Mohon tunggu...
M.Syabana Dira Saputra
M.Syabana Dira Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Politik Internasional: Merkantilisme

7 Maret 2024   14:17 Diperbarui: 7 Maret 2024   14:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi politik internasional adalah bidang studi yang mempelajari interaksi antara elemen ekonomi dan politik dalam konteks hubungan internasional. Dalam konteks ini, merkantilisme memiliki peran penting sebagai salah satu teori ekonomi yang telah berpengaruh dalam pengembangan ekonomi politik internasional. Artikel ini akan membahas konsep dasar merkantilisme dalam konteks ekonomi politik internasional.

Merkantilisme adalah teori ekonomi yang berkembang pada abad ke-16 hingga ke-18, yang menekankan kepentingan nasional dan kekayaan negara sebagai tujuan utama. Merkantilisme menggambarkan negara sebagai aktor sentral dalam aktivitas ekonomi internasional. Negara memiliki peran aktif dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk mencapai kekayaan dan kekuatan. 

Konsep akumulasi kekayaan, terutama dalam bentuk logam mulia seperti emas dan perak, menjadi tujuan utama merkantilisme. Negara dianggap kuat jika mampu mengumpulkan sebanyak mungkin kekayaan melalui proses perdagangan. Merkantilisme menganjurkan penggunaan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri dan mendorong ekspor. Negara merkantilis menerapkan tarif tinggi, kuota impor, dan hambatan perdagangan lainnya untuk membatasi impor dan mendorong ekspor. Tujuannya adalah menciptakan surplus perdagangan dan membentuk neraca perdagangan yang menguntungkan negara. 

Merkantilisme erat kaitannya dengan era kolonialisme di mana negara-negara Eropa mendirikan koloni untuk memanfaatkan sumber daya alam dan pasar yang ada di wilayah koloni. Negara kolonis berusaha menguasai perdagangan dengan koloni mereka, yang mengakibatkan eksploitasi sumber daya dan tenaga kerja di wilayah jajahan untuk kepentingan ekonomi nasional. Merkantilisme melihat perdagangan internasional sebagai permainan zero-sum, di mana keuntungan satu pihak berarti kerugian bagi pihak lain. Persaingan dianggap sebagai aspek integral dalam mencapai keunggulan ekonomi dan kekayaan negara. Hal ini sering mengarah pada konflik ekonomi dan rivalitas antara negara-negara yang bersaing untuk penguasaan ekonomi global.

Dalam konteks ekonomi politik internasional, merkantilisme memainkan peran penting sebagai teori ekonomi yang telah membentuk cara pandang terhadap hubungan antara ekonomi dan politik di tingkat global. Kepercayaan pada kepentingan nasional, akumulasi kekayaan, proteksionisme, dan persaingan ekonomi mencerminkan elemen-elemen merkantilisme yang masih dapat ditemukan dalam beberapa kebijakan ekonomi modern. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam era globalisasi dan interkoneksi yang semakin kompleks, pendekatan ekonomi politik internasional saat ini lebih didominasi oleh prinsip-prinsip liberalisme ekonomi, kerjasama internasional, dan pencapaian kemakmuran bersama.

Contoh kasus nyata dari bentuk merkantilisme adalah kebijakan perdagangan yang diadopsi oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Pada tahun 2018, AS menerapkan tarif impor yang tinggi terhadap sejumlah barang dari beberapa mitra dagang utamanya, seperti Tiongkok dan Uni Eropa. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan AS. Penerapan tarif ini berdampak pada kenaikan harga barang impor di pasar AS, yang pada gilirannya dapat mengurangi permintaan terhadap barang-barang tersebut. Selain itu, negara-negara yang menjadi sasaran tarif tersebut juga memberlakukan pembalasan dengan mengenakan tarif terhadap barang-barang AS. Hal ini memicu ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya, yang kemudian berkembang menjadi perang dagang.

Dalam konteks ini, kebijakan perdagangan AS  berkaitan dengan aspek merkantilisme karena AS berusaha melindungi industri dalam negeri dan menciptakan surplus perdagangan dengan membatasi impor dan mendorong ekspor. Tujuan utamanya adalah memperkuat sektor manufaktur dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. 

Kebijakan tersebut mencerminkan aspek merkantilisme yang mengedepankan kepentingan nasional dan kekayaan negara.Kasus kebijakan perdagangan AS menunjukkan bagaimana negara masih menggunakan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri dan memperkuat posisi ekonomi nasional. Kebijakan tersebut mencerminkan aspek merkantilisme dalam upaya untuk mencapai kepentingan ekonomi nasional, seperti melindungi lapangan kerja atau mengurangi defisit perdagangan.

Jadi, dalam konteks ekonomi politik internasional, merkantilisme memainkan peran penting sebagai teori ekonomi yang telah membentuk cara pandang terhadap hubungan antara ekonomi dan politik di tingkat global. akumulasi kekayaan, proteksionisme, dan persaingan ekonomi mencerminkan elemen-elemen merkantilisme yang masih dapat ditemukan dalam beberapa kebijakan ekonomi modern contohnya seperti kebijakan perdagangan yang diadopsi oleh Amerika Serikat Pada tahun 2018. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam era globalisasi dan interkoneksi yang semakin kompleks, pendekatan ekonomi politik internasional saat ini lebih didominasi oleh prinsip-prinsip liberalisme ekonomi, kerjasama internasional, dan pencapaian kemakmuran bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun