Pada tanggal 3 April 2020, Suasana di Singapura tidak seperti biasanya, menjelang pukul 16:00 waktu Singapura, antrian panjang terlihat di berbagai tempat. Salah satunya toko bahan pokok di dekat tempat tinggal saya.
Kala itu, saya melihat antrian yang mengular panjang dan wajah orang-orang yang terlihat penuh kekhawatiran. Seakan-akan ada hal besar yang akan menimpa mereka dalam waktu dekat.
Peristiwa yang saya alami ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Penyebabnya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, pada jam 16:00 waktu Singapura akan mengumumkan kepada masyarakat, langkah tegas apa yang diambil pemerintahannya, demi mencegah peningkatan infeksi Covid 19.
Pada saat itu, saya turut juga dalam antrian panjang tersebut. Hal ini dikarenakan persediaan beras dan bahan pokok lainnya sudah menipis di rumah. Di sisi lain, saya juga khawatir bahan pokok akan langka di negara ini.
Jika jawaban dari penanggulangan pandemi Covid 19 adalah Lockdown--yang berarti negara akan menutup perbatasannya dan membatasi ruang gerak masyarakat yang hidup di dalamnya. Berarti berdiri mengantri di sini, merupakan keputusan yang tepat bagi saya saat itu.
“My fellow Singaporeans, Good Afternoon”. Seketika mata kami yang mengantri penuh dengan rasa cemas, langsung tertuju pada televisi yang berada di dalam toko tersebut. Sapaan yang berwibawa dan penuh optimis itu milik PM Singapura Lee Hsien Loong. Ia tampil sederhana, Menggunakan kemeja merah muda dan dasi sewarna merah darah
Dalam pengantarnya, PM Lee menjelaskan bahwa dalam dua minggu terakhir, masyarakat yang terinfeksi virus corona di Singapura meningkat signifikan.”Pihak rumah sakit setiap harinya menangani lebih dari 50 kasus (orang yang terinfeksi corona).
Dalam beberapa hari terakhir, kami juga menemukan beberapa kluster (baru) di asrama pekerja asing, dan satu di panti jompo. Ini sangat mengkhawatirkan, mengingat besarnya jumlah orang yang tinggal bersama di asrama dan panti jompo”. Ungkap PM Lee dalam pidatonya.
Memperhatikan peningkatan jumlah kasus tersebut, Lee melanjutkan bahwa langkah-langkah yang lebih ketat akan berfungsi sebagai 'Circuit Breaker'. “Melalui cara ini akan membantu kita mengurangi risiko penyebaran virus. Dan ini akan membantu kita menurunkan angka (yang terinfeksi) secara bertahap. Circuit Breaker ini akan berlaku selama satu bulan.” Ujar PM Lee pada masyarakat.
Menerapkan ‘Circuit Breaker’
Mengutip data yang dirilis oleh Woldometers, tingkat kematian akibat virus corona di negara Singapura terhitung kecil, hanya mencapai enam jiwa dari total 1375 kasus. Meski demikian, usaha pemerintah Singapura terus berlanjut demi menanggulangi penyebaran virus ini.