faktor genetik. Penyakit-penyakit ini, yang dulu lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, kini mulai menyerang anak-anak. Untuk mencegah hal ini, perlu ada upaya kolektif dari orang tua, sekolah, dan pemerintah dalam mendidik anak-anak tentang pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik yang cukup, dan hidup sehat secara keseluruhan. Intervensi sejak dini sangat penting untuk mencegah perkembangan penyakit yang lebih serius di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun